Three..

46 5 0
                                    

" Berulang kali mulut mengatakan tak peduli lagi, Percayalah... Disudut hati nurani ini masih berharap kau datang kembali"

20:14

Bel pulang telah berbunyi, Semua murid kembali menuju rumah masing masing. Ada dari mereka yang masih menetap di lingkungan sekolah hanya ingin bergosip ria, mengikuti ekstrakulikuler, bahkan berpacaran. Aku,Shasa,dan Shiva berjalan menuju perpustakaan. Kami bertiga selalu melakukan ritual ini sebelum kembali kerumah. Aku lebih senang disana karena banyak buku yang akan dibaca, banyak hal hal yang membuat ku tertarik. Berbeda hal nya denga Shasa dan Shiva. Mereka lebih senang mengganggu guru guru PLK yang tengah beristirahat dari jam kerja nya. Tidak salah jika aku menyebutnya Manusia pengganggu

"Ma, masih lama nggak sih? Emang buku apa yang mau lo cari? "
Celetuk Shiva yang kini mulai bosan

"Bentar, gue mau cari novel waktu itu. Kemaren masih disini.. "

"Udah besok aja yaa, gue capek banget mau pulang, Lo gue tinggal sama Shasa ya? Gapapa kan?

"Iyaa dulu an lo sana, Ati-ati" Ucapku kemudian shiva beranjak pergi

"Woi Sha, Gue pulang dulu ya, Rahma masih di Rak buku., Lo pulang bareng dia yaa, byee" Teriak an shiva dari luar masih terdengar hingga ke dalam perpustakaan.

"Ketemu juga Akhirnya"... Lega, Karena buku yang ku cari kini ditangan ku. Aku berjalan menuju meja petugas untuk meminjam nya. Kemudian mengajak Shasa pulang.

Diperjalanan pulang tak satu pun dari Kami yang berbicara. Shasa yang sibuk dengan kemudinya dan aku dengan buku yang tengah ku baca.

"Rahma.. Lo baca apasih? Udah 1 jam lo buka halaman yang sama? "

Suara Shasa membuyarkan lamunan ku, memang dari tadi aku masih terpaku pada halaman yang sama. Namun entah mengapa fikiran ku kembali pada-Nya. Aku benci pada keadaan dimana aku sampai kini tak bisa melupakan. Bahkan jika aku tumpah kan segala bentuk kebencian, Bayangannya terasa begitu nyata.
Membenci bukanlah hal yang tepat untuk melupakan.

"Gu.. Gu.. Guee nggak kenapa kenapa kok? Ini part nya lagi bagus banget. Lo baca deh" Aku berusaha mengelak dari pertanyaan Shasa.

"Jadi, Lo nggak mau cerita sekarang? "  tebakan ku benar, Shasa paham

"Bukan gitu, Gue cuma kepikiran sama Dia sha"

"Satria? Rahma, Gue tau..  Melupakan itu gak mudah. Dan 2 tahun bukan waktu yang sebentar buat hubungan lo sama dia, "

"Hmm, Iya gue tau Sha"

"Tapi, lo nggak boleh nyakitin diri lo kaya gini. Kasian Nyokap lo, Dia cuma punya lo Rahma. Liat lo sakit kaya kemaren, Sedih buat seorang Ibu kalo anaknya Sakit karena hal nggak berarti. Dan gue, Gak becus jadi teman lo. Gue gagal buat lo bahagia lagi. And your dad, Dia sedih disana.. Liat putrinya harus Jatuh demi laki-laki yang nggak punya perasaan kayak Satria!"

Shasa yang tampak menahan emosi kini diam. Dan Aku, Tak ada yang aku lakukan selain diam dan satu persatu tangis itu jatuh. Semuanya telah berakhir 6 bulan yang lalu. Dia sengaja tak memberi kabar. Dia mencari alasan bagaimana perpisahan itu ada. Iya, Aku memberikan inginnya. Aku menerima saat dia menyudahi segalanya.  Untuk apa aku memaksa nya tinggal jika bahagia nya bukan aku?

" Sorry Rahma" Shasa menepuk bahu ku kemudian fokus pada kemudinya

*jangan lupa vote nyaa yaa Guysss... Thank you

RINDU DAN KEHILANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang