Seseorang dan Suara Ketukan Pintu

4.3K 25 0
                                    

Saat itu, aku adalah seorang gadis yang berjanji untuk tidak lagi menjatuhkan hati untuk siapapun. Iya. Aku berjanji untuk tidak lagi memberikan ruang hati untuk seseorang yang datang. Bahkan saat itu, aku berkata bahwa aku hanya akan hidup seorang diri. Menua sendiri. Pun berpisah dengan kehidupan dalam keadaan sendiri.
Itu, sebelum aku menemukan abstrak simetris senyummu. Senja itu, kamu adalah salah satu dari banyak orang yang tidak penting keberadaannya untukku. Kamu hanyalah seorang teman dalam satu lingkaran yang bahkan tidak ku ketahui namanya. Sempat aku melihat sesekali, memalingkan wajahku dan merasa risih karena kamu yang selalu melempar senyuman.
Tumpukan jeruk di depanku kehilangan kenikmatan karena aku menjadi seorang perempuan yang (pura-pura) tidak tahu bahwa aku sedang diperhatikan.
~~~
Beberapa malam setelah itu, dering kau isyaratkan. Menyusup ke malam sepiku. Ku tatap layar ponsel sembari menggerutu karena nomor yang tertera di layar adalah nomor yang belum ku ketahui
.
.
"Halo..."
Suara diseberang sana menyapaku dengan lembut. Sekata, dua kata. Satu kalimat, dua kalimat, dan akhirnya malam kita lumatkan dengan telepon genggam kita masing-masing. Tanpa sadar, tawaku terlalu renyah untuk ku hentikan. Kamu, membungkus sebuah diorama nyaman dalam balutan sederhana.
Malam demi malam, kita -atau lebih tepatnya aku- selalu saja menyemai gelap malam yang biasanya sepi tanpa lagu, kini hanya butuh deringan dengan layar yang tertera namamu. Canda demi canda. Curhat demi curhat. Aku lupa dengan sebuah prinsip bahwa "aku tidak ingin jatuh cinta".

Malam selanjutnya berbeda. Kali ini layar tidak lagi memproyeksikan namamu. Kau tahu ? Aku bimbang, sampai sebelum suara ketukan diluar sana mengajak ragaku bangkit dari tempat tidur.
~~~
Tok... Tok... Tok...
Aku berjalan, menilik dari balik kain penutup jendela, memalingkan wajahku sebentar, memejamkan mata, menyilangkan kedua tangan di dada. Debar ini. Debar ini datang dari mana ? Mengapa gemuruhnya begitu riuh ?
~
Tok... Tok... Tok...
Kembali kamu mengetuk pintu. Perlahan, ku yakinkan diriku membukanya. Kemudian berjalan menuju beranda. Disana, simetris senyum dan sayu matamu tepat menuju aku, yang saat itu melangkah menuju mu dengan langkah malu.

Mataram, Agustus 2017

P A M I TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang