Berbahagia

22 4 0
                                    

Sejak 4 jam yang lalu, adrenalin tubuhku tak kian ciut. Terporak poranda pikiranku melalang buana.

"Sialan, kenapa perasaan menjadi kebablasan? Kau selalu kalah mengatur perasaan!" Pekik Otakku berang pada Hati.

"Bukan kah kau yang membuka jalan? Jika tak kau buka jalan, tak mungkin keluar sang perasaan." Bela Hati tak mau kalah.

"Kau yang tak pernah bisa berlaku tega pada orang lain!"

"Ah sialan! Lebih baik kau bantu aku meredam rasa. Tak seharusnya rasa yang sama menjadi terbagi dua!"

"Haha kini kita menjadikan manusia kita sebagai wanita jahat. Tak apa, sesekali pantaskan untuk kita yang menyakiti? Kau tak lelah disakiti terus?"

"Ah, haruskah kini aku menjadi Hati tega? Mengenai meredam rasa, itu sangat merepotkan."

Kutarik napas mantap, guna meyakinkan diri dengan keputusan yang kan kuucap.

"Baiklah, atur kalian seperti apa. Aku siap berbahagia kali ini." Tandasku tersenyum.

K O N T R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang