Hujan pertamaku.

10 0 0
                                    

"Rasanya sejuk sekali. Aku ingin terus berada disini" kata seorang anak kecil yang tengah bermain dengan kobokan air hujan yang berada diatas tanah basah itu.

"Valerie...masuk! Hujan semakin deras!" teriak seorang wanita dari dalam rumah.
"Ya ma...sebentar lagi" tentu saja perintah mama nya tidak akan membuatnya berhenti bermain dan pergi meninggalkan hujan.

Valerie Rain Agatha. Seorang anak perempuan berumur 7 tahun. Yang masih duduk dibangku SD( Sekolah Dasar ).
Berparas cantik nan imut layaknya anak-anak seusianya. Tumbuh dan hidup bahagia bersama kedua orangtuanya yang senantiasa menyayangi nya. Tapi tetap saja ia merasa sepi. Ia tak punya teman, kakak maupun adik untuk tempatnya bercerita.
Bisa saja ia bercerita kepada mama dan ayahnya. Tapi percuma pikirnya, karena mereka tidak akan mendengarkan cerita-cerita bodoh seorang anak kecil yang hanya akan menganggu serta mengusik pekerjaan mereka.

Karena itulah valerie memilih diam, agar tak mengganggu siapapun.
Ia tak memiliki teman karna sikap pendiamnya.
Satu-satunya tempat ia berbagi cerita dikala sedih maupun senang, hanyalah hujan.
Hujan selalu selalu menjadi teman dikala ia merasa sepi didalam kesendiriannya.
Hujanlah saksi bisu kisah hidupnya selama ini.

Tanpa memperdulikan hari yang semakin lama semakin gelap.
Valerie tetap saja asik bermain dengan hujan. Menari diantara beribu tetes hujan yang turun dengan cepat membasahi tubuhnya.
Hujan semakin deras dan langit semakin gelap tapi tetap ia tak perduli.
Ia tetap ingin terus menikmati hujan yang turun tidak setiap hari itu.
Ia masih terus menari sambil meloncatkan kakinya ke beberapa genangan air yang tercipta disana.

Tidak seperti anak-anak pada umumnya. Yang memilih bermain bersama teman-teman mereka dikala hujan. Tertawa dan bercanda bersama.
Valerie justru malah lebih memilih bermain sendiri bersama hujan.
Ia takkan pernah merasa kesepian jika itu bersama hujan.

Daun dipohon perlahan-lahan jatuh dan gugur akibat terpaan angin yang semakin lama semakin kencang.
Valerie mengejar beberapa daun yang sedang berterbangan itu agar tak jatuh mengenai tanah.
Dia terus berlari mengejar daun-daun itu dengan langkah kaki yang sengaja ia hentakan kuat diantara genangan air hingga menimbulkan suara gemercik air yang terdengar indah seperti orkestra musik klasik saja di telinganya.
Tiba-tiba langkahnya terhenti saat menyadari bahwa matahari di seberang ufuk sana perlahan mulai turun dan akan menghilang entah kemana?
Ia terdiam sejenak saat melihat langit berganti warna menjadi jingga dan tak lagi biru seperti sebelumnya.
Tapi hujan tetap senantiasa turun diantara langit jingga itu.

Sungguh pemandangan yang indah.

Sungguh pemandangan yang indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


                                                                             Hujan dikala Senja


By: Suafbiba_sj

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Me PluviophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang