Pagi yang direncanakan tiba. Roger mengantarkan Arin yang sudah siap dengan ranselnya. Di depan SMAnya, Roger sengaja memarkirkan motornya sambil melihat ke arah tangan kanan Arin yang menunjukkan seseorang yang sedang duduk di bangku dan membaca buku tebal yang terlihat seperti novel. Roger tahu itu karena dia mengenali warna sampul merah buku itu. Mirip buku Game of Thrones yang ada di koleksi rak bukunya.
"udah lihat kan kak? Mau samperin gak, skalian ngajak kenalan?" tawar Arin yang sudah siap melangkah ke kelasnya. Sementara Roger masih duduk di atas motornya.
Perempuan yang menjadi objek kuncian tatapan mata Roger tak menyadari apapun.
"kalau kamu punya nomor HPnya, Eh gausah, nanti kakak minta sendiri aja"
Roger tahu cara-cara seperti itu bukan gayanya, meminta nomor HP cewek dan mengajak kenalan. Walau itu yang selalu dilakukan teman-teman cowoknya. Tapi Roger memilih untuk meminta langsung pada yang bersangkutan. Lebih sopan dan terhormat menurutnya.
" oke kak. Beneran nih gak mau samperin?"
"Nanti aja kakak samperin, itu lihatin teman-teman cewekmu dah mo pada pingsan dari balkon. Kalau kakak samperin nanti ditonton orang-orang satu sekolah"
Roger memutar motornya dan keluar dari halaman SMA yang menjadi almamaternya juga.
Canola, sederhana tapi memikat. Dia seperti hidup di dunianya sendiri. Lagian, pagi-pagi malah baca novel. Bukannya dia hari senin mau ujian nasional ? ah, mungkin otaknya juga udah capek belajar setiap hari apalagi anak-anak kelas akselerasi. Roger membatin sepanjang perjalanannya dari sekolah Arin hingga ke kampusnya. Kuliah manajemen pemasaran hari ini semoga tidak kosong lagi. Dia sebenarnya seperti mahasiswa lain, bersyukur jika kelas kosong atau tak ada dosen. Namun sejak dia bertanggung jawab atas kafe yang ditinggalkan kakaknya, Roger tahu dia butuh banyak belajar. Dan kelas dengan professor yang sering bikin ngantuk ini sepertinya menjadi lebih seru jika Roger hadir dan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab sang professor dengan cerdas sehingga aura ngantuk di kelas seketika hilang. Teman-teman sekelasnya terutama para wanita semakin memuja Roger. Dia sempurna. Pintar dan tak membosankan.
Apakah Canola juga sering berpikir kritis dan benaknya dipenuhi pertanyaan sehingga membuat dia sering mengkritisi kehidupan?
Roger larut dalam lamunannya sambil matanya terus menatap galeri akun IG Canola sambil menunggu kedatangan dosen dalam kelas. Benaknya masih dibanjiri tanda Tanya tentang Canola.
Sementara itu, dikelas Arin.
"Teman-teman, Canola kita ajak ke Kafe R2 yuk. Kak Roger kayak penasaran banget sama dia"
Arin membuka percakapan dengan teman-teman segengnya yang terdiri dari 3 cewek penggila drama korea itu.
"what ? Ro Oppa suka sama Canola? Cewek putih n pinter adik kelas kita itu?" Ninda, fans drama korea garis keras yang memanggil Roger dengan Ro oppa seolah menyamakan Roger dengan artis-artis korea pujaannya.
"punya nomor HPnya gak? Kak Roger baru kali ini aku lihat kayak yang suka ama cewek gitu. Sayangnya bukan kamu ya Ninda. Kamu harus merelakan Oppa kali ini" Arin ingin sekali membantu Roger.
"iya sih, kebahagiaan Oppa kan seharusnya kebahagiaan kita juga. Kita harus rela melihat oppa bahagia" Sara, fans garis keras Kpop dan bahkan pintar dance mirip girlband dan boyband korea itu ikut menimpali.
"ah, teman-teman, roger oppa pasti bahagia melihat kalian seperti ini" Arin memeluk kedua sahabatnya itu sambil membisikkan rencananya.
Setelah itu mereka bertiga tertawa dan melanjutkan pekerjaan mereka merapikan ruangan-ruangan kelas yang akan digunakan hari senin nanti. Pagi hari sabtu itu, hujan turun dan siswa-siswa yang selesai membereskan ruangan pun kembali bersantai di dalam kelas sebab mereka tak bisa pulang lebih cepat.
Canola, cewek itu. Mengambil gagang pel dan membersihkan koridor depan kelasnya yang licin dan berlumpur. Sementara teman-teman sekelasnya yang lain asik membaca buku pelajaran dan bahkan mengerjakan sola matematika. Bagaimana belajar bisa menjadi asik bagi mereka. Canola tahu dia sebaiknya ikut belajar, tapi bagaimana bisa dia belajar sedangkan otaknya berpikir tentang jalan licin tepat di depan kelasnya, bisa saja ada siswa yang jatuh gara-gara genangan air dan tak bisa ikut ujian hari senin nanti. Canola, dengan pola pikir sederhana dan perhatian luar biasanya. Arin mengamati itu semua dari jendela di samping tempat duduknya.
Cewek itu, mungkin cocok buat kak Roger. Arin senang dengan rencana mereka akan mengajak Canola ke Kafe R2 siang nanti. Entah bagaimana caranya, bukan drama queen kalau Arin tak bisa melakukan itu untuk kakak sepupu kesayangannya.
YOU ARE READING
Canola dan Logika
Teen FictionCanola, logikanya kadang susah ditebak. yang jelas, sosial medianya adalah sarana mempublikasi kampanye kebaikan yang menurut sebagian orang tidak terlalu penting. namun bagi logika Canola, details is everything.