SELEPAS RINAI MENERPA

30 1 0
                                    

Angin pagi menerpa wajah seseorang yang baru saja membuka pintu. Seragam putih abu-abu melekat apik ditubuhnya. Helaian rambut yang dibiarkan tergerai menutupi wajah cantiknya. Ia melangkahkan kaki diiringi dengan wajah datarnya. Berjalan melewati rumah-rumah yang berjajar rapi. Gerbang sekolah sudah didepan mata. Ia melangkah memasuki gerbang sekolahnya dengan dagu terangkat.

"Hai Calista!" Sapa seseorang yang berjalan disampingnya yang hanya dibalas tatapan datar oleh Calista.

"Ke kelas bareng ya?" Tanya seseorang itu yang dibalas deheman oleh Calista.
Sesampainya di kelas, Calista segera meletakkan tasnya di bangku nomor tiga, deret dekat pintu. Kemudian, ia berjalan kearah kantin untuk mengisi perutnya. Setelah memesan makanannya, ia memilih duduk di pojok kantin. Ia menunggu pesanannya sambil bermain handphone membaca wattpad.

"Ini neng, pesanannya." Kata Buk Min kepada Calista.

"Iya buk, makasih." Balas Calista.

Calista menikmati sarapannya dengan sesekali melihat handphone. Sampai terdengar suara gesekan antara kursi dengan lantai, ia mendongak melihat siapa yang sudah mengusik ketenangannya makan.

"Oy Ra, tumbenan udah dateng?" Tanya seorang cowok yang sudah mengusik ketenangan Calista atau yang biasa dipanggil Ara oleh orang terdekatnya.

"Aku mah emang selalu dateng pagi, gak kayak kamu datengnya 10 menit sebelum masuk." Balas Calista dengan sinis sambil melanjutkan makannya.
"Hehehe.. tau aja kamu Ra." Balas cowok itu dengan cengiran andalannya.

"Huft.. kamu gak makan?" Tanya Calista.

"Nggak, tadi udah sarapan di rumah." Jawab Vaza.

"Oh.. Ya udah."

Ya, cowok yang sejak tadi menemani Calista bernama Vaza orang yang paling dekat dengan Calista diantara yang lainnya. Vaza termasuk orang yang baik, asik, friendly, dan pintar, dia juga salah satu anggota BES disekolah. Vaza termasuk orang yang sibuk karena kedudukannya sebagai wakil ketua BES. Tak jarang karena kesibukannya ia tak punya waktu untuk berkumpul bersama para sahabatnya.

Suara gesekan piring dengan meja mengalihkan perhatian Vaza dari handphone. "Udah selesai?"
"Udah."

"Ya udah. Yuk ke kelas! Udah bayar kan?"

"Yuk, udah kok."

Mereka berjalan berdampingan melewati lorong panjang yang dapat mengantarkan mereka ke kelas masing-masing sambil berbicara ringan dengan sesekali tertawa. Beberapa murid yang mereka lewati sempat terdiam melihat tawa seorang Calista. Karena yang mereka tahu, Calista adalah gadis yang memiliki sifat dingin, cuek, dan jarang tertawa. Melihat tawa seorang Calista dengan wakil ketua BES itu membuat beberapa siswa berasumsi bahwa mereka menjalin hubungan dekat. Didukung dengan sikap Vaza yang sesekali mengacak rambut Calista dengan gemas karena perkataan gadis itu. Tak terasa, mereka sudah berada tepat di depan kelas XI MIPA 4, kelas Calista dan Raja.

"Ya udah bang, Ara masuk dulu." Pamit Calista kepada Vaza yang sudah biasa dipanggil abang oleh Calista, karena kebiasaan sejak kecil dan Calista sudah menganggap Vaza seperti kakaknya sendiri.

"Iya, kamu belajar yang rajin. Jangan main handphone mulu! Dengerin guru yang ada didepan!" Kata Vaza diimbuhi dengan pesan untuk Ara.

"Hehehe.. Iya, siap. Tapi gak janji ya?" Balas Calista dengan cengirannya.

"Hadeh.. kamu ini. Iya udah terserah kamu aja!" Ucap Vaza sambil mengacak rambut Calista dengan gemas karena kekeras kepalaan gadis manis ini.

Kringgg.. kringgg...

Kumpulan cerita oneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang