[1/1]

8K 1.5K 240
                                    

Didedikasikan untuk siapa saja yang barangkali pernah tersakiti.

———

Di hadapanmu tidak ada siapa-siapa. Begitu pula dengan meja-meja lain di sekelilingmu. Temanmu di kota yang tidak pernah lelap ini hanyalah smartphone mutakhir dan segelas es kopi yang harganya setara dengan ... ehm, empat porsi nasi padang.

Jarimu yang lentik dan indah masih aktif bergerak menggeser-geser dan menekan-nekan layar. Di dalam sana terdapat aktivitas-aktivitas temanmu yang dibagikan dengan durasi kurang dari 15 detik. Kamu melihatnya, berikut pula caption-nya.

Tidak mau kalah, kamu pun ingin ikut melakukannya. Tidak video dengan durasi 15 detik, melainkan sebuah foto es kopi yang di gelasnya, tertera nama panggilanmu. Kamu pun melihat hasilnya. Tidak begitu sempurna. Lalu, kamu mencobanya lagi, lagi, lagi, dan lagi hingga kamu puas. Setelah mendapat angle yang sempurna, kamu memilah efek-efek foto yang mana yang cocok. Setelah itu, kamu tidak menyertakan caption apa-pun, melainkan menyertakan pukul waktu, suhu kota, dan tak lupa ... lokasimu saat ini.

Lalu, ponselmu berbunyi. Ada notifikasi di sana. Grup khusus teman perempuan SMA-mu. Mereka bertanya dimana posisimu sekarang, lalu kamu segera membalasnya. Hari ini kamu memang akan bertemu lagi dengan mereka yang sudah dua tahun lamanya kuliah di kota yang berbeda denganmu.

Kamu pun menunggu, sambil kembali menggeser-geser layar—mengecek siapa saja yang barusan melihat foto es kopimu di meja yang lengang.

Kemudian, sebuah tepukan mendarat di bahumu. Kamu sedikit tersentak, lalu menoleh ke belakang. Mereka adalah dua temanmu saat SMA. Kamu tersenyum dan mempersilakan mereka untuk duduk di hadapanmu. Meja tak lagi lengang, kamu pun mulai bersuara, "Wah, Nes, lu kok gendutan? Lu juga, Mit, kok iteman? Semarang panas banget, ya?"

Ada hening yang panjang. Salah satu temanmu seketika berdiri dengan wajahnya yang tak bersahabat. Kamu terheran-heran.

"Mohon maap, gua gendutan pun bukan urusan lu. Gua cabut."

s e l e s a i

Semarang, 17 Nov 2018.
308 kata, belum termasuk:
maafkan lidah saya.

kebiasaan normalmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang