Hi, ini author balik lagi dengan cerita baru.
sebenarnya cerita ini sudah tamat sih, cuma menurut Thor, kok masih kurang ya untuk sebuah one shot story :D. lihat dulu lah respon pembaca, kalau bisa kita lanjutin nanti.
Berbicara tentang mengejar-ngejar cewek belum ada dalam kamus lelaki itu. Muda, tampan, anak band, punya kafe peninggalan kakaknya yang harus dia kelola sendiri. Seolah seluruh dunia melihatnya ketika berjalan. Apalagi hanya di sebuah kota kecil, Kupang. Kota dipinggir laut yang mempunyai pemandangan senja paling indah, karena langit yang masih begitu bersih. Roger, namanya. Walaupun punya segalanya Roger hanyalah seorang mahasiswa biasa. Terutama seorang remaja yang butuh pengakuan. Namun sekali lagi, Roger belum pernah merasakan yang namanya mengejar cewek yang disukainya. Sebaliknya, perempuan biasanya selalu ada di sekitarnya. Entah mereka mendapatkan nomor HPnya darimana, mungkin dari papan iklan kafenya, atau meminta dari teman-teman sekolahnya, pesona Roger membuat kafenya selalu rame dengan cewek-cewek. Apalagi dia dan teman-temannya sering mengisi live music di sudut kafe yang disulap menjadi panggung akustik itu.
Perempuan itu, Canola.
Roger mengenalinya dari Instagram. Hanya instagram. Apalah arti social media, selain sebagai sarana pencitraan diri. Bukan, bukan itu yang membuat Roger membuka lagi profil sang Canola. Foto Roger ada disana, dan sedang melanggar peraturan. Canola bahkan tak pernah memajang fotonya sendiri. Media instagramnya selalu berisikan hal-hal yang aneh menurut orang lain. Dia memotret pelanggaran lalu lintas, memotret anak-anak penjajah Koran di lampu merah, memotret jalan yang rusak, memotret bunga-bunga liar. Namun wajah roger ada disana, dengan motor gede mirip motor pembalap berwarna hitam. Roger terusik, perempuan mungkin memang tertarik dengannya dan berusaha untuk mendapatkan perhatiannya, namun momen saat foto ini diambil adalah saat itu. Saat malam Roger melarikan diri dari sana. Malam saat kakak yang dikaguminya pergi untuk selamanya. Dan siapapun yang mengambil fotonya ini pasti ada di sekitar tempat itu.
Kegiatan yang menurutnya terlalu membuang-buang waktu itu akhirnya dilakukan juga. Stalking akun Instagram!
"cieh, siapa tuh? Serius banget daritadi diliatin HPnya. Biasanya juga kak Bian yang diledekkin kalo lagi stalking mantan di IG ?" Arin adik sepupunya yang sering main di Kafenya mengagetkan Roger yang dari tadi duduk di bangku kasir sambil menatap intens layar HPnya.
"eh, Arin, kapan datang?"
"tuh kan, udah nyapa daritadi juga? Nih bahkan udah mau pulang"
"kok udah pulang? Bentar dong. Tumben datang sendiri? Teman-teman mana?" Roger melihat sekeliling Kafenya yang sudah sepi.
"lagi pada persiapan ujian Kak, makanya jarang maen kesini lagi. Btw, kakak lihat apa? Daritadi tuh HP kayaknya udah teriak-teriak Lowbatt tapi gak direspon"
Roger melihat HPnya yang sudah sekarat dan segera memasang Charger yang kabelnya selalu tersedia di meja kasir.
"itu kak Roger lihat foto kak Roger di akun Instagram orang. Makanya bingung kok bisa ada disitu"
"oh, kan biasa juga ada" Arin tak menangkap kecemasan kakak sepupunya itu yang sudah membuka akun Instagramnya lagi.
"ini beda, kalau biasa teman-temanmu pasang foto kakak di akun IG mereka yah itu karena kakak foto bareng mereka, tapi ini beda. Kakak kelihatan kayak criminal disitu"
"hah? Kok bisa? Emang siapa yang pasang?"
"gak tau, nama akunnya sih Canola. Tau gak ?" Roger hampir yakin Arin tak tahu tentang akun yang mempunyai follower hampir mirip selebgram itu.
"kayaknya Arin pernah dengar deh. Nama itu mirip nama adik kelas Arin yang kelas Akselerasi itu. Anak terpintar di Sekolah tuh kak. Namanya kan unik jadi banyak teman-teman Arin yang sering gosipin. Dia juga UN bareng angkatan Arin tahun ini. Kalo Canola yang Arin tau sih itu. Gak tau kalo di IG yang kak Roger stalking"
"coba nih lihat kayaknya dia gak pernah foto disekolahmu deh" Arin menatap satu persatu foto dari HP Roger yang ada di akun IG yang berfoto profil bunga-bunga kuning Canola.
"oh, iya ni dia orangnya kak. Canola itu memang gak pernah memasang foto dirinya atau identitasnya. Tapi dia sering banget mengirim foto-foto semacam ini ke mading sekolah. Makanya teman-teman sering kena marah Kepsek. Entah bagaimana disela-sela waktu belajarnya yang sibuk, dia bisa memotret adegan-adegan pelanggaran ini. Mungkin cita-citanya jadi wartawan kali ya?" Arin menjelaskan panjang lebar, dan Roger dengan antusias semakin penasaran dengan pemilik nama Canola ini.
" kalau kakak penasaran, ikut aja aku ke sekolah besok. Anterin Arin maksudnya. Kan lumayan dapat tebengan. Nanti aku tunjukkin yang namanya Canola. Dia kan kelasnya sebelahan sama Arin" Arin senang kalau kak Roger yang mengantarkannya ke sekolah. Bagaimana tidak, teman-teman cewek sekelas dengan terang-terangan bilang kalau mereka iri dengan Arin yang punya kakak sepupu keren banget. Arin tahu kakak sepupunya itu juga menikmati setiap pujian yang selalu diberikan. Bukan semata-mata karena dirinya suka dipuji, namun dengan begitu marketing kafe dan bandnya jadi lebih laris.
"alah, kamu. Sekali dayung langsung nyebur n nyelam nih" Roger tau Arin memasang senyum lebar begitu tahu Roger akan menyetujui idenya itu.
Senja sudah menyemburatkan warna warni jingga di langit Kupang. Seiring deru mesin-mesin motor yang melintasi jalan utama di depan Kafenya. Beberapa pengunjung sudah mulai berdatangan. Bian, sahabatnya sudah ambil bagian di sudut kafe itu bersama gitar akustik dan hilang dalam irama lagu-lagu galau yang dinyanyikannya. Roger merenungi kembali rencananya bersama Arin besok sambil tersenyum menatap para pengunjung dan Bian, sahabatnya yang hari ini tampil mellow dengan sweatshirt putih dan rambut kribonya. Selamat sore juga untuk kak Rasha, batinnya.
YOU ARE READING
Canola dan Logika
Teen FictionCanola, logikanya kadang susah ditebak. yang jelas, sosial medianya adalah sarana mempublikasi kampanye kebaikan yang menurut sebagian orang tidak terlalu penting. namun bagi logika Canola, details is everything.