fifteen [end.]

815 79 4
                                    

"Jinyoung, bangun. Sudah siang." seorang gadis mencoba untuk membangunkan pria berumur 28 tahun itu.

Laki-laki yang dipanggil Jinyoung tampak tak bergerak.

"Jinyoungg!" gadis itu mulai geram. Sekarang dia menepuk-nepuk pundak lelaki itu.

Jinyoung mengerang. Kemudian, dia menarik lengan gadisnya sehingga gadis tadi jatuh di Kasur.

"Kau harus bangun." ucap gadis itu lagi.

"Sebentar, Yemi. Berbaringlah disini bersamaku." Jinyoung mulai menenggelamkan wajahnya di perut Yemi.

"Tidak, Jinyoung. Aku harus bekerja. Kau juga harus menemui produser pagi ini." Yemi bangkit lalu membereskan tempat tidur. Yemi mendorong Jinyoung hingga dia terjatuh.

"Ya!" Jinyoung berteriak kesal. Yemi tertawa melihatnya.

"Jika aku tidak melakukan hal itu kau tidak akan bangun," Yemi melipat selimut, "Mandi sana."

Jinyoung pergi ke kamar mandi sambil mengomel. Yemi tertawa lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.

Sudah 3 tahun sejak Jinyoung mengiriminya pesan. Yemi bersyukur pria itu mencoba menghubunginya. Jika tidak, mungkin Yemi akan sangat kesepian sekarang.

Sejak Jinyoung memutuskan untuk pindah ke Jinhae, mereka jadi lebih sering bertemu. Mereka tetap saling berkirim pesan hingga larut malam. Jika ada waktu, Jinyoung akan menelepon Yemi, atau sebaliknya.

Mereka menjadi sangat dekat. Jinyoung selalu membuat Yemi nyaman dan selalu melindungi Yemi. Yemi bahkan sudah mengenal keluarga Jinyoung, Jinyoung juga sudah tahu keluarga Yemi.

Akhirnya mereka memutuskan untuk berpacaran dan tinggal bersama di apartemen Yemi di tahun pertama mereka berpacaran.

Sedangkan Jinyoung, dia tidak menyangka akan menjadi kekasih Yemi. Yemi adalah seseorang yang dia sukai dari SMA. Awalnya dia hanya iseng membuka buku tahunan sekolah lalu melihat nomor Yemi. Dia mencoba menghubunginya dan akhirnya dia menjadi kekasihnya.

Siapa sangka dia akan melihat Yemi setiap hari. Melihat Yemi saat dia membuka matanya di pagi hari, dan melihat Yemi lagi saat akan menutup matanya di malam hari.

"Haruskah aku mengantarmu seperti biasa?" tanya Jinyoung setelah keluar kamar mandi.

Yemi yang sedang mempersiapkan sarapan menyahut, "Iya. Memangnya kenapa? Kau akan telat ya? Jika iya, aku naik bus saja."

Jinyoung menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku akan mengantarmu."

Yemi tersenyum, "Oke. Sekarang makan dulu." Yemi menyiapkan makanan di meja makan. Jinyoung sudah duduk manis menghadap meja makan dari tadi. Dia seperti seorang anak yang menunggu jatah makanan.

Yemi ikut duduk lalu mulai makan.

"Kau tahu dancer di perusahaanku bekerja? Sepertinya dia ingin dekat denganku." kata Jinyoung.

"Siapa?" Tanya Yemi.

"Dancer muda. Namanya Kim Yugyeom. Dia terus mengajakku makan siang bersama dan terus menanyakan kapan dia bisa hang out bersamaku. Dia lebih tinggi dariku padahal jarak kami terpisah 3 tahun."

"Ah, Yugyeom. Aku ingat. Kau pernah bercerita padaku. Dia yang ingin membuat lagu bersamamu kan?"

Jinyoung mengangguk, "Sepertinya dia anak yang baik. Kapan-kapan kau harus bertemu dengannya. Aku akan berteman dengannya."

"Bagus kalau begitu. Kau jadi ada teman mengobrol."

Jinyoung mengangguk setuju.

Setelah selesai, Jinyoung mengantar Yemi ke tempat kerjanya.

"Dadah. Sampai bertemu nanti malam." Yemi ingin keluar mobil namun Jinyoung menariknya duduk kembali lalu meraih leher Yemi.

Jinyoung mencium bibir Yemi dengan cepat. Yemi tidak siap jadi dia hanya diam dan membuka matanya lebar.

Yemi terbengong-bengong setelah mendapatkan kecupan tak terduga itu.

Jinyoung menahan tawa, "Sana keluar, nanti telat. Selamat bekerja." Jinyoung mengelus kepala Yemi.

Muka Yemi memerah, lalu dia keluar tanpa mengucapkan apa-apa.

Jinyoung memperhatikan kekasihnya itu lalu tertawa lebar.

"Astaga, dia lucu sekali. Aku semakin suka."

Jinyoung kembali menyetir menuju perusahaan tempat dia bekerja.

THE END.

chatting. [park jinyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang