Mengapa kita perlu untuk membahas problematika umat Islam. Sebenarnnya urgensi dari materi ini adalah bagaimana agar setiap muslim memiliki kepedulian dan perhatian terhadap masalah yang dihadapi Islam dan kaum muslimin.
Seseorang yang tidak memiliki perhatian dan kepedulian terhadap problematika yang dihadapi umat Islam, maka dalam sebuah riwayat disebutkan itu bukan umat Muhammad صلى الله عليه وسلم. Siapa yang tidur di waktu malam dan tidak pernah risau dengan masalah-masalah yang dihadapi kaum muslimin, maka hakekatnya dia itu bukan umat Muhammad صلى الله عليه وسلم. Apalagi bagi mereka yang sudah menyandang predikat mereka itu aktivis/ kader da’wah. Setiap kader tentunya harus memiliki perhatian yang besar terhadap problematika umat Islam.
Problematika atau problem merupakan kata serapan yang bermakna masalah-masalah yang belum terpecahkan, belum ada solusinya (KBBI). Dalam pembahasan materi ini, yang dimaksud dengan problema adalah: [-] kesenjangan yg terjadi antara kondisi ideal (mitsaliyah) dan kondisi ril (waqi’iyyah). Maksudnya adalah, adanya ketimpangan kondisi umat, dimana kondisi umat Islam sekarang ini sangat jauh jika dibandingkan dengan kondisi ideal umat Islam seperti yang disebutkan dalam Al-Quran dan Hadits serta realitas umat terdahulu. Realita sekarang menunjukkan bahwa eksistensi ummat Islam seperti yg disebutkan dalam al Qur’an dan Hadits serta realitas umat terdahulu hilang atau dengan kata lain, umat Islam sekarang sedang terpuruk. Definisi ini akan dijadikan barometer untuk meneropong prob. umat Islam. Karena itu secara sederhana, untuk kita melihat problematika tersbut, kita harus mengetahui dulu konsep ideal bagaimana kondisi ideal umat Islam ini seharusnya. Dalam Al-Quran disebutkan kondisi ideal bagaimana kondisi umat Islam seharusnya, dimana kondisi ideal ini telah dimiliki dan sudah dipraktekkan oleh para pendahulu kita yaitu Rasulullah صلى الله عليه وسلمdan para shahabatnya.
Kondisi ideal[1] khairu ummah
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…” (Q.S. Ali ‘Imron (3): 110)
Ayat di atas menjadi dalil mengenai kedudukan para shahabat di hadapan Allah Ta’ala. Para mufasirin menjelaskan bahwa kataكنتم dalam ayat tersebut mengacu kepada para shahabat. Mereka adalah Khairu ummah umat terbaik (Ali Imron: 110). Allah sudah melegitimasi kebaikan para sahabat, baik pemahaman dan pengamalannya (paling benar pemahaman dan pengamalannya). Oleh karenanya manhaj keislaman kita ini adalah manhaj salaf. Disebutkan 3 sifat utama yang menyebabkan para sahabat itu dikatakan sebagai umat terbaik: [-] amar ma’ruf. Mereka punya semangat melakukan amar ma’ruf, aktivitas mereka selalu dalam koridor amar ma’ruf. [-] nahi munkar. Mereka tidak pernah senang jiwanya melihat kemungkaran, oleh karenanya mereka berusaha untuk mencegah kemunkaran. [-] beriman kepada Allah سبحانه وتعلى Tiga sifat inilah yang menyebabkan mereka itu diakui oleh Allah sebagai umat terbaik.
[2] ummatan wasathan
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
“dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan[95] agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu….”
(Q.S. Al-Baqarah (2): 143)
[95] Umat Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di akhirat.
[-] antara dunia dan akhirat
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi….” (Q.S. Al-Qashash (28): 77)
Ayat di atas merupakan teguran, ketika ada sebagian shahabat yang lebih mengutamakan akhiratnya dibanding kehidupan dunia. Dengan ayat tersebut Allah mengingatkan agar menjalanai kehidupan itu haruslah seimbang, pertengahan, tidak mengutamakan salah satu di antara keduanya. Poin pentingnya adalah, Allah sudah menegur para shahabat yang lebih mengutamakan akhiratnya – yang notabene lebih utama daripada kehidupan dunia- lalu begaimana dengan orang yang lebih mendahulukan dunia? Tentu bukan hanya sekedar teguran. Pribadi shahabat mulia ‘Utsman bin Affan atau Abu Hurairah bisa menjadi contoh bagaiamana sikap pertengahan keduannya dalam kehidupan di dunia.
[-] antara materil (fisik) dan spiritual (ruhani)
[-] antara (kepentingan) pribadi dan sosial
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا….
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka….” (Q.S. At-Tahrim (66): 6)
[-] antara ifrath dan tafrith
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
“dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (Q.S. Al-Furqan (25) :67)
[3] ummatan waahidatan
وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku.” (Q.S. Al-Mukminun (23): 52)
إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu[971] dan aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah aku.” (Q.S. Al-Anbiyaa (21): 92) [971]
Maksudnya: sama dalam pokok-pokok kepercayaan dan pokok-pokok Syari’at. Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan para shahabatnya merupakan umat yang satu,
KAMU SEDANG MEMBACA
ukhuwah dalam tarbiyah
Randomassalamu'alaikum penasaran dengan isinya silakan dibaca