Asyik Sendiri

56 19 10
                                    

Langit cerah menghiasi kota Semarang di musim yang panas ini. Sinar mentari terasa terik sekali, membuat siapa saja rasanya enggan beraktivitas. Semesta menyapa ramainya orang-orang yang berlalu lalang hingga waktu terus berjalan begitu cepat. Matahari yang semula menyorot, perlahan kembali pada peraduannya dan berganti menjadi pancaran sinar bulan yang menghiasi langit malam. Sudah berjam-jam seusai shalat isya, Andra masih setia duduk di hadapan tumpukan buku-buku yang menutupi salah satu dinding kamarnya. Berbagai jenis buku tersusun rapi di rak yang tertempel pada dinding bercat monokrom. Warna-warni buku yang sangat menarik perhatian untuk dibaca meski sekadar membaca judulnya saja. Andra ... remaja laki-laki yang gemar membaca buku. Baginya, membaca adalah suatu kewajiban setelah kewajiban beribadah. Di sela-sela kegiatannya sebagai pelajar dengan segenap tugas yang melengkapinya setiap hari, ia selalu menyempatkan untuk membaca buku. Ralat, bahkan mungkin Andra tidak pernah absen untuk tidak membaca buku. Panggil saja si kutu buku. Orang yang senang menghabiskan waktunya hanya dengan membaca buku. Buku yang menjadi favoritnya adalah novel. Berbagai macam genre buku telah ia baca.

Andra memiliki ritual tersendiri untuk menambah koleksi buku di kamarnya. Ia memberikan tanda pada kalender di meja belajarnya sebagai jadwal pengingat kapan ia harus pergi ke toko buku. Sudah menjadi rutinitas baginya setiap bulan harus membeli dua hingga tiga buku baru di toko buku langganannya. Selain membaca buku dari yang ia beli, Andra juga acapkali membaca buku yang ia pinjam dari perpustakaan sekolah. Bahkan ia rajin mengunjungi perpustakaan setiap hari. Saat ada jam pelajaran kosong, Andra lebih memilih pergi dari ruang kelas dan mengunjungi perpustakaan. Tak heran, jika penjaga perpustakaan sekolah mengenal Andra. Hingga saat itu, penjaga perpustakaan menanyakan suatu hal pada Andra.
"Ndra? Memang kamu tidak ingin main bersama teman-temanmu? Menghabiskam waktu istirahat untuk makan bersama, bercengkrama bahkan sekadar untuk nongkrong di kantin."
"Ah tidak Pak, lebih baik saya menyelesaikan buku yang belum saya baca daripada nongkrong tidak jelas."
Penjaga perpustakaan hanya tersenyum tipis mendengar jawaban dari Andra.

Esok adalah hari Minggu; hari yang ditunggu-tunggu untuk menenangkan dan menghibur diri sejenak. Jika remaja seusia Andra lebih memilih untuk bermain atau jalan-jalan sebagai bentuk mencari hiburan setelah lima hari bersekolah, beda halnya dengan Andra yang tentunya ia akan lebih memilih berdiam diri di rumah saja, lebih tepatnya di kamarnya untuk membaca novel. Keluarganya di rumah, baik Ayah, Ibu, Adik ataupun Kakaknya sudah terbiasa dengan sikap Andra yang seperti itu. Ya! Selalu asyik sendiri.
"Andra." Teriak Ibunya dari dapur.
"Ya Bu?" Andra menghampiri Ibunya.
"Ayo makan dulu Nak. Ayah, Adik dan Kakakmu sudah menunggu di meja makan." Jawab Ibunya.
"Baik, Bu." Andra menuruti Ibunya dengan terpaksa dan segera menuju ruang makan.

Di meja makan...
Sebenarnya cacing di perut Andra belum meminta untuk diisi makanan. Namun apa boleh buat, Andra harus menuruti Ibunya sebagai bentuk menghargai karena Ibunya telah memasak. Andra hanya makan dengan porsi yang sedikit. Ia makan dengan ekspresi malas seperti tak ada gairah dan semangat.
"Ada apa, Nak? Apa kamu sedang ada masalah?" Tanya Ayahnya saat menyadari raut wajah Andra yang berubah muram.
"Enggak Yah, Andra enggak pa-pa kok. Andra baik-baik saja." Jawab Andra meyakinkan Ayahnya.
"Lalu, kenapa mukamu ditekuk seperti itu? Apa masakan Ibumu ini tidak enak?"
Andra menggeleng pelan. "Masakan Ibu dari dulu kan selalu enak. Hanya saja aku sedang ingin makan dengan porsi yang sedikit."
Mendengar jawaban yang anaknya lontarkan, sang Ayah hanya bisa menghela napas gusar. "Nak, dengarkan Ayah. Ayah tahu membaca itu kegemaranmu, tapi tetap saja kamu tidak boleh lupa makan dan lupa waktu. Walaupun perutmu belum merasa lapar, kamu harus tetap makan. Jika kamu telat makan, kamu akan sakit, Nak." Ayahnya menasihati.
"Baik Ayah, Andra mengerti." Andra menganggukan kepalanya.
Selesai makan, Andra kembali ke kamar. Andra memeriksa tugas sekolah dan segera menyelesaikannya. Setelah tugasnya selesai, ia merapikan buku pelajarannya dan mempersiapkan peralatan untuk sekolah besok.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 18, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Asyik SendiriWhere stories live. Discover now