Daniel Reingard berdiri di tengah kegelapan, di dalam sebuah ruangan yang hanya mengandalkan pantulan cahaya dari sebuah jendela besar yang menghadap langsung ke lantai dasar sebuah kelab judi terbesar di Inggris Raya.
The Emperor.
Merupakan bank judi yang hanya beranggotakan orang-orang terkemuka dari berbagai belahan dunia. Tempat yang dapat membuat seseorang merasakan nikmatnya hidup bergelimang harta, atau malah sebuah jalan dimana seseorang akan berakhir hidup dalam kemiskinan.
Daniel tersenyum masam, biasanya, seseorang akan menjadi sombong ketika diberikan banyak kemenangan, sifat tamak mulai tumbuh, dan tunas kehancuran akan berkembang semakin besar seiring dengan ambisi yang mereka taburkan. Yang kuat akan bangkit dan melawan, sedangkan yang lemah, hanya akan membiarkan diri tenggelam dalam rasa penyesalan, juga amarah yang tak bisa dipadamkan. Tapi tak peduli apa yang terjadi pada mereka, The Emperor akan menjadi satu-satunya pihak yang mendapat keuntungan.
Tatapannya tertuju pada seorang pria yang tengah berteriak memaki-maki dengan segala macam sumpah serapah. "Selalu begitu," dengusnya menghisap seputung rokok. "Mereka menikmati kemenangan yang kita berikan, namun tak pernah terima ketika terbentur kekalahan." Seseorang di belakangnya terkekeh.
"Itulah yang disebut manusia dengan segala ketololannya." Daniel membalikkan badan, menatap rekan kerjanya yang tengah berdiri di depan cermin, menyisir rambut yang sudah klimis.
"Bukankah kau seharusnya berada di bawah dan mengatasi kekacauan itu, Lars?"
"Aku sedang tidak ingin," Larson mengangkat bahu tak acuh. "Lagipula aku bosnya di sini. Kalau mereka bisa menangani, untuk apa aku harus bersusah payah ikut campur?" Daniel mendengus. Larson Benjamin Dawson seorang pria yang dikenal akan perpaduan sempurna antara keramahan dan kesombongan. Manager The Emperor, sahabat, dan juga rekan kerjanya. Bagi seorang Larson, tak boleh ada malam yang dilewatkan tanpa seorang wanita di atas ranjangnya.
"Sebaiknya kau mengundurkan diri dari posisimu!" Gumamnya kesal. Larson terkekeh, merapikan dasi sampai tak bercelah.
"Biar kutebak apa yang membuatmu jadi pria sensitif seperti ini," iris biru kobalt Larson menyipit, menatap Daniel dari pantulan cermin. "Selama sebulan berada di Rusia, aku yakin kau belum menyalurkan kebutuhan seksualmu dengan benar." Daniel melengos, mengembalikan tatapan ke arah keributan yang tengah ditangani oleh petugas keamanan.
Memang ketika berada di Rusia, ia tidak pernah menyentuh seorang pun wanita. Bukan hanya di Rusia saja, di negara mana pun ia singgah, Daniel tak terbiasa berhubungan seksual dengan sembarang wanita.
Biasanya ia memiliki wanita simpanan yang akan menjadi tempat untuk menyalurkan gairahnya. Namun sering kali para wanita salah mengartikan kesetiaan khusus yang ia berikan pada mereka sebagai cinta, jadi kemudian mereka akan menuntut sebuah hubungan yang lebih, dan ketika hal itu terjadi Daniel memutuskan untuk pergi meninggalkan.
Selama tiga puluh lima tahun hidupnya, hanya pernah ada lima wanita yang pernah tidur dengannya, dan ini merupakan dua tahun dirinya belum berniat memiliki wanita simpanan lain.
"Sampai saat ini, aku masih tidak mengerti dengan alasanmu yang terlalu pemilih." Larson kembali bergumam provokatif. "Kau tidak mau mereka mengikatmu dengan hubungan yang nyata, tapi kau terlalu setia pada mereka."
"Kau tidak mengerti?" Ia berbalik menatap Larson, iris matanya berkilat geli. "Itu karena aku tidak semurahan dirimu, kawan."
"Murahan?" Suara Larson naik satu oktaf. "Bilang saja karena kau takut pada makhluk bernama wanita!" Larson mendengus. "Kau tahu, sobat? Sifatmu itu sangat berbanding terbalik dengan ketenaranmu sebagai pembunuh yang ditakuti."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You
Romance#1 Emperor Series Kehidupan Margherita Xilliah Grasso yang tenang, hilang begitu saja ketika sang ayah memutuskan untuk menjualnya pada salah satu rumah bordil. Hal itu menjadi sebuah tamparan yang menyadarkannya, bahwa hidup bisa menjadi sangat kej...