#Syabila 1
Tentang cinta, hubungan persahabatan dan perbedaan.
"Minum dulu." Pria dengan kemeja kotak-kotak biru muda dan celana bahan warna hitam menghampiriku yang duduk termenung di sofa lembut warna coklat muda ruang tamu studio Elshinta FM. Mengulurkan sebotol minuman ringan rasa orange. "Dari luar kota, yah?" tanyanya kepadaku yang saat itu mungkin dilihatnya mulai bosan. Itulah pertemuan pertama kita.
Joe Safir namanya. Seorang penyiar pria yang sekitar setengah tahun ini dekat denganku. Tapi tunggu! Jangan pernah berfikir bahwa hubungan dekat kami layaknya sepasang kekasih. Hubungan ini tak lebih seperti seorang kakak kepada adik. Dia menyayangi dan melindungiku layaknya seorang kakak laki-laki kepada adik perempuannya.
Meskipun saat pertemuan pertama itu tujuan awalku bukanlah bertemu dengan dia. Melainkan dengan seseorang yang saat itu sedang sibuk melayani para penggemar. Jelas, penggemar yang lebih banyak dari kaum hawa. Dasar! Cowok flamboyan. Sebaik apapun, pasti tetap menikmati kesempatan. Bagai gula-gula yang dikerubuti semut hitam. Menyebalkan! Membuatku mood turun, ingin segera pulang kalau saja tak bertemu dengan pria baik yang kini menemani hari-hariku. Tempat bercerita, meminta saran atau berbagi cita dan harapan.
Kakak. Benar aku telah mengganggapnya demikian. Sebab kebetulan di rumah, aku hanya dua bersaudara dengan kakak perempuan. Dia juga sudah dekat dengan Bunda dan Kakak perempuanku. Bagi mereka, kak Joe adalah sosok yang baik dan sopan.
Dan kabar baiknya adalah dia akan menikah minggu depan. Aku hanya merasa takut kehilangan sosok kakak dan teman, tak lebih dari itu.
"Kakak mewajibkanmu datang, Dek. Harus!" Pesan ancaman atas dasar kasih sayang itu diberikannya saat mengantarkan undangan pernikahan di ruang tamu rumahku. "Kalau bisa, Kak Andin dan Bunda ikut juga datang ke pernikahan Kakak," lanjutnya.
"Aku nggak yakin, Kak. Kakak kan tau aku nggak bisa nyetir motor. Aku tanyakan Bunda dan kak Andin dulu, ya."
"Kalau untukmu saja, kakak yang akan usahakan. Insya Allah, kamu bisa datang."
"Dengan apa? Pakai bus? Syabil takut sendirian. Jauh sekali pula."
"Seseorang akan membantumu."
"Siapa?"
"Kau akan tahu nanti."
***
Jam kuliah selesai. Aku dan mahasiswa lainnya berhambur keluar ruangan. Telepon pintar dalam saku gamis bergetar. Sebuah panggilan dari nomor yang tak dikenal. Siapa, sih?
"Halo ... Assalamualaikum."
"Hai, Nona! Sedang di mana?" Suara seorang pria diujung sambungan telepon. Familiar, yah. Seperti suara yang tak asing ditelinga. Sering dengar tapi siapa?
"Ini siapa?!" tanyaku dengan nada suara sengaja ditinggikan. Main panggil-panggil Nona. Kurang sopan!
"Aku Ar, Syabila. Galak amat."
"Kak Ar? Oalah, maaf Kak. Habis nggak sebutin nama dulu."
"Hehe. Maaf. Eh, iya, lagi di mana? Masih di kampus?"
"Masih. Ini lagi siap-siap pulang. Kok tumben. Ada perlu apa?"
"Hmm, gini, Joe minta tolong aku jemput kamu buat ke nikahannya nanti."
"Benarkah?"
"Iya. Kamu keberatan?"
"Bukan gitu. Tapi aku pikir-pikir dulu ya, Kak. Nanti aku kabari lagi."
"Ok. Aku tunggu."
Aaron Ruby. Nama seorang penyiar radio kesayangan. Seseorang yang menjadi tujuan pertamaku mengikuti acara meet and great radio yang terletak satu jam dari kotaku. Keinginan bertemu untuk yang kedua kali dengannya setelah pertemuan pertama waktu itu. Meski kenyataannya sedikit mengecewakan. Tak sedikitpun dia menoleh kepadaku saat itu, dan akhirnya aku dipertemukan dengan Kak Joe. Saat itulah perlahan aku mulai melupakan rasa kagum kepada sosok idaman banyak gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syabila
Ficção AdolescenteCerbung ini sederhana. Menceritakan tentang gadis yang dihadapkan dengan cinta dan persahabatan. Selengkapnya, happy reading.