Selfi at midnight

44 7 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

Yuna membalikkan tubuhnya ke kanan. Lalu sesaat kemudian berbalik lagi ke kiri. Sesaat setelahnya dia pun menjadi terlentang. Yuna bukan sedang berolahraga, Yuna hanya sedang mengalami insomnia dadakan. Untung saja besok hari minggu, sehingga tidak masalah jika dia sedikit tidur lebih larut hari ini 'kan?

Setelah setuju dengan pikirannya, Yuna tiba-tiba merasa lapar. Kemudian dia mengerang tidak terima. Pasalnya, sebelum memulai  tidur tadi, Yuna sudah ngemil nasi goreng mamang depan kosannya. Masak sekarang sudah lapar lagi? Yang benar sajalah.

Jadi untuk mengalihkan rasa laparnya, Yuna mengambil ponselnya. Lebih baik dia buka IGe dan mulai stalking foto cogan disana. Lumayan, penyegaran mata.

Belum sampai 5 menit Yuna menghentikan aktifitasnya. Bukannya rasa laparnya jadi menghilang, yang ada rasa laparnya semakin bertambah besar karena membuka IGe tadi. Tentu saja, jika ternyata isi ti-elnya dipenuhi postingan makanan semua. Yuna jadi menyesal membuka IGe.

Menghela nafas dengan kasar, Yuna mulai berdebat dengan pikirannya —dan juga perutnya yang keroncongan. Apakah dia harus makan lagi atau lebih baik memilih tidur saja. Dan setelah perdebatan selama semenit, Yuna akhirnya menyerah —menyerah pada perutnya yang keroncongan minta diisi.

.
.
.
Yuna membuka pintu kamarnya perlahan, menjulurkan kepalanya dari celah pintu yang terbuka untuk memastikan kondisi sekitar koridor di sekitarnya menuju dapur umum aman terkendali.

Koridor terlihat sepi seperti umumnya, walaupun Yuna masih bisa mendengar beberapa suara dari pintu-pintu yang tertutup rapat itu. Ada yang menelpon, marathon nonton drama tanpa menggunakan headset atau ada yang sibuk ngerjain tugas —jangan tanya bagaimana Yuna bisa tahu soal yang terakhir, itu hanya tebakannya saja. Biasa, anak kosan itu termasuk salah satu makhluk nokturnal. Mereka memanfaatkan waktu di malam harinya dengan bijaksana —yha seperti yang Yuna lakukan saat ini, mencari sekotak sereal dan susu kotak miliknya di dalam kulkas.

Lalu Yuna bergegas kembali ke kamarnya setelah selesai membuat semangkuk sereal dengan susu kotak terkhirnya. Takut kalau-kalau nanti dia terciduk sedang ngemil malam-malam —lagi— oleh penguhuni kosan lainya. Bisa jatuh harga diri Yuna, padahal dia sudah berkelakar ingin berdiet pagi tadi.

Yuna kembali membuka aplikasi IGe sambil melahap serealnya. Berharap rasa serealnya bisa berubah menjadi rasa pizza karena saat ini Yuna sedang melihat postingan satu porsi pizza dengan toping yang menggiurkan. Biarlah dia berandai-andai.

Kemudian, satu mangkuk sereal telah habis bersamaan dengan Yuna yang sudah mulai bosan dengan kegiatan meng-scroll down ti-el IGe-nya. Setelah menyingkirkan mangkuk serealnya ke sudut kamar —nanti pagi saja dicucinya, Yuna mulai merebahkan diri dikasur ukuran single miliknya.

Yuna menghela nafas, pukul 01.45. Masih terlalu malam untuk menuju pagi dan sialnya dia masih juga belum mengantuk padahal perutnya sudah terisi.

Bingung apa yang harus dilakukannya, Yuna mencoba membuka galeri foto diponselnya. Sesekali menghapus beberapa foto yang dianggapnya tidak penting.

Lalu sampailah pada folder snepcet yang mesti diinspeksi. Yuna tertawa geli melihat foto wajahnya sendiri dengan macam-macam filter yang dicobanya. Ada yang sangat cantik —efek beauty yang terlalu kurang ajar menurut Yuna— tapi selebihnya sangat menjijikkan dan buat malu.

Merasa mendapatkan pencerahan, Yuna langsung membuka aplikasi snepcet. Bagaimana kalau dia menambah koleksi fotonya saja sambil menunggu matanya mengantuk? Tanpa babibu lagi Yuna pun memulai mengeksekusi idenya.

Ceklik....

Cekliik....

Cekliiik...

Sedikit tertawa geli melihat wajahnya sendiri karena ekspresi konyol dan filter yang mendukung, Yuna melanjutkan rencananya untuk memposting beberapa foto yang terlihat bagus menurutnya ke beberapa akun SnS miliknya.

Yuna masih sibuk memilah foto apa yang akan dipostingnya ketika alis matanya bertaut.

'Perasaan tadi foto ini baik-baik aja deh.'

'Lah yang ini juga, kenapa jadi blur gini?'

Merasa tidak ada yang membuat dirinya puas padahal tadi dia sudah mengeluarkan kemampuan maksimal. Yuna kembali membuka aplikasi snepcet-nya. Mencoba mengambil beberapa foto baru yang bisa dipostingnya.

Ceklik...

Cekliiik...

Cekliiik...

'Kenapa hasilnya jadi gini? Ini hape gua yang rusak ya?'

Yuna menggerutu, sedikit kesal karena hasil foto-foto yang baru saja diambilnya malah jauh lebih buruk dari sebelumnya. Hasilnya jadi tidak kelihatan, seperti ada bayangan hitam yang menutupi wajahnya. Padahal sebelum diambil fotonya, terlihat baik-baik saja.

Setelah mengelap kamera ponselnya dengan tisu Yuna berniat untuk berfoto lagi.

'Sekali lagi deh.'

Yuna mulai mengambil posisi, membuat ancang-ancang sebelum menekan layar ponselnya. Sedikit ke kanan, lalu ke kiri. Dimiringkan 45 derajat. Dinaikkan sedikit karena kurang tinggi. Merasa sudah pas dan memastikan wajahnya terlihat bagus dilayar —dan tanpa bayangan hitam tentu saja. Yuna mulai mengambil fotonya.

Ceklik...

Cekliik...

Cekliiik...

Yuna langsung membuka hasil fotonya. Sama seperti sebelumnya, bayangan hitam itu muncul lagi. Bahkan semakin ke kanan —foto yang paling baru- bayangan hitam itu semakin terlihat jelas. Dan...





















Yuna melempar ponselnya setelah berteriak sangat keras

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yuna melempar ponselnya setelah berteriak sangat keras.

.
.
.

End.

Raimi's HorrorWhere stories live. Discover now