Bruukkk...
Tiga orang yang tengah duduk di sana tersentak kaget.
"Ck, Bia! Hobi banget sih ngagetin orang." Desah Milka, seraya mengusap dada nya.
"Darimana lo? Jam segini baru dateng." Rena bertanya, seraya menatap Bia.
"Jam matemtika udah habis?" Bukan nya menjawab, Bia justru balik bertanya.
"Ya udah lah, udah jam 10 gini." Kali ini Yuna yang menjawab. Seraya melepaskan headset yang sejak tadi bertengger di telinga nya.
"Tumben lo betah di kelas Yun!" Cibir Bia. "Padahal tadi rame lo di kantin. Gue juga balik dari sana tadi."
"Serius?" Bia mengangguk, mengeluarkan permen karet nya yang baru.
"Ck, yah tau gitu mending gue ke kantin tadi. Daripada di kelas. Lo gak ngajak sih." Yuna mendesah.
Bia mengangkat ponsel nya. "Lowbeat." jawab nya di tengah kunyahan nya.
Hening sesaat, sebelum akhir nya suara Bia menyita perhatian ketiga nya.
"Bolos yuk!"
"Ayok!" Jawab Yuna antusias. "Sekarang? Kuy lah!"
"Ck, kalau bolos aja lo semangat." Dengus Rena, seraya menguap ringan.
"kemana kita Bi?" Yuna mengabaikan dengusan Rena, hanya membalas dengan menjitak kepala gadis yang selalu mengantuk itu.
Bia mengangkat bahu nya. "Terserah, yang penting gue bisa keluar dari tempat ini. Males gue lama-lama di sini. Apalagi bentar lagi pelajaran di Dewi kemarian."
"Ayok lah!"
Rena, Yuna bahkan Bia sama-sama mendongak dan memasang wajah cengo mereka, menatap ke arah Milka yang berdiri seraya mengemasi buku-buku nya.
Milka menaikkan sebelah alis nya, melihat tampang bego teman-teman nya. "Kenapa?"
"Lo gak sakit kak Mil?" Yuna menempelkan tangan nya di dahi Milka.
Milka berdecak, menepis tangan Yuna. "Apaan sih lo? Gue sehat lahir batin tujuh turunan."
Celetukan Milka membuat Bia dan Rena tertawa. Sementara Yuna masih menampilkan wajah bingung nya.
"Tumben lo mau bolos bareng kita?"
"Emang selama ini gue bolos bareng siapa? Kalau bukan sama kalian? Bareng sama buk Dewi! Ya mati lah gue habis itu."
Yuna menjitak kepala Milka. "Bukan gitu bego! Ya lo kan biasa nya gak mau. Yang belajar lah yang ini lah yang itu lah."
"Ck, udah ah, bawel lo! Buruan jadi gak?! Gue juga lagi suntuk."
"Ya udah ayok!"
Bia meraih tas nya, lalu berjalam keluar kelas di susul oleh ketiga teman nya yang lain.
Tugas mereka kini, hanya lah bisa lolos dari sekolah ini, dan tidak ketauan dengan guru, terutama dengan si Dewi Kematian.
Seperti biasa. Tembok belakang sekolah merupakan akses agar mereka bisa keluar dari sekolah, tanpa ketahuan dengan satpam atau guru.
"Wuih makin tinggi aja ni tembok." Komentar Rena menatap tembok yang menjulang ke atas itu.
Mereka mulai melancarkan aksi memanjat tembok. Menggunakan pohon rendah di sana sebagai tempat mempermudah menggapai atas tembok.
"Aman! Buruan!" Perintah Bia, menatap sekeliling lokasi.
Hap..
Milka dan Rena sudah mendarat sempurna di balik tembok. Tinggal Yuna yang masih bertengger duduk di sana, dan Bia yang masih di bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult Feeling (End) (Pindah Ke Dreame)
Teen Fiction(slow update) Ini tentang Biarezka Ardilla Zora, gadis 16 tahun hidup dalam bayangan saudara kembar nya. Hidup mandiri, tanpa kasih sayang kedua orang tua adalah makanan sehari-hari nya. Masalah, sudah dia jadikan teman yang menemani setiap langkah...