Ikhlas

40 3 0
                                    

Setelah itu semuanya berubah. Sangat-sangat berbeda dan jauh berbeda hingga aku tak tahu bagaimana aku bisa mendengar kabarnya. Sulit untuk bertegur sapa. Kabarnya dia 'sibuk'. Itu saja yang kudapatkan. Bertanya dengan teman-teman yang dekat dengannya tetapi dijawab dengan jawaban yang kurang memuaskan juga kutak percaya.

Sedih, hampa juga gila rasanya. Aku telah bangun dari jatuh dan harus jatuh lagi. Semua itu demi diriku juga dirinya yang aku pahami. Aku memberinya ruang juga kesempatan untuk bisa bersama lagi. Aku rindu juga amat sangat rindu padanya. Berjumpa pun sulit.

"Hai. Jangan kawathir, aku gapapa. Aku masih punya rasa yang sama ke kamu. Tapi aku butuh waktu. Aku sekarang lagi proses menjadi dewasa di bidang sosial. Tetep semangat ya, aku sayang kamu". Pesan yang kudapatkan di pagi hari. Sedikit lega rasanya. Tapi semua kata-kata itu tetap saka mengkhawatirkanku.
Tapi biarkanlah dirinya dewasa, juga karenanya aku pun bisa lebih belajar bersabar dan menemukan minat bakatku yang seperti dia inginkan juga.

Bersyukur adalah kata yang selalu kuucapkan dikala aku mengingat dirinya. Perasaanku juga masih sama dengan perasaannya. Tak berubah, hanya saja masih meninggalkan luka. Aku yakin dengan aku mensupport dirinya akan menjadikan harinya lebih indah juga ada perasaan lega yang terlintas di dalan hatiku. Aku senang dia bahagia dan yang terbaik untuknya.

SECERCAH CAHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang