Siang berlalu begitu saja, seolah cemburu dengan kemesraan kita, bagaimana tidak, disela jeda kembara, aku senandungkan nada-nada dari gesekkan dedaunan, semata untuk membuat instrumen di antara percakapan kita. Di sela langkah yang tertatih, aku susun puisi menjadi tanga-tangga kecil, semata untuk meminimalisir keluh lelahmu.
Dan petang sekejap dibungkam malam, aku disampingmu, tapi kamu hanya memeluk dirimu sendiri, sedangkan aku terbang, memunguti bias cahaya, menjadikannya sekepal keberanian.
Aku tau kamu masih terjaga, mencoba mencari potongan puzzle yang hilang, sedangkan aku lagi bermain-main dengan pikiranku sendiri, mencari celah untuk mengisi potongan puzzle yang hilang itu.
Lalu dimatamu, aku menemukan seseorang yang memelukmu erat, karena tak rela, kata-kataku membenturkan kepalanya ke langit, dan serpihannya jatuh sebagai hujan.
Kau rasakan itu? Itu kata-kataku yang berguguran, sebab awan tak mampu menampungnya.
muhammadas, Guntur 0411