Siapa yang tidak tahu rasa ini? Ketika yang terlintas hanya seulas senyum yang buat debar menjadi begitu memalukan? Ketika tidur hanya seketika sebab rindu ingin melihatnya lagi. Ketika dilema antara di tampakkan atau justru di buang begitu saja. Ketika perasaan itu justru diiringi dengan rasa takut ala ABG yang mengatakan cintanya bertepuk sebelah tangan padahal tidak pernah ia ungkapkan. Terjerat oleh setitik kedipan mata dihadapan ku beberapa waktu yang lalu. Mungkinkah ini cinta pada pandangan pertama? Tapi, bukankan cinta yang seperti ini bukan cinta? Hanya sekedar suka? Bukannya tidak selamanya cintamu terbalaskan? Terlebih jika cinta itu kau rasakan saat pertama kali kau melihatnya. Teori dari mana? Tentu saja pengalaman pribadi yang aku alami jauh sebelum hari seperti ini datang kembali.
Tapi, harus menyalahkan siapa? Perasaan bukannya timbul begitu saja? Tanpa pernah di pinta pun, dia hadir dengan seenaknya. Kemudian ada yang bahagia di akhirnya. Ada yang juga patah dengan ribuan alasan klasik. Pilihan kedua adalah perasaan yang tidak lagi aku ingin.
~
Tetap, pertanyaannya, akankah aku harus terus terbelenggu dalam ribuan pertanyaan tentang dia? Mungkinkah dia akan bisa mencoba membalas setelah ku ungkap?
Ah..
C I N T A
Mengapa 5 hurup abstrak itu selalu membuat otakku mati rasa ?
~
Iya, tentu saja. Sebagai manusia aku hanya perlu mengatakannya. Tidak peduli apakah rasa itu harus diterima atau tidak. Bukankah tidak semua hal di dunia ini memiliki pantulan timbal balik? Maka dari itu ku ambil langkah sederhana. Menyatakan kemudian pasrah dan lapang dengan setiap keputusan.
Dengan seratus persen harapan, semoga rasaku dapat di aamiin kan.
Pun jika hal terburuk terjadi, biarkan hati yang mengaturnya. Sebisa yang dia lakukan. Sepenuhnya.
.
.
Mataram, Agustus 2017