Waterlly
"Waterlly"
"Gue Rain!"
"Maaf, tapi aku nggak nanya."
"Sekedar info emang gak bisa?"
"Nggak!"
"Kenapa?"
"Karna aku belum selesai memperkenalkan diri."
"Emang harus selesai dulu?"
"Kamu bisa diam gak sih?"
"Nggak tuh!"
"Bokongnya bebek emang gak bakalan bisa diem."
Ucapanku di sambut tawa satu kelas. Aku tersenyum puas melihat dia memajang wajah superr asem.
Ihh siapa sih cowok aneh ini. Dasar perusak! Baru hari pertama sekolah, udah disambut tingkah menjijikkannya. Siapa namanya? Rain? Ih hujan! Aku benci dia, sama seperti aku benci hujan. Hanya membuat ribet dan nyusahin."Sudah, sudah. Rain, jaga sikap kamu. Jadi nama panggilan kamu apa? Water? Elly? Atau yang lain?"
"Elly ajah, Pak!"
Aku tersenyum menjawab pertanyaan guru ramah itu. Tampan, kalem, dan... ramah sekali. Udah gitu masih muda lagi. Aku kemudian duduk di sebelah gadis berkacamata. Yah.. hanya dia yang mengenakan kacamata di kelas itu. Dan sekarang jadi dua orang. Aku dan dia.
"Gue Finny. Teman sekelas biasa manggil gue, Uni"Uni? Nama bagus begitu kok panggilannya kayak nama bibi-bibi sih? Aku melihat ke arahnya. Dia memperkenalkan diri, tapi sama sekali tidak melihatku. Ia terus fokus pada buku yang sedari tadi menemaninya.
"Aku Elly. Kamu suka baca buku antariksa?"
Dia hanya diam tanpa mengubris pertanyaanku. Aku terpaksa memilih diam juga. Sepertinya dia kurang nyaman sama kehadiranku. Pelajaran berlangsung baik. Selain tampan dan ramah, Pak Viky juga mengajarnya seru dan kadang melemparkan lelucon. Pelajaran matematika gak akan membosankan jika Pak Viky yang ngajarin.
Bel istirahat mengalihkan pandanganku dari Pak Viky.
"Baiklah, pembelajaran saya akhiri dengan pemberian tugas praktik. Tugasnya akan saya beri pada Syasya. Nanti Syasya yang beri tau ke kalian. Syasya?"
"Iya gue tau, Pak!"
" Baiklah. Selamat siang!"
Pak Vikky berjalan keluar hingga tubuh tegapnya hilang di belokan pintu. Gadis pirang yang tadi dipanggil Syasya itu berjalan menghampiri mejaku.
"Lo anak baru, minggir!"
"Kenapa? Inikan mejaku?"
"Yaelah nanya kenapa lagi. Gue mau duduk! Cepat minggir!"
"Gak bisa! Jangan seenaknya nyuruh orang, dong!"
"Wah nantangin gue, Lo. Belum tau siapa gue?"
"Gak tau dan gak mau tau."
Aku kembali membaca buku. Kegiatan yang sudah kulakukan sekitar 5 menit lalu sebelum orang reseh ini ngeganggu. Tiba- tiba Finny memegang siku tanganku.
"Turuti aja. Nanti gue jelasin ke Lo."Aku menatap bingung. Seperti ada yang aneh. Finny sepertinya sedang gugup atau lebih jelasnya ketakutan melihat Syasya memandang tajam ke arahnya. Aku akhirnya menyingkir dan duduk di bangku depan mejaku.
"Uni, seperti biasa, Lo harus ngerjain tugas Nizans. Lo kerjain semua dan jangan lupa bawain makanan ke tempat nongkrong Nizans jam 10 tepat. Jangan berani terlambat. NGERTI?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Love
General FictionRain : Ini hanya permainan cinta. Dan Lu akan terlibat di dalamanya. Gue kira permainan ini berakhir di masa putih abu- abu tepatnya saat hujan turun. Ternyata, musim salju melanjutkan permainan ini tanpa Lu dan gue ketahui. Waterlly: Kamu akan meny...