Kedua

12 0 0
                                    

Bus memory
Yap selama kurang lebih 30 menit aku duduk disebelahnya yang juga sedang mendengarkan lagu menggunakan earphonenya. Aku memperhatikannya sesekali, ia menutup matanya lalu sesekali ia menempelkan bibirnya yang membuat lesung pipit itu kembali terlihat.

Hal baru yang lagi ku temukan adalah bulu matanya yang lentik. "Ahh, sudahlah buat apa memandanginya terus menerus. Pangeran impianmu ini sebentar lagi akan bertemu dengan kekasihnya" gumamku dalam hati.

Bus rute 005 ini berhenti seketika, membuat nya terbangun dan membuat ku sadar dari lamunanku. Ternyata bus ini tidak bisa melewati rute biasanya karena sedang ada perbaikan jalan. Jadi terpaksa para penumpangnya harus turun dari bus.

Jujur saja aku malas karena dari tempat pemberhentian ini aku harus jalan menuju rumahku yang lumayan jauh. Dan pemandangan buruk pun terlihat di depan ku, dia yang sedang menelepon dan menggarukan kepalanya. "Mungkin cewenya marah karena dia lama, atau mungkin cewe itu telah basah kuyup kehujanan" kataku sambil tertawa sendiri.
Setelah ucapanku itu hujan seketika turun dengan sangat lebat :) "yapp hari buruk bagiku karena aku pun akan basah kuyup."

Aku pasrah dan tidak bisa berbuat banyak. Tidak ada kendaraan umum yang melewati jalan itu dan hanya aku dan dia yang berada di jalan itu. Aku pun bergegas pergi sebelum hujan turun dengan sangat deras. Lelaki itu ada di depan sana, dan aku harus melewatinya. Aku pun menghitung ya, 10 langkah menuju nya, 5 langkah menujunya, dan 2 langkah. Dan sontak aku terkejut karena dia memanggil NAMAKU.

"Hey, Raffles" katanya
"Emmm yaa?" Kataku sambil menutupi kepalaku
"Rumah kamu dimana?" Katanya
"Di jalan Luna. Kenapa?" Tanyaku
"Boleh aku ikut? Rumahku sejalan dengan rumah kamu." Katanya
Saat itu bisa dibayangkan? Mungkin muka ku merah seperti tomat karena aku sangat malu dan responku hanya mengangguk.

Street memory
Hujan terus mengguyuri kami berdua, jalan dengan cepat adalah pilihan kami. Tapi tetap kami telah basah kuyup.
"Kamu kelas berapa?" Tanyanya
"Kelas 11. Kamu?" Tanyaku membalas
"Ohh 12" katanya
"Nama kamu Raffles?" Tanyanya kembali
"Iyaa, tau darimana?"
"Kamu adalah orang yang pernah mencalonkan diri sebagai ketua seni itu bukan?" Katanya. Dan memang benar itu aku orangnya.
"Ohh iya.. nama kaka siapa?"
"Namaku Andreas" jawabnya dan tiba-tiba berhenti lalu menyodorkan tangannya hendak berjabat tangan denganku dan aku pun membalasnya.
"Kamu ga takut sakit karena hujan-hujanan?" Tanya nya. Aku menggelengkan kepala
"Hujan itu asyik. Penuh makna" kataku
"Makna?" Katanya sambil melihat kedua mataku. "Iya, maknanya hujan itu selalu turun disaat yang tidak terduga tapi kadang hujan itu merupakan berkat untuk beberapa wilayah yang kekeringan. Jadi hujan itu adalah cara kita untuk bersyukur"
Responnya hanya tersenyum dengan lesung pipitnya. Sudah hampir 20 menit kami jalan, dan sampailah di jalan Luna. Aku pun berpamitan kepadanya.
"Terimakasih telah menemaniku dijalan ka" kataku sambil tersenyum.
"Justru aku yang seharusnya berbicara seperti itu, satu fakta tentang diriku yang akan aku beri tau kepadamu adalah aku ini tidak suka berjalan sendiri di tengah keheningan. Dan kamu juga tidak perlu memanggil kaka toh kita hanya berbeda satu tahun saja" katanya.
"Baiklah" jawabku membalasnya dengan senyuman lalu melambaikan tangan. Jadi, hari ini 3 fakta yang aku temui yaitu mata coklatnya, bulu matanya, dan dia tidak suka berjalan sendiri di tengah keheningan. Betapa Tuhan itu sangat baik, coba bayangkan ketika kamu baru saja berharap bahwa kamu bisa berkenalan dengan orang yang kamu kagumi itu terwujud dan bahkan lebih dari itu, kamu bisa berjalan bersamanya. Bagaimana rasanya? Senang sekali bukan? :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang