Bab 1

134 5 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Apa yang salah denganku, mengapa aku tak diperkenankan untuk meminang perempuan-perempuan yang sudah berhasil mencuri hatiku, mengapa selalu saja aku mendapat penolakan-penolakan itu, apa aku kurang sholeh, apa aku tidak mapan,  apa aku tidak pantas untuk menyempurnakan separuh agamaku. 

Kata-kata itu terus menerus menggelayuti pikirannya sejak tiga puluh menit yang lalu ia mendapat telpon dari seorang wali yang anaknya ia lamar seminggu yang lalu. setahun sudah ia berjuang untuk melamar perempuan-perempuan yang menurutnya pantas menjadi istri sekaligus ibu dari anak-anaknya kelak namun tetaplah jawabannya selalu sama, bahkan ia pun sudah pernah mengajukan proposal ta'aruf kepada murabbi nya dan tetap saja hasilnya selalu sama. Disaat teman-temannya sudah mulai merasakan hidup bahagia dengan istri yang cantik dan anak-anak yang menggemaskan, ia masih saja berkutat mencari pendamping hidup yang terbaik. apa mungkin ini teguran dari Allah untuknya, bantinnya kembali berucap. 

drrrttttt  

ponsel yang berada di atas nakas bergetar menandakan sebuah notifikasi masuk, ia mengambilnya, "Innalillahi, " kata itu terucap begitu saja dari mulutnya. ia bergegas keluar kamar mencari keberadaan umminya. 

" Ummi...Ummi..." Panggilnya 

" Ada apa, Yusuf , " sahut sang ummi yang sedang asik menyirami bunga-bunga yang berada di halaman belakang. 

" Ada gempa di Palu, Ummi. " 

" Innalillahi. Abi mu, cepat hubungi Abimu, " suruh ummi Khaltsum dan langsung di kerjakan oleh Yusuf. kegelisahan mulai menghantui mereka, nomor yang dihubungi tidak dapat dihubungi, bahkan sekarang sedang berada di luar jangkauan yang artinya handphone abi nya sedang tidak aktif. 

Ummi Khalstum semakin merasakan ketakutan, fikirannya sudah kemana-mana, abi nya yang sedang mendapatkan tugas untuk kesana tidak dapat dihubungi sama sekali, Yusuf akhirnya mencoba menghubungi Om Deryl, teman kerja sekaligus sahabat abi nya yang juga ikut dalam perjalanan dinas ke Palu. namun tetap sama, ponsel mereka tidak dapat dihubungi sama sekali. 

tanpa fikir panjang Yusuf pun menyalakan televisi untuk sekedar mencari tahu bagaimana keadaan di Palu, dan hasilnya semakin membuat ummi Khaltsum menangis tak karuan, tsunami baru saja menghantam Palu dan Donggala. mereka tak tahu bagaimana keadaan laki-laki yang mereka cintai namun doa untuk keselamatan abinya tak henti mereka ucapkan, berharap Allah mampu menyelamatkan Abi nya serta orang-orang disana yang menjadi korban. sepuluh menit setelah berita yang ditayangkan di televisi, masuklah sebuah chat singkat dari sang Abi.

Tidak usah khawatir, abi baik-baik saja, jaga ummi mu dan jangan pernah meninggalkan ummi mu tanpa seizin dia. 

pesan singkat yang mampu membuat hatinya semakin tak tenang. ia berkali-kali mengusap lembut punggung ummi nya yang saat ini tengah meneteskan air mata, ia pun selalu menguatkan umminya apapun yang terjadi adalah kehendak Allah dan manusia tidak bisa menolak kehendak tersebut. 

berjam-jam lamanya Yusuf dan ummi nya menunggu kabar dari rekan kerja abi nya yang ikut bertugas disana dan dari televisi yang menyiarkan berita langsung dari sana, namun hasilnya tetaplah sama, mereka semua tak bisa di hubungi sedikit pun. tayangan-tayangan ditelevisi membuat siapapun yang melihatnya akan merasakan kengerian dan merasakan teguran dari Allah sedang menghantam hati-hati mereka.Ketakutan menghantui mereka yang menyaksikan dari tayangan televisi. tanah yang keras mampu Ia balik dan memporak-porandakan apa saja yang berada disana, bahkan Allah pun menenggelamkan manusia-manusia itu dibalik kerasnya tanah, seakan kejadian pada zaman Nabi Luth terulang kembali. tangisan demi tangisan keluar begitu saja ketika melihat para korban yang bergeletakan di permukaan tanah. 

********

drrrrrttttt 

ponsel Yusuf bergetar di atas nakas di samping tempat tidurnya, ia melihat sebuah panggilan masuk. namanya Om Deryl lah yang  tertera dilayar ponselnya. tanpa pikir panjang Yusuf langsung mengangkatnya dan duduk bersender. matanya yang tadinya menutup dengan sangat rapat akhirnya segar begitu saja, padahal ia baru saja tertidur setengah jam yang lalu

" Assalamu'alaikum. Bagaimana keadaan om dan Abi?" Tanyanya tanpa sempat mempersilahkan Deryl berbicara 

" Abimu telah berpulang, tabahkanlah hatimu dan ibumu, om akan membantu menyelesaikan administrasi disini, tenanglah mungkin besok om akan bisa membawa jenazah Abimu dan om sekarang belum bisa membicarakan apa-apa, masih sangat mengerikan disini, doakan om bisa diberikan kekuatan untuk bertahan disini, " Katanya Deryl lalu ia mematikan sambungan telponnya. 

Yusuf menghampiri ibunya yang tengah melaksanakan sholat malam, sudah menjadi kebiasaan umminya untuk bangun di sepertiga malam untuk bermunajat kepada Sang Pencipta. Yusuf mendudukan dirinya di sudut tempat tidur sambil menatap kearah ummi nya yang sholat dengan tubuh gemetar menandakan ia tengah menangis sejadi-jadinya. Ummi nya mengakhiri sholat dengan mengucapkan salam. ia tersenyum lirih kepada anak semata wayangnya. 

"Ummi, bersabarlah. semua ini milik Allah dan akan kembali ke Allah, begitu pun dengan apa yang kita punya sekarang ini, in syaa Allah Om Deryl besok akan pulang bersama dengan Abi, dan sekarang kita harus memberitahu keluarga besar, " Kata Yusuf pelan dan memeluk Ummi nya yang kembali menangis.

"  Abimu, Yusuf, Abimu.. Ummi belum sempat meminta maaf kepada Abimu, " Tangis Ummi nya semakin menjadi-jadi, disepertiga malam ia harus meneteskan air mata kesedihan dan di saksikan oleh Allah. sungguh demi apapun tak ada yang lebih menyakitkan dari hal  ini. seorang laki-laki yang selalu berjuang demi kehidupannya harus kembali kepada-Nya dengan cara seperti ini. 

Ummi nya sudah mulai tenang, Yusuf membuka aplikasi Whatsapp dan memberitahukan kepada keluarganya melalui grup keluarga yang sengaja dibikin untuk memudahkan berbagi informasi. dalam waktu setengah jam keluarganya satu persatu mulai memasuki kediaman Yusuf, mereka menangis dan keharuan menyelimuti rumah sederhana itu. 

sebagian keluarga mereka tengah kembali tertidur diruang tengah yang sudah di  hamparkan ambal dan sebagian lagi masih meratapi kesedihan yang di alami keluarga mereka. 

Sungguh tiada kesedihan paling dalam selain kehilangan anggota keluarga yang sangat mereka cintai, kehilangan sesosok suami, ayah, paman, adik. semoga aku bisa kuat dalam menjalani hari-hariku tanpa sosok lelaki yang telah banyak memberi arti hidup untukku dan mampu menjaga ibu ku yang tengah merasakan sakit yang begitu mendalam. batin Yusuf sambil melihat kearah ibu nya yang tertidur dengan mata sembab.


------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Balikpapan, 23 November 2018

Akhirnya aku mengeluarkan cerita untuk kesekian kalinya. namun kali ini aku berharap Syahadat Cinta mampu aku selesaikan sampai tamat. mohon doa dari teman-teman pembaca semua dan semoga kalian suka dengan apa yang aku tulis ini. 

mohon maaf apabila ada kesamaan nama, tempat ataupun jalan cerita. sungguh cerita ini hanyalah fiksi belaka. 

Jazaakumullah khayran Katsiran 

Syahadat CintaWhere stories live. Discover now