Produced by :
fearlessbhundred
.
.
.
Presents.
.
.
.
22.11.2018
.
.
.
All Casts Belongs to SM Compamy
.
.
.
Oh Sehun as Kim Sehun
Kim Junmyeon as Kim Suho
.
.
.
Senja.Senja datang.
Lagi.
Tidak bosan-bosannya ia memandangi langit abu-abu itu, dan tidak bosan-bosannya pula aku menemani di sisinya.
Terhitung sudah sepuluh tahun sejak pertama kali rutinitas akhir bulan ini dilakukannya.
Gulungan ombak bersahut-sahutan memercikkan beberapa air yang bertabrakkan dengan bongkahan batu karang dan kerikil di tepiannya.
Burung-burung camar terbang melintas membawa perasaan damai. Matahari di pangkal laut terasa menyapa untuk terakhir kalinya, mengingatkanku untuk pulang. Sang dewi malam mulai bertakhta ditemani ribuan ajudannya yang gemilang.
Pasir putih pantai yang semula hangat perlahan tergantikan menjadi dingin lewat sambutan angin malam yang mulai menari-nari lewat celah jari-jari kami. Daun-daun kelapa juga menggoyangkan tubuhnya seirama dengan aliran angin.
Sunyi.
Hanya lampu-lampu rumah penduduk yang menjadi pelita bagi kami. Perapian kecil yang kubuat tadi sudah padam, tinggal menyisakan asap yang berterbangan membawa kenangan kami sore tadi.
Kulirik ia yang masih senantiasa mengulum senyumnya dengan tatapan kosong. Helai rambutnya yang tertiup angin seakan membuatnya bertambah nyaman untuk berlama-lama.
"Kak,"
Lamunanku buyar. Suara lembut nan parau itu mengusik pendengaranku yang sejak tadi sudah rindu untuk disapanya. Sepertinya ia sadar sedang kuperhatikan.
"Hari ini aku sangat puas. Langit hari ini adalah langit yang paling indah yang pernah kusaksikan,"
Aku hanya tersenyum miris. Bukankah sama setiap saatnya? Seberapa lama pun ia menatapnya, langit itu tetap kelabu baginya. Netranya tidak akan pernah membiaskan warna-warna indah lagi.
"Kau tahu kak? Mengapa aku sangat menyukai senja?"
Aku hanya diam. Hari ini aku hanya ingin mendengar suaranya saja. Sebenarnya aku tahu apa yang akan dikatakannya. Sebuah alasan yang sama yang selalu dikatakannya setiap berkunjung kesini. Tapi aku lebih memilih mendengar suaranya yang terdengar seperti simfoni indah di telingaku.
"Ketika senja tiba, Ayah dan Ibu datang,"
Seketika dadaku terasa sesak mendengarnya. Oksigen serasa hilang entah kemana.
Aku mendongak ke atas, menatap kilauan permata langit di atas sana. Mataku mulai memanas mengingat kejadian sepuluh tahun yang lalu. Kejadian yang persis terjadi saat senja tiba.
Ada jeda sejenak sebelum ia melanjutkan perkataannya.
"Kalau saja aku tidak mengajak kalian pergi hari itu, pasti kita masih bisa berkumpul bersama detik ini,"
Sesalnya. Bisa kudengar helaan nafas berat dari dirinya. Kalimat ini selalu diucapkannya berulang kali. Aku sudah hafal.
Tapi hari ini kalimat itu terasa begitu menyakitkan.
Aku tidak tahan. Kupeluk tubuh ringkih itu dalam diam. Dapat kurasakan tubuhnya bergetar menahan tangis. Kupeluk ia semakin erat, ingin kusalurkan kehangatan kepada raga dinginnya.
"Lalu... kakimu tidak akan cedera seperti ini. Maaf, Kak, impianmu masuk agensi besar itu hancur karenaku,"
Kepalanya tertunduk, tenggelam dalam bahuku. Tangannya bergerak membalas pelukanku. Erat sekali, seperti tidak mau lepas dariku. Ini kedua kalinya ia memelukku seperti ini. Yang pertama adalah ketika ia bangun dari komanya pasca kejadian sepuluh tahun lalu.
"Jangan terus menyalahkan dirimu, Sehun. Kakak tidak apa-apa. Lihat? Kakak bahkan sudah bisa menjadi pengacara. Lebih menjanjikan daripada sekedar menjadi seorang trainee tanpa kepastian debut, kan?"
Sahutku pada akhirnya, berusaha menghiburnya. Walaupun di dalam hatiku rasanya sakit mengingat masa-masa itu, tapi inilah takdir yang digariskan Tuhan.
Aku tidak akan pernah menyalahkan Sehun. Aku kakaknya, satu-satunya keluarga yang tersisa. Aku berjanji akan terus menjaga adikku satu-satunya. Lagipula sesuatu terjadi pasti bukan tanpa alasan. Aku yakin Tuhan punya rencana lain.
"Kak, aku mengantuk. Hari ini melelahkan sekali,"
Tiba-tiba Sehun melepaskan pelukannya dariku. Tatapan kosongnya menatapku sendu. Ada sakit yang tertahan jelas di raut wajahnya. Aku tersenyum getir. Kini giliranku yang menghela nafas berat.
"Ayo kita pulang,"
Ajakku sambil meraih tangan kanannya. Tapi Sehun menahanku untuk beranjak dari tempat itu, menolak ajakanku. Ia menggeleng pelan.
"Tidak, Kak. Aku ingin tidur disini, seperti keinginan yang kukatakan padamu tadi,"
Pintanya sambil menarikku untuk kembali duduk di atas pasir dingin itu. Mau tidak mau kuturuti keinginannya itu. Lagipula tadi aku juga sudah berjanji padanya untuk menemaninya. Aku memposisikan kakiku senyaman mungkin sebagai bantalannya. Kemudian kukalungkan tanganku di atas dada bidangnya.
"Aku tidur dulu, Kak. Terima kasih, hari ini menyenangkan sekali. Jangan khawatir. Ayah dan Ibu sudah datang. Aku akan datang saat senja tiba bersama mereka,"
Aku mengangguk ragu. Tak butuh waktu lama, sepasang netra itu telah menutup sempurna. Aku menatap wajahnya yang begitu damai dalam tidurnya.
"Tidurlah yang nyenyak. Jangan khawatir juga. Kakak akan menemui kalian saat senja tiba,"
Bulir-bulir air mataku menetes seiring dengan degup jantungnya yang perlahan menghilang.
.
.
.
Fin.Tinggalkan jejak ya readers! Kamsahamnida! ☺
KAMU SEDANG MEMBACA
[Ficlet] Senja.
Fanfiction"Tidurlah yang nyenyak." Happy Reading! Vote - Comment - Share 😊