Reflection

4 0 0
                                    

Apa yang lebih menyedihkan daripada perasaan yang diabaikan oleh keluarga sendiri.

Disaat kamu merasa bahwa dunia tak pernah memperhatikanmu, dan tidak ada yang peduli dengan apa yang kamu lakukan.

Seperti kehidupan upik saat ini yang bahkan jauh dari kata bahagia. Tidak ada hari untuk dia dipedulikan orang lain, seolah merasa hidup sendiri di bumi luas yang dipenuhi banyak makhluk hidup.

Namun upik selalu berusaha memperbaiki situasi hidupnya yang sangat kelam dan gelap, berusaha senang di hadapan oranglain sementara saat itu adalah hari yang menyedihkan.

Berusaha untuk tidak marah dan menangis sementara ada hal yang membuat dia kecewa. Upik selalu berusaha menutupinya seolah olah semuanya baik-baik saja.

Upik seorang mahasiswa yang awalnya tidak dapat izin untuk kuliah, tapi entah apa alasannya dia berusaha keras untuk mendapatkannya.

Upik hanya memulainya dengan kemauan untuk sukses di kemudian hari tanpa tau apa impian dia sebenarnya.

Upik berasal dari keluarga yang tidak mampu dan memiliki enam orang saudara yang masih menyelesaikan pendidikan juga.

Bagi sebagian orang mungkin akan melihat kehidupan upik yang normal dan tidak pernah mengalami kesulitan selama menjalani kuliah.

Upik memiliki banyak teman, selalu tertawa dan terlihat bahagia, serta menjalani kuliah dengan semangat.

Upik memiliki tingkat kepedulian yang sangat tinggi terhadap orang lain, terkadang mengutamakan kepentingan temannya daripada kepentingan pribadi dan selalu berusaha menjadi teman yang baik.

Itulah upik yang dikenal temannya dan yang dapat dilihat orang-orang terdekatnya.

Namun yang sebenarnya adalah kebalikan dari itu semua. Upik merasa kesepian dan selalu menangis setiap ada kesempatan menyendiri.

Orang lain mungkin tidak tau betapa sulit kehidupannya, bahkan orang tuanya. Di depan ortunya dia selalu berusaha terlihat baik-baik saja. Jadi gimana kehidupan upik yang sesungguhnya?

Cermin Reflection Upik ;

"Aku sedang tidak baikbaik saja, aku merasa kesepian, aku ingin menangis, aku merasa ini sangat berat, aku sedang kesulitan. Aku selalu peduli sama mereka tapi kenapa aku merasa tidak pernah dipedulikan? Saat ini aku sedang merasa sakit, rasanya aku tidak kuat menjalaninya, bahkan untuk bersuara pun aku merasa tidak mampu. Aku menjalani kuliah dengan perasaan yang tertekan."

Sebenarnya dari awal aku mendaftar kuliah, aku sudah merasa akan seperti ini jadinya, namun aku tetap memilih kuliah karna tidak ada yang lebih baik dari itu untuk dilakukan.

Kehidupan keluarga kami yang serba berkecukupan harus bisa aku hadapi dan atasi selama menjalani perkuliahan. Uang kos, uang makan, dan untuk keperluan lainnya harus diwaspadai sewaktu waktu orangtua tidak bisa mengirimkannya.

Selama empat semester aku menjalaninya dengan baik dan dengan adanya bantuan beasiswa.

Hingga aku sampai di akhir semester dimana semakin banyak biaya yang dibutuhkan, aku harus selalu bersabar ketika kesulitan itu menghampiri.

Aku berusaha bekerja seadanya untuk minimal dapat biaya makan dan keperluan pribadi. Selama ini orangtuaku selalu mengirim uang untuk bayar kos biarpun selalu telat, setidaknya masih dapat diharapkan.

Kehidupanku dikampus harus tetap terlihat normal, oleh karena itu aku berusaha terlihat bersemangat dan ceria di hadapan temanteman ku.

Semester akhir semakin menyiksaku dan akhirnya aku menceritakan kesulitanku sama beberapa teman dekat ku.

Mereka berusaha membantuku dan memberikan semangat, biarpun ada yang tidak begitu peduli. Saat seperti ini aku berharap ada perhatian dan semangat dari ortu dan keluarga ku.

Namun aku hanyalah upik yang kesepian...
Aku tau ortuku pasti kesulitan memikirkan kami yang butuh biaya banyak.

Tapi dari dulu aku selalu berharap setidaknya ditanya apakah ada kesulitan atau tidak. selama aku menjalani kehidupan kuliah di kota ini, aku rajin menghubungi ortuku bahkan hanya untuk membicarakan hal yang sederhana.

Aku selalu iri sama orang yang dihubungi ortunya setiap saat, berpikir kapan itu terjadi padaku. Mungkin terasa sedikit alay, tapi itu hal yang sangat sangat aku butuhkan.

Aku juga punya teman yang aku anggap sebagai seorang teman baik. Teman yang selalu aku utamakan, aku berusaha membantu dia saat kesulitan. Aku rela mengorbankan waktu dan usaha untuk menolong dia.

Ketika aku sudah menganggap seseorang itu penting, baik yg lebih muda atau lebih tua, lakilaki atau perempuan, atau darimana pun asal usulnya, aku akan seperti orang bodoh yang membantu dia dan tidak membiarkannya dalam kesusahan.

Aku tidak pernah berharap orang itu juga melakukan seperti yang aku lakukan, tapi kenapa aku merasa seperti tidak dianggap ketika aku begitu menganggapnya.

Anggap saja aku adalah salah satu dari sekian banyak orang yang alay karena satu kata semangat dari orang lain sangat berarti buat aku.

Aku bisa merasa senang hanya mendengar kalimat hiburan dri orang lain. Namun apakah aku mendapatkannya?

Dari sekian banyak orang yang aku kenal, orang yang aku anggap teman, orang yang aku anggap sahabat, dan orang yang selalu aku pedulikan hanya satu per seribu yang ada kepedulian.

Entahlah... bahkan orang tua ku tidak pernah bertanya apa kesulitan ku, apakah ada masalah atau tidak.

Aku merasa seperti orang bodoh yang menjalani hidup dengan kepalsuan. Aku selalu menyalahkan diri sendiri, merasa tertekan, marah dalam diam dan menutupi semuanya sendirian hingga diakhir aku tidak akan mampu lagi menahan rasa sesak itu, aku tidak tau lagi akan menceritakannya dimulai darimana.

Terlalu banyak hal yang aku pendam sendirian dan hanya dapat menangis sendirian.

Air mataku terasa seperti lahar yang mengalir setelah berpuluh tahun tertimbun. Aku ingin berteriak sekeras-kerasnya dan mengatakan “aku sedang kesulitan, tolong bantu aku”.

Ada orang yang pernah berkata seperti ini “kalau kamu tidak menceritakannya, maka orang lain tidak akan tau”.

Apakah itu artinya aku yang paling bodoh karena tidak menceritakannya? Tapi bisakah aku berharap ada orang yang akan bertanya sehingga aku bisa memberikan jawaban.

Aku terlalu sombong pada diri sendiri karena selalu yakin orang lain akan bertanya dan peduli apa yang aku rasakan. sesungguhnya, Ini hanyalah kesalahanku.....

                                    --End--

Ketika merasa kesulitan, katakanlah jika itu sulit..
Ketika merasa sedih, maka menangislah..
Ketika banyak masalah, setidaknya berbagilah dengan orang lain..
Ketika kamu tidak sanggup lagi menyimpannya sendirian, maka ceritakanlah dan minta tolonglah kepada orang lain.
Ingatlah bahwa Allah tidak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan seseorang..
jadi jangan lupa bersyukur, berdoa dan berusaha ^^

Cerita si Upik ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang