Perbuatan baik itu seperti kertas putih jadi jika sudah terdapat sedikit noda maka yang terlihat hanyalah noda itu.
-shinta dian prawesti-"saya pindahkan shinta di smart class karena agar dia bisa mengembangkan potensinya lebih baik, saya tahu nakal bagaimanapun anak itu tetap juara satu meski hanya didalam kelasnya saja. "ujar kepala sekolah baru yang notabenya adalah om shinta.
" bapak tahu anak itu juara satu di kelasnya hanya karena ia berada di kelas C ,saya yakin anak itu tidak bisa masuk 5 besar di smart class"ujar guru Bk itu.
Sementara di sisi lain Arya yang mendengar hal itu hanya bisa diam dengan sejuta pertanyaan dikepalanya.
Arya memutuskan berjalan menyusuri halaman belakang,menunggu orang yang selalu senang lewat halaman belakang.
Gedebuk.
"aduh... " ringis suara perempuan
Arya yang mendengar itu seketika mengerutkan keningnya,berusaha menelusuri suara apa yang tercipta itu. Apakah kucing yang kesurupan karena kemasukan roh anjing? Atau suara kuntilanak.
"aduh... Sakit sekali ya.. Ampun"suara shinta yang terdengar jelas itu membuat arya seketika menoleh melihat shinta yang terduduk seraya meringis tidak jelas.
"memangnya apa enaknya sih lewat belakang sekolah? "ujar arya yang datng tiba tiba membuat shinta seketika menoleh dengan wajah ditekuk.
"enak sih tidak, tapi mau di apa lagi kalau tidak lewat halaman belakang memangnya mau lewat mana lagi? " balas shinta dengan nada kesal.
Arya akhirnya berjalan mendekati shinta,dan diulurkanlah tangannya untuk berusaha membantu shinta.
Shinta yang melihat uluran tangan arya akhirnya menerimanya."makasih yaa.. "ujar shinta seraya tersenyum.
"hmmm"jawab arya seadanya.
"kenapa kamu tidak suka bicara?"tanya shinta dengan senyum yang dari tadi tak luntur.
Dan arya seperti biasa ia tidak akan menjawab pertanyaan orang yang sama sekali tidak penting baginya.
Entahlah apa yang dipikirkan shinta, ia hanya merasa kalau orang aneh yang saat ini bersamanya dari tadi sedang menunggunya.
"kenapa bisa ada di belakang halaman sekolah? "tanya shinta lagi, kali ini pertanyaannya mendapat respon yah.. Meskipun sangat datar.
"tunggu kamu"ujar arya dengan santainya. Dengan mengucapkan hal seperti itu apakah arya tidak berpikir kalau itu bisa menyebabkan hipotensi eh salah, hipertensi, dam kejang kejang.
"oh"jawaban singkat shinta hanya mewakili setiap pertanyaan yang timbul dalam benaknya, disertai dengan perasaan senang yang datang tiba tiba.
****
Hari hari berikutnya shinta terus saja berusaha mendekati arya, menjahili bahkan memaksanya untuk duduk sebangku dengannya.
Tapi jangan kira arya merespon ia masih sama seperti dulu sidingin yang datar dan aneh.
Sampai pada saat dimana shinta mengajak arya pergi membeli bahan bahan tugas kelompok,dimana pada saat itu ban sepeda motor arya kempes.
"ya ampun.. Arya jadi kita harus apa kalau ban motornya kempes? "tanya shinta panik.
"yah gitu.. "jawab arya santai dengan muka polos tanpa dosa.
Shinta yang mendapat respon tersebut hanya bisa mencebikkan bibirnya, pasrah akan sikap datar arya. Seketika hening terjadi,sampai suara arya mengesi kembali keheningan di tengah senja .