The hardest part of losing someone, isn't having to say goodbye, but rather learning to live without them.
Kehilangan adalah suatu hal yang menyakitkan. Kehilangan uang saja bisa bikin pusing apalagi kehilangan orang yang disayangi. Hal yang paling sulit diterima dari kehilangan adalah kepergian orang terkasih dan belajar untuk terbiasa untuk melakukan segala hal tanpa kehadiran mereka. Dan juga penyesalan yang menjadi salah satu hal yang tersisa dari sebuah kehilangan. Belum lama ini, belum ada 6 bulan. I lost my mom...
Hari itu 7 September mendekati tengah malam tiba-tiba saja aku mendapat kabar bahwa mamah telah pergi. Aku benar-benar syok dan gak percaya. "Why can it happen God?" " Kenapa secepat ini?" "Katanya muzijat Mu nyata?" "Aku kan sudah berdoa sungguh-sungguh, kok mamah jadinya malah pergi." "Padahal aku pengen kesaksian tentang kesembuhan mamah, padahal mamah pengen juga kesaksian tentang kesembuhannya." "Kok jadi kayak gini Tuhan. " Itulah beberapa ungkapan hatiku pada hari itu. Memang seperti seolah-olah aku menyalahkan Tuhan, tetapi sungguh aku tidak bermaksud seperti itu. Aku sempat meragukan kekuatan doa. Semua keluarga besar selalu berdoa buat kesembuhan mamah, di doa pagi dan doa malam mereka bahkan ada yang sampai berpuasa. Pendeta-pendeta menumpangkan tangan berdoa untuk kesembuhan mamah, tiap hari pun aku berdoa untuk kesembuhan mamah. Tetapi yang terjadi tidak seperti yang kami harapkan.
Sejujurnya, aku tidak terlalu dekat dengan mamah. Aku tidak pernah bercerita tentang bagaimana hariku di sekolah, siapa orang yang sedang ku sukai, siapa saja teman-temanku, atau hal-hal lain yang sering dilakukan oleh ibu dan anak yang lain. Aku pun seringkali sulit untuk mengatakan bahwa aku menyayangi dirinya. Aku pikir semua itu cukup dikatakan hanya melalui tindakan. Aku merasa egois selama ini, aku selalu memikirkan perasaanku sendiri aku selalu berpikir bahwa mamah tidak terlalu menyayangiku. Dia tidak pernah bertanya bagaimana hariku di sekolah, dia selalu mengeluh kalau tidak ada yang memperdulikannya ketika dia sakit, dia tidak pernah membantuku mengerjakan PR, dia tidak pernah membuatkan ku bekal, dia suka menyuruh-nyuruh mengambil barang-barang yang padahal berada dekat dengannya, dia suka melarangku tidur siang terlalu lama, dia suka melarangku makan terlalu malam, dia suka membangunkanku pagi-pagi bahkan ketika hari libur dan menyuruhku untuk membersihkan rumah, dia tidak suka kalau aku malas-malasan, dia sering kali kesal ketika aku tidak ingin dia belikan baju, dia sering memintaku untuk memijatkan kakinya, dia tidak suka kalau aku mandi terlalu malam,setiap pagi dia selalu minta dibuatkan teh atau air panas, setiap pagi dia selalu memintaku mengambilkan sepatunya. Aku baru menyadari kalau itu semua adalah caranya menyanyangiku. Memang aneh. Begitulah dirinya yang seringkali suka merepotkan anak-anaknya untuk membantu mengerjakan tugas-tugasnya. Dia juga yang sering membeli banyak cemilan saat belanja bulanan, membelikanku beberapa novel ketika pergi ke Jakarta, tidak memarahiku ketika aku membeli album boyband korea, tidak melarangku menyukai kpop dan menempel poster-poster kpop di kamar, tidak memarahiku ketika aku pulang malam karena dia percaya aku bisa jaga diri, yang selalu membelikanku baju baru ketika aku akan pergi ke luar kota.
Banyak penyesalan yang datang sampai dengan sekarang. Kami tidak pernah pergi jalan-jalan berdua. Dia tidak pernah tahu siapa saja orang yang selama ini aku sukai. Dia yang selama ini cemburu karena aku lebih sering cerita dengan papah. Aku yang terlambat menyadari bahwa rasa sayang tidak hanya bisa diungkapkan melalui tindakan, tetapi juga melalui perkataan. Aku yang tidak pernah menunggui mamah di rumah sakit. Aku yang jarang menelpon ketika mamah di rumah sakit. Aku terlalu takut melihat kondisi mamah yang sebenarnya. Aku yang selalu ingin terlihat kuat di depan mamah yang berusaha mati-matian agar tidak menangis ketika menjenguk mamah. Satu hal yang dapat aku syukuri adalah aku sempat mengunjungi mamah di rumah sakit seminggu sebelum dia pergi. Aku sempat mencium dia, menyemangatinya, berdoa bersamanya. Aku yang saat itu berjanji akan sering-sering datang ke Jakarta untuk menjenguknya. Ternyata janji itu tak bisa aku tepati. Aku yang menyesal tidak ikut merayakan natal bersama-sama dengan mamah tahun kemarin. Aku menyesal sering bersungut-sungut ketika membantunya membuat brosur natal, liturgi natal, undian doorprize, bingkisan natal. Aku menyesal sering memilih tinggal di rumah tidak ikut pergi jalan-jalan bersama mamah,papah, dan adik-adikku. Aku menyesal tidak memberikan perhatian lebih kepadanya ketika dia sering sakit. Aku menyesal sering bersungut-sungut ketika ada latihan paduan suara di rumah. Aku menyesal sering menolak ajakan mamah untuk ikut acara-acara natal. Aku menyesal selalu merasa ogah-ogahan ketika memijat kakinya. Aku menyesal jarang menghubunginya lebih dahulu. Aku menyesal sering bersungut-sungut ketika dia menyuruhku. Aku menyesal tidak pernah memberikan kejutan ulang tahun untuknya. Aku menyesal selalu berpikir bahwa dia tidak menyayangiku. Aku menyesal bersikap egois.
Akan jadi bagaimanakah natal tahun ini tanpa mamah. Rumah yang setiap minggunya ada latihan paduan suara. Bulan desember yang sibuk. Acara natal dimana-dimana. Sibuk membuat brosur, sibuk membuat liturgi, sibuk menyiapkan doorprize,sibuk mengurus acara natal, sibuk jadi liturgos dan mc. Itu semua tidak akan lagi tahun ini. Kesibukannya bahkan dia harus tetap mengurus hal-hal tersebut ketika dia sakit. Penampilan duetnya bersama dengan papah tidak akan ada lagi. Tidak akan ada lagi yang membangunkanku pagi-pagi untuk berangkat sekolah. Tidak akan ada lagi yang cerewet dan suka menyuruh-nyuruh di rumah. Tidak ada lagi sosok mamah.
Sepertinya aku adalah orang yang memiliki paling banyak penyesalan dengan mamah. Aku yang tidak bisa berkata apa-apa selama acara dukacita. Aku yang terus menangis selama proses pemakaman. Aku yang selalu menangis selama acara penghiburan. Aku yang sampai sekarang masih terbayang-bayang semuanya yang membuatku terkadang tidak bisa tidur. Aku yang sampai sekarang tidak bisa benar-benar mengikhlaskan semua ini yang selalu memikirkan kejadian ini bahkan di saat aku sedang mandi. Aku yang selalu berusaha bahagia di depan semua orang bahkan papah ku sendiri. Padahal aku masih sangat terluka dan kehilangan. Aku yang pernah iri melihat anak kecil bergandengan tangan bersama ibunya. Aku yang pernah iri melihat anak perempuan membeli baju bersama ibunya. Aku yang pernah iri melihat teman-temanku menelpon ibunya. Aku yang pernah iri melihat instagram stories teman-temanku yang sedang jalan-jalan bersama ibunya. Aku yang selama ini masih sering menangis dalam diam. Aku yang selama ini selalu berusaha selalu kuat di hadapan orang-orang. Healing needs time right? Entah berapa lama waktuku untuk bisa menyembuhkan rasa sedih dan penyesalan ini. Aku harap nantinya aku bisa benar-benar pulih dari keterpurukkan ini.
Have a nice day in heaven mom
I Love You
Very very much
YOU ARE READING
Untitled Sadness
Non-FictionThe feeling of regretness and sadness after losing someone I love