Bagian pertama

466 14 0
                                    

Ibu Suri Yoon: “Pada suatu masa ada dua matahari dan dua bulan. Siang hari terasa sangat panas dan malam dingin membekukan. Dunia berada dalam kekacauan. Waktu itu, seorang pahlawan muncul dan memanah satu matahari dan satu bulan, mengembalikan keteraturan dan kedamaian di dunia.”

Ibu Suri Yoon sedang minum teh dengan kemenakannya, Yoon Dae-hyung. Ibu Suri berkata mereka tidak bisa setiap saat menunggu munculnya seorang pahlawan. Ibu Suri ingin kemenakannya menjadi pahlawan itu, karena hanya boleh ada satu matahari di langit maka satu lagi harus dilenyapkan.

Matahari melambangkan raja. Saat itu adalah pemerintahan Raja Seongjo. Adik tiri Raja, Pangeran Uisung, dianggap Ibu Suri (ibu dari Raja Seongjo) sebagai pengancam tahta anaknya walau keduanya memiliki hubungan yang baik. Pangeran Uisung dianggap matahari ke-2.

 

Sekelompok orang berpakaian serba hitam mengendap-ngendap di malam hari dan menyusup ke sebuah rumah besar. Mereka menempel kertas kuning (jimat) di tembok dan mengubur sebuah buku kuning di halaman. Satu orang penyusup memasuki sebuah kamar namun menemukan kamar itu kosong. Pangeran Uisung tiba-tiba muncul, menghunus pedang ke leher orang itu tapi orang itu berhasil berkelit. Pangeran menyerang orang itu namun ia terpanah.

 

Tiba-tiba seorang wanita terbangun di tengah malam. Sepertinya ia bermimpi buruk. Tapi tunggu dulu, ia adalah Ah-ri (cameo oleh Jang Young-nam), seorang shaman. Ia tahu “pria itu” dalam bahaya dan bersikeras pergi ke kediamannya saat itu juga. Temannya sesama shaman, Jang Nok-young, mencoba mengejarnya untuk menghentikannya tapi ia berhenti. Sepertinya ia mendapat firasat … atau penglihatan? Ia melihat ke langit dan melihat bulan tertutup awan dengan cepat lalu dengan cepat awan berlalu dan bulan bersinar menyilaukan.

The moon embracing to the sunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang