1

6 0 0
                                    

Sofiana permata hanyalah gadis sederhana yang hidup berdua dengan ibunya. Ia lahir dari keluarga yang serba kekurangan. Namun Sofi tidak pernah mengeluh.

Untuk menyambung hidupnya, ia harus berdagang roti yang selalu ia titip di warung warung terdekat. Sementara ibunya menjadi asisten rumah tangga di salah satu komplek ternama dekat rumahnya.

Sementara bapak tercintanya sudah meninggal dunia sejak ia masih bayi. Bahkan di umurnya sekarang, ia masih tidak tahu penyebab bapaknya meninggal. Setiap kali ia bertanya pada ibunya. Yang ia dapat hanya senyuman kecil dan sorot wajah sedih dari ibunya. Untuk itu ia tidak pernah bertanya lagi.

Ia bersyukur karena diumur 16 tahunnya ini ia masih diberi kesempatan untuk melanjutkan sekolahnya. Karena keadaan yang tidak mendukungnya, ia harus belajar lebih giat untuk mendapatkan beasiswa yang ditawarkan gurunya sebelum dia lulus.

Azura High School adalah salah satu sekolah yang ditawarkan gurunya itu. Awalnya Sofi merasa ragu, dan sempat memilih untuk mengambil beasiswa di sekolah lain. Karena sekolah tersebut adalah sekolah bergengsi di kota ini. Bisa saja beasiswanya akan ditolak mentah mentah.

Tetapi mungkin dewi fortuna sedang berada di pihaknya kali ini. Setelah pengumuman kelulusannya diumumkan, ia mendapat kabar bahwa beasiswanya tersebut diterima.

Dan disinilah ia sekarang. Di depan gerbang hitam legam menjulang bertuliskan Azura High School dengan lettering yang mengagumkan. Membuat siapa pun yang berkesempatan sekolah disini merasa bangga, termasuk dirinya.

Seperti ketentuan yang ada, hari pertama masuk sekolah para siswa diwajibkan melaksanakan kegiatan MOS.

Rambutnya ia kuncir kuda menggunakan pita merah, kaos kaki yang berbeda warna, dan name tag yang ia kalungkan.

Ia memantapkan hati memasuki gedung sekolahnya yang megah ini. Ia mengerjapkan mata seolah ia berada di alam mimpi. Mulutnya sedikit terbuka mengucapkan hal hal mengagumkan dengan suara yang kecil. Sampai ia tidak memerhatikan jalannya dan bertabrakan dengan seseorang.

"Aduh" cicitnya. Bokongnya terasa panas karena terjatuh.

"Kalau jalan pake mata"

Sofi menatap orang yang ditabraknya itu.

"Tampan juga" pikirnya.

Tetapi sayang, mukanya terlihat dingin dan suaranya tadi terdengar sinis.

"Maaf ya kak"

Orang tersebut berlalu begitu saja tanpa peduli keadaan Sofi yang tidak mengenakkan itu. Sofi bangkit berdiri sendiri dan melanjutkan langkahnya.

***

Selama kegiatan MOS hari ini, ia mendapat teman baru dan akan menjadi teman sebangkunya. Jane, gadis itu sangat periang dan aktif.

Di sela sela kegiatannya tadi, Jane memperkenalkan dirinya terlebih dahulu. Jane bukanlah orang yang menatapnya sebelah mata seperti kebanyakan siswa disini. Sifatnya yang bertolak belakang membuat Sofi nyaman berteman dengan Jane. Sudah banyak hal yang mereka obrolkan sedari tadi.

Ternyata Jane sangat tahu seluk beluk sekolah ini. Jika Sofi bertanya Jane tahu darimana? Jane hanya manjawab

"Ya masa lo ngga tahu sekolah elite ini sih"

Sofi hanya menampilkan wajah cengo nya. Toh memang Sofi tidak tahu apa apa soal sekolah ini.

Dari Jane juga, ia tahu orang yang ditabraknya tadi adalah salah satu most wanted disini. Namanya adalah Froy Davinski.

Siswa tampan yang memiliki freckles yang sangat dikagumi. Pintar, menjabat sebagai kapten basket, dan anak pemilik sekolah adalah keunggulannya. Sayangnya ia dingin terhadap siapa pun bahkan sahabatnya.

Sejujurnya, Sofi tidak tertarik pada Froy. Tetapi melihat temannya yang sangat bersemangat bercerita tentang Froy, akhirnya ia hanya mendengarkan dengan patuh.

"Apa yang disukai dari orang dingin kayak gitu?" batinnya.

DreamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang