Seharusnya Tiffany tahu, perubahan kecil dalam salah satu rencananya akan berdampak besar pada kehidupannya dimasa yang akan datang. Jauh sebelum itu terjadi, dia sudah sering mewanti-wanti agar tidak salah strategi. Sayangnya, label sial sepertinya tidak pernah mau jauh-jauh dalam hidupnya.
Karena, seharusnya tidak begini.
Jika saja dia tidak kembali, mungkin dia tidak akan duduk disini. Terjebak dengan sekelumit masalah yang tidak kunjung berhenti. Menjadi target salah sasaran karena permasalahan orang lain.
Dia benar paham, ketika dengan sama frustasinya laki-laki itu berteriak dihadapannya. Jengah dengan ketidak konsistenannya dalam mengambil keputusan. Karena lagi-lagi untuk kesekian kalinya dia tidak pernah becus dalam mengambil keputusan. Bahkan dengan sangat kurangajarnya, dia memilih meninggalkan tempat duduknya untuk menghindar dari masalahnya.
Iya, laki-laki itu adalah sumber masalahnya. Laki-laki dengan tubuh tinggi kurus, yang sedang duduk tanpa mau mengejarnya. Percuma, pasti begitu pikirnya. Dia sudah benar untuk tidak mengejarnya.
Dia memang seharusnya pergi. Sebelum semua semakin menjadi-jadi.
Tapi apakah dia mampu berlari ?, saat dia ingat kalimatnya dulu - bahwa laki-laki itu adalah kedua kakinya.
TBC 1
KAMU SEDANG MEMBACA
Finally
General FictionTentang mereka yang cinta tapi menyakiti. Tentang mereka yang rindu tapi tak saling menemui. Tentang mereka yang pergi dan tak lagi kembali.