Suara ramai orang-orang di mall ini, adalah hal yang paling ku tidak suka. Kala itu aku hendak untuk pergi mencari minuman dingin setelah aku selesai menonton sebuah film. Aku berjalan santai menuju eskalator yang menghubungkan lantai tiga dan lantai dua. Pada saat aku sedang menginjakan kaki ku dan mulai diam berdiri di satu tangga eskalator, tiba-tiba ada seseorang yang mungkin sedang terburu-buru berdiri di sebelahku dan menginjakan kaki di satu tangga yang sama denganku. Aku tersentak ketika melihat nya, aku mengetahui nya tetapi tidak mengenal nya. Dan hal terbodoh yang bisa aku lakukan hanyalah menundukan kepala karena takut ia mencurigai gerak gerik ku yang aneh ini. Dan itulah kala pertama aku bertemu dengannya sang pangeran eskalator dengan sangat dekat.
Postur tubuhnya yang tegap dengan sweater berwarna hitam, rambutnya yang sedikit berantakan, hidungnya yang mancung, dan lesung pipitnya yang membuat para gadis tergila-gila melihatnya. Yaa dia berdiri disebelahku, tepat disebelahku,bukan di bawahku, bukan di atasku, ya dia di sampingku. Yang aku ingat saat itu aku hanya melihat gerak geriknya, ia seperti orang yang kebingungan yang tidak tau arah tujuannya. Lucu menurutku. Wajahnya yang polos tergambar jelas saat itu. Pertanyaan ku saat itu adalah siapakah namanya?
Satu bulan, dua bulan jalan begitu saja. Aku tidak pernah melihat dia lagi. Perasaanku saat itu masih sama yaitu keingin tahuanku untuk mengetahui namanya. Aku sedang duduk menunggu di halte depan sekolahku, memikirkan kejadian itu terus menerus (yaa aku selalu memikirkannya) aneh. Dan tiba-tiba lelaki eskalator itu datang dan duduk di sebelahku, yap persis di sebelahku LAGI. Aku memandanginya yang sedang memandangi jalan sambil mendengarkan lagu (asumsiku karena ia memakai earphone) dan tiba-tiba terdengar deringan suara telepon genggam.
"Hallo"
"Iya sabar ya, ini aku lagi kesana. Nunggu busnya lama"
"Byee"
Begitulah perkataan yang ia lontarkan selagi sedang bertelepon dengan "seseorang" di seberang sana. Dan pasti tau responku bagaimana ketika mendengarnya bukan? Seperti guntur yang turun tiba-tiba, asumsi ku mungkin itu adalah pacarnya.
"Sudah lupakan dia" kalimat itu yang terus menerus aku lontarkan didalam hatiku.Bus 005 pun datang, aku menaikinya. Lalu aku duduk di bangku paling belakang sebelah kanan dan mulai mencari earphone ku dan mendengarkan lagu kesukaanku sambil menyender kepada kaca bus. Dan mulai menutup kedua mataku karena masih tidak percaya akan apa yang aku lihat dan aku dengar.
"Permisi" kata nya yang akan duduk di sebelahku
"Iyaa" jawabku sambil menutup mata dan tak lama aku pun tersadar akan sesuatu. Aku melihatnya, seseorang yang ada di sampingku. "Ya Tuhan cobaan apa lagi ini" gumamku dalam hati. Ternyata ia pun sama menunggu bus 005. Aku terkejut, membesarkan mataku, mengucak mata dan kembali melihatnya. Respon kali ini sedikit berbeda, bukan sedikit tapi sangat berbeda. IA PUN MENATAPKU KETIKA AKU MENATAPNYA. Satu ciri yang aku temukan lagi adalah bola matanya coklat.
"Kenapa?" Tanyanya.
"Ohh tidak" jawabku singkat sambil beralih ke arah jendela.
"Ini punya kamu?" Katanya sambil melihat sapu tangan berwarna biru. Yaa sebenarnya itu memang punya aku tapi....
"Bukan, bukan punyaku" aku tersenyum. Ia mengangguk dan memasukan sapu tangan itu kedalam kantungnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Night
RomanceSeseorang yang tak terduga datang dan mengubah hidup seorang gadis yang tidak peduli dengan sekitarnya... gadis itu adalah Raffles Larasati