5. Duh, Gosip

53.1K 4.6K 117
                                    

#5

Kevin : Ya... masih lembur lo?

Anda : Kenapa? Mau jemput, terus nganter gue pulang?

Kevin : Dih, memang lo siapa?

Anda : Saudara jauhnya Megan Markle.

Kevin : Ini nih... tanda-tanda halu karena kebanyakan lembur.

Anda : Kampret!!!

Kevin : Buruan turun gih, gue lagi makan di tendanya Pak Anhar nih.

Anda : Lo seriusan jemput gue?

Aku sudah geer nggak karuan.

Kevin : Lo tahu namanya kebetulan nggak?

Wah, kebeulan semacam apa? Kayaknya Kevin tadi pulang kantor pukul tujuh.

Anda : Lo kurang kerjaan banget. Pulang terus pergi lagi cuma buat makan nasi goreng Pak Anhar?

Kevin : Lo tahu definisi ngidam nggak?

Anda : Ngidam lo nggak kelar-kelar. Perut sampai segede gaban, bayinya juga nggak lahir-lahir.

Kevin : Wah, kamseuprettt!!!!

Aku mematikan layar komputer dan mencangklong tas dipundak.

Anda : Bentar, gue turun nih.

Kevin : Hati-hati, jangan tengok ke belakang. Siapa tahu lo sedang dibuntutin sesuatu.

Anda : Kevin!!! Jemput gue sekarang juga!!!!

#

Kevin terbahak-bahak melihat wajah masamku. "Lo kok penakut banget." Aku mendengkus.

"Lo nggak berperasaan, ya? Dasar! Sudah tahu gue cuma omong kosong doang kalau soal beginian." Aku mengambil tas dan menarik tangan Kevin berjalan menuju lift.

"Halah, sama yang begituan kok percaya. Yang ada setan takut kali lihat wajah lo." Kucubit perut buncitnya itu sampai Kevin menjerit kencang.

"Busettt!!!" Kevin mengusap-usap bekas cubitanku. "KDRT lo."

"Lagian, lo ngapain malam-malam makan nasi goreng di depan kantor? Kurang kerjaan saja."

"Bagaimana ya? Tiba-tiba setelah mandi gue dapat gambaran betapa enaknya nasi goreng Pak Anhar. Kan, lo tahu kalau gue nggak kuat iman, Ya."

"Dasar! Gimana perut lo nggak buncit kalau kelakuan lo saja kayak gini?" Pintu lift terbuka dan betapa terkejutnya aku saat mendapati Pak Dewa berada di dalamnya. Aku melepaskan lengan Kevin dengan canggung.

"Malam, Pak." Kevin menyapa sambil memberikan cengiran polosnya. Mana dia hanya pakai kaus oblong, celana pendek, dan sandal jepit.

Mata Pak Bos menatap kami penuh spekulasi. "Malam, Pak." Aku ikut nyengir.

"Lembur, Ya?" Karena, jelas-jelas Kevin nggak kelihatan kayak orang habis lembur.

"Iya, Pak."

Pak Dewa mengangguk, kemudian nggak mengatakan apa-apa lagi. Kami berpisah di lobi kantor. Aku buru-buru menyeret Kevin keluar gedung menuju parkiran mobilnya.

"Wah, jantung gue sudah kayak disko lima jam." Kevin mengeluh sambil membuka pintu mbil.

"Apalagi gue? Yaampun, padahal dia ganteng, tapi kesannya kok malah nyeremin, ya?"

Kevin menyalakan mesin, "Halah, lo kok gampang banget terdistraksi sama tampang. Yang ganteng begitu, belum tentu hatinya juga ganteng."

"Bilang saja lo sirik, karena tampang lo yang pas-pasan."

Mr. Middle Age's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang