Part 1

5 1 0
                                    

Malam yang semakin Larut menemaniku berjalan diantara lampu-lampu jalan yang masih setia menerangi jalan ku yang sudah mulai gontai ini.

Malam yang semakin Larut menemaniku berjalan diantara lampu-lampu jalan yang masih setia menerangi jalan ku yang sudah mulai gontai ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perkenalkan nama ku Putri Bintang Rinjani. Aku anak pertama dari mamah ku yang bernama Leta Permata Rinjani dan dari seorang Ayah yang bernama Indra Dermawan Rinjani, Lebih tepatnya sih Brengsek. Dia tidak pantas dipanggil dengan sebutan seorang Ayah. Karna dirinya lah orang yang aku sayangin, yang telah mengandung ku meninggal  ditangannya sendiri. Dan terjadi dihadapan ku yang masih berusia lima tahun saat itu. Hal ini yang membuat ku trauma dan memilih untuk tidak berkontraksi dengan cowok yang ada disekitar ku.

Hidup ku dulu sangat bahagia bahkan aku bisa mendapatkam semuanya yang ku mau termasuk kasih sayang seorang ibu.

karna sih brengsek itu lah aku kehilangan itu semua dan tinggal disalah satu rumah pelayan ku. .

Usia ku yang menginjak 16 tahun ini, aku sudah mulai bisa menerimah kenyataan bawah mamah yang ku sayang terbunuh oleh Ayah ke sendiri.

Brukkk
"Awhh..."
Ringis ku kesakitan karna terjatuh dan merasakan ada yang perih di siku dan telapak tangan ku.

"Makanya kalo jalan tu yang bener, jangan ngelamun."
Suara laki-laki itu membuat ku menegang karna suara itu mirip sekali dengan sih brengsek itu.

Aku pun berdiri dan berlari tanpa melihat siapa yang membuat ku  terjatuh dan terluka. Karna misi ku saat ini menjauh dari cowok itu.

"Bi...Hiks...Hiks."
Tangis ku semakin keras saat diri ku sudah sampai disebuh rumah sederhana tapi cukup untuk Bibi dan diri ku berlindung dari terik dan hujannya ibu kota. Kalian bisa menyebut ku sih cengeng

Bibi yang sedang duduk bersantai diruang tamu langsung berdirih dan menghampirin ku.

"Kamu kenapa sayang?"
Tanya bibi Ina yang terlihat sangat khawatir karna aku pulang dengan kondisi menangis, baju yang kotor dan tak lupa luka goresan yang berbekas di siku dan telapak tangan ku.

"Bi..Hikss..Tadi..Pas..Pu..Lang..Putri..Ber..Termu..Deng..an..Seseorang..Ya..ng..Suaranya..Mir..ip.
.Sih..Brengsek..itu." 

Jawab ku pada bibi dengan terbata-bata dan tangisan ku yang masih mengalir.

Tanpa segan Bik Ina memeluk ku dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang. Iya, sejak orang yang aku sayang terbunuh Bik Ina lah yang merawat Ku seperti dia merawat anaknya sendiri yang dipenuh kasih sayang sebagai seorang ibu dan hingga aku sebesar ini.

Ku balas pelukan itu lebih erat. Perasaan ku sekarang lebih tenang karna pelukan dari seorang yang telah merawat ku ini.

"Ya udah jangan menangis lagi yahh sayang. Sekarang kamu istirahat yahh.."
Ujar Bik Ina pada ku sambil mengurai pelukannya dan menghapus air mata yang terukir di pipi ku.

"Iya Bik."
Jawab ku pada Bibi dan langsung menujuh kamar ku untuk  beristirahat dan melupakan semua masalah yang terjadi di malam ini.

***

Pagi yang cerah ini membuat ku senang karna matahari yang terpancar sangat cerah dan angin yang berhembus sejuk melawati jendelah kamar  Membuat isi hati ku yang merasa sangat penuh dan lelah kini lumayan legah.

"Sayang sini, Bibi udah siapin sarapan buat kamu."
Teriak Bibi yang aku yakin berasal dari dapur.

"Iya Bik, Putri beres-beres dulu bentar lagi selesai kok."
Jawab ku atas teriakan Bibi dan membereskan kamar dan barang-barang yang akan aku bawak ke sekolah.

Saat aku merasa kamar ku sudah rapi dan barang-barang yang ingin ku bawak sekolah sudah siapp aku pun langsung keluar kamar dan menujuh kedapur.

Aku pun duduk disalah satu kursi dan melihat makanan yang tersusun rapi dan siap disantap. Bibi yang masih asik dengan acara memasaknya tidak mengetahuai keberadaan ku yang sudah duduk menunggu masakan yang lain.

Dan satu lagi aku dan Bibi hanya tinggal berdua. Karna Suami bibi sudah meninggal dan Bibi hanya memiliki satu anak perempuan dan anaknya itu sekolah diluar kota.

"Ehh...Sayang sejak kapan kamu disini."
Ujar bibi saat berbalik dan terlihat terkejut melihat aku sudah duduk dan siap untuk makan.

"Udah dari tadi Bik, Bibik sih asik banget masaknya."
"Maaf sayang, ini Bibi masak sop ayam kesukaan kamu."
Ujar bibir sambil meletakan semangkuk sop yang kelihatanya sangat enak itu.

"Kayaknya enak nih, Putri makan yahh Bi."
"Iya sayang."

Setelah sarapan pun aku berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki karna jarak rumah dan sekolah yang bisa dibilang cukup dekat.

***

SMA Nusantra Albina.
Disini lah ku belajar menuntut ilmu. Aku berada di kelas XI IPA-1. Ini merupakan sekolah yang dibangun oleh Ayah. Memang hidup ku baik-baik saja karna uang yang dikirim oleh Ayah. Aku mau tidak mau harus menggunakan uang itu karna tidak mungkin aku menyuruh bibi berkerja dengan usianya yang sudah semakin tua. Dan anaknya bisa bersekolah ke luar kota juga itu karna dibiayai oleh Ayah.

Aku pun menujuh kelas yang berada di lantai dua dan bersiap-siap untuk memulai pelajaran di hari kamis ini.

Dengan langkah ku yang ringan aku menujuh kelas ku yang berada dilantai dua sekolah.

Kondisi sekolah emang masih sepi karna aku berangkat cukup pagi hari ini.

Aku pun membuka pintu kelas dan menujuh tempat duduk yang berada dipojok sebelah kanan yang merupakan tempat yang paling ku sukai. Kalian pasti tau alasanya kenapa.

Hai Readers:)
Selamat membaca cerita saya maaf apa bila kurang ngambung.

Sya butuh dukungan kalian yahh.
follow,komen dan vote yahh:)
Gk susah kok:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fuck! boyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang