Prolog

155 44 71
                                    

Happy Reading

Hope you like it^^

🌼🌼🌼

Pagi sebentar lagi menuju waktu siang, matahari menyala dengan teriknya, membuat cuaca hari ini terasa panas tak seperti hari kemarin yang turun hujan begitu lebat. Sepasang anak kecil duduk bersamaan di depan toserba yang letaknya tak jauh dari sekitar kompleks, keduanya sedang menikmati Ice Cream yang masing-masing digenggamnya. Seorang gadis kecil rambut sebahu dengan poni yang terurai terlihat sangat senang menyantap Ice Cream, wajahnya berseri-seri seperti baru saja pertama kali merasakan nikmatnya Ice Cream Matcha. Anak laki-laki yang lebih tua satu tahun darinya duduk bersebelahan dengan gadis kecil itu, termangu menatapnya dengan sorot mata yang berbinar-binar, ia sangat senang melihat anak itu.

"Pelan-pelan matan Ice Cream-nya," ucap anak laki-laki itu dengan cadel.

Gadis kecil itu masih saja sibuk dengan yang ada dihadapannya sekarang. "Bialin, jarang kan kalau Latu makan beginian."

Devan menggelengkan kepalanya kembali menatap Ratu yang sedikit tergesa-gesa menyeruput Ice Cream-nya.

"Tuh kan, jatuh juga," ucap Devan menunjuk Ice Cream yang sudah tergeletak di tanah, dugaannya benar. Ratu diam membeku, melirik Ice Cream kesukaannya yang kini sudah bercampur dengan tanah.

"Devan! Beliin yang balu lagi." Ratu merengek manja sambil memanyunkan bibirnya ke depan. Tetapi Devan tak menanggapi permintaan Ratu. Dengan sekali lagi Ratu merengek memelas manja padanya. Devan tertawa geli melihat tingkah Ratu yang menggemaskan.

"Ya udah, tunggu sini aja." ia menyerah. Dengan sigap ia masuk kembali ke dalam toserba, pergi membeli sebungkus Ice Cream Matcha kesukaan Ratu.

Ratu menganggukan kepala polos. Ratu melihat Devan yang pergi meninggalkan nya untuk membeli sebungkus makanan kesukaannya, sebuah senyum terukir di wajahnya yang manis. Ratu kembali menatap Ice Cream itu dengan kasihan, manik matanya mulai berair. Ia tak tega melihat benda itu jatuh dengan percuma.

Seorang anak laki-laki tak sengaja melewati jalan tepat berhadapan dengan teras toserba, ia menghentikan langkahnya menoleh kearah Ratu dengan tatapan bingung. Kenapa ia sampai akan menangis seperti itu? Setelah sadar dengan keberadaan anak laki-laki itu, Ratu mendongakkan kepala, tatapannya sama seperti yang diduga anak laki-laki tadi. Begitu lugu.

"Kenapa?" tanya Ratu sembari menghapus beberapa bulir air dari manik matanya. Menatap anak laki-laki itu bingung. Kenapa dia malah balik nanya? Keduanya sama-sama terlihat kebingungan, hanya saling menerka mimik wajah masing-masing.

Anak laki-laki yang tadinya bingung mengalihkan pandangannya, melirik ke bawah. Ia membuka mulutnya. "Gitu aja kok sampai nangis begini" ucapnya dengan santai.

"Kamu siapa?" tanya Ratu spontan tanpa menghiraukan perkataannnya.

Anak laki-laki yang belum diketahui namanya kini mendekat, mengambil tempat duduk disamping Ratu yang tadinya digunakan oleh Devan. Ia mengulurkan tangannya ke depan.

"Raffa." ucapnya tersenyum.

Ratu menerima uluran tangan Raffa. "Ratuliana, Ratu saja." ia kembali melemparkan senyum manisnya. Belum melepaskan tangan Raffa. Terdiam.

🌼🌼🌼

Jangan lupa vote dan komennya ya^^ bantu aku ikut event dari #GrasindoStoryInc
Terima kasih

Beautiful but Ugly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang