Ayra terus menggerutu tanpa henti saat diharuskan menerima hukuman yang menurutnya itu sangat berat. Maafkan aku tuhan, jika kali ini aku tidak bersyukur tentang pagi yang sangat cerah ini. Sinar mataharinya begitu menyengat kulitku. Pikirnya.
Huh, aku tidak suka dihukum seperti ini. Ini semua salahnya kak Azka! Dia yang membuatku telat dan harus dihukum seperti ini!. Ayra mengendus kesal memikirkan kakaknya itu.
Kaki Ayra kini terasa sangat lemas padahal ia baru tiga kali mengelilingi lapangan basket itu. Ahh, mungkin karena aku tidak sarapan tadi pagi. Pikirnya lagi sambil memegangi perutnya.
Ayra tidak memperdulikan tatapan para murid yang kini tengah lalu lalang dikoridor sambil melihatnya dihukum. Ayra memang baru pertama kali dihukum sejak dua tahun bersekolah di SMA KARTIKA ini. Mungkin karena itu tatapan mereka semua tertuju padanya.
Ayra berhenti sejenak untuk mengambil nafas. Keringatnya kini bercucuran membasahi leher yang kini ia lap dengan punggung tangannya.
'Apa yang dilakukan Kanta?' pikirnya saat melihat Kanta kini berjalan cepat menghampirinya dengan tatapan tajamnya. Baiklah, Ayra mengerti dengan tatapan itu.
Kanta segera mencekal pergelangan tangan Ayra dan menariknya keluar lapangan. Dengan susah payah Ayra menyejajarkan langkahnya dengan langkah Kanta yang lebar.
Ayra sudah sangat paham dengan tatapan itu dan kemana Kanta akan membawanya. Rooftop, tempat yang hanya Ayra, Kanta dan Azzam, murid yang bisa mengunjunginya.
Ayra hanya bisa menunduk menatap sepatu miliknya saat Kanta kini tengah berkacak pinggang masih dengan tatapan tajamnya.
Kanta menghela nafas berat. "Gue benci liat lo dihukum kek gitu." Katanya.
"Maaf, nggak bakal ngulang lagi."
Kanta kini menghampiri Ayra dan menariknya ke dalam pelukannya. "Besok gue emput."
Ayra mengangguk sebagai jawabannya sambil membalas pelukannya. "Aku laper." Kata Ayra sambil mendongakkan kepalanya menatap Kanta yang lebih tinggi darinya.
Kanta terkekeh.
"Kita cari makan." Katanya yang kini memegang tangan Ayra.
"Dimana?" Tanya Ayra sambil mengeturkan kening. "Jangan aneh-aneh deh, ini masih jam sekolah."
"Dari pada lo sakit?" Tanyanya sambil manaikkan alisnya sebelah.
Kanta kini mengiring Ayra menuruni tangga masih dengan genggamannya yang menurut Ayra itu sangat erat. Bibir Ayra tak henti-hentinya membentuk senyuman saat sesekali matanya melirik tangannya yang masih setia digenggam oleh Kanta.
Ayra mengayunkan tangannya yang masih digenggam Kanta sambil tersenyum manis kepada Kanta. Pipinya saat ini mungkin sudah merah merona karena balasan senyum Kanta yang sangat ia sukai dari dulu.
Tak butuh berapa lama, Ayra dan Kanta sudah ada parkiran dan lebih tepatnya dihadapan mobil mewah milik Kanta.
Ayra tersenyum geli saat melihat disamping mobil Kanta sudah berdiri lelaki tampan yang sudah sangat dikenali di SMA BANGSA ini, kini sedang menyandarkan dirinya dimobil Kanta sambil menyilangkan tangannya didada dengan kacamata hitamnya yang tengah ia pakai.
Azzam mengganti posisi menghadap mereka dan mulai menurunkan kacamatanya sambil mengamati mereka. Ayra hanya menggelengkan kepala saat melihat tingkah sahabatnya ini.
"Jadi sekarang kemana?" Tanya Azzam sambil berjalan mendekat.
"Nyari makan, Ayra laper katanya." Jelas Kanta.
Azzam mengangguk paham. Bersamaan, mereka jalan menghampiri mobil dan bersiap meninggalkan sekolah.
Ahh, aku lupa. Kenalin, aku Anatasya Ayra. Wanita cantik yang banyak didekati kaum adam disekolah maupun diluar sekolah. Aku memang terlalu kepedean, selalu seperti itu. Aku selalu dibilang manja, ceroboh, pemalas dan cengeng oleh kedua makhluk dihadapanku ini. Tapi yang aku pikir, aku hanya seorang wanita polos dan calm saat baru pertama kali bicara dengan orang yang tidak aku kenal. Aku, seorang wanita pecinta coklat yang selalu menginginkan coklat kapanpun itu. Tapi tak pernah berharap berat badan naik karena coklat. Hehe.
Dann, dihadapanku yang kini tengah duduk di jok pengemudi ini adalah Aruna Candrakanta. Aku dan Azzam manggil dia Kanta udah dari dulu, Beda dengan orang-orang yang nggak terlalu kenal sama dia, yang hanya manggil Aruna. Lelaki tampan yang selalu membuat jantungku berdetak tak karuan. Aku juga tidak mengerti mengapa aku menyukainya padahal dia seorang playboy yang kerjanya hanya menghabiskan uang untuk pergi ke club, Dikenal sangat kasar oleh mereka yang tidak terlalu mengenalnya, Selalu ikut tawuran, bahkan tatapannya sangat tajam. Tetapi saat bersamaku, dia seperti seekor singa yang sudah dijinakkan oleh majikannya. Dia sangat tenang bahkan berbanding terbalik dengan pikiran kotor orang lain terhadapnya.
Mungkin karena itu aku menyukainya.Dan yang terakhir, lelaki tampan yang duduk di jok penumpang yang kini tengah bersikap konyol ini adalah Azzam Solhidar Askari . Lelaki yang berbanding terbalik dengan Kanta yang dikenal sangar didepan orang lain, Azzam justru terlihat sangat calm dihadapan orang lain tapi sangat gila saat dihadapan kami. Lelaki yang sangat diidam-idamkan oleh kaum hawa, Lelaki yang selalu bawain aku coklat atau cemilan lain saat main kerumah, selalu marah kalau liat aku nangis, pernah nonjok orang karena buat aku nangis malah, upps, selalu buat aku ketawa, selalu ngajak keluar kalau lagi bosen dirumah, selalu ada kalau aku butuh, pokoknya Azzam terbesttt lahh! Tapi aku jatuh cintanya sama Kanta, hehe.
Ayra menggeleng pelan memudarkan khayalannya saat sudah sampai di salah satu restoran milik orang tua Azzam. Saat selesai Kanta memarkirkan mobilnya, Ayra segera turun saat Azzam sudah membukakan pintu itu untuknya. Ayra hanya tersenyum sebagai balasannya.
Kakinya kini berjalan memasuki restoran yang menurut Ayra terbilang mewah ditemani dengan dua makhluk dikanan dan kirinya layaknya bodyguard.
Ayra mendudukkan dirinya saat sudah sampai dihadapan meja makan. Salah satu pelayan itu menghampiri mereka dan membawakan beberapa buku menu.
Mata Ayra kini tertuju pada tante Yuli, mama Azzam yang kini tengah berjalan menghampiri meja mereka. Ayra melemparkan senyum kepadanya saat sudah tepat berada dihadapan mereka.
"Halo calon menantuku, lama tak berjumpa." Sapa tante Yuli kepada Ayra.
"Tapi aku calon istri Kanta tanteee." Jelasnya sambil memegangi lengan Kanta yang kini tengah terkekeh.
"Biar kamu bilang calon istri Kanta tapi kalau takdir berkata lain, gimana?" Tanya tante Yuli.
Ayra menggembungkan pipinya tanda cemberut saat mendengar perkataan Yuli yang justru membuat mereka bertiga terkekeh melihat ekspresi Ayra.
Mereka bertiga sesekali bercanda tawa sambil menyantap sarapan dihadapan mereka. Aktivitas mereka harus terhenti saat seorang gadis yang seumuran dengan mereka menghampiri meja itu.
"Permisi, apa aku boleh foto bersamamu? ketampananmu seperti artis-artis yang selalu kulihat didrama." Kata gadis itu menatap Kanta.
Ayra tertawa sinis saat mendengar itu dan langsung menarik Kanta agar lebih mendekat dengannya. "Nggak boleh! Kanta itu calon suami aku! genit bet jadi cewek! Udahh sana sana!" Teriak Ayra sambil mengusir gadis itu.
Gadis itu menatap Ayra tak suka sambil menghentakkan kakinya dan beranjak pergi dari hadapan mereka.
"HAHAHA. Gue gak pernah liat lo marah sampai mengusir kek gitu." Kata Azzam tertawa terbahak-bahak.
Ayra memutar bola matanya malas. "Ta, Kita nikah yuk, supaya gak ada yang genit lagi sama kamu." Kata Ayra memohon.
Kanta mengacak poni Ayra. "Dasar gadis bodoh."
🍫🍫🍫
Akhirnya bisa ngupload cerita gak jelas ini. wkwk 😝
Jangan lupa Vote and Comment ! ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIT
Teen FictionMaaf, karena pertemuan yang awalnya menjadi sahabat harus berujung kekecewaan.