Waterlly
Aduhh.. nih anak ngapain sih ngikutin dari tadi? Aku itu bukan induknya. Dari kantin hingga ke perpus gak bosan apa buntutin aku terus?
"Kamu ngapain sih ngikutin aku? Reseh!"
"Siapa yang ngikutin? Gue mau jalan ajah. Gak bisa?"
"Jalannya jangan di belakang aku terus, dong! Risih tau."
"Yah itu derita, Lo! Emangnya ini jalan nenek moyang, Lo?"
Tuh, kan. Ujung- ujungnya aku sendiri yang di bilang geer. Ih anak siapa sih, aneh banget! Aku berjalan cepat menuju perpus. Dengan kecepatan maksimal untuk ngelabui nih bocah. Tapi, jalannya lebih cepat juga dengan modal kaki yang panjang dan gede gitu. Kakiku berhenti saat Finny memanggilku tepat di sebelah pintu perpustakaan. Namun, sesuatu hal menjijikkan terjadi.
Brukk!! PRANG!!
"Kamu ngapain, sih?"
"Ih Lo ngapain ngerem tiba- tiba?"
"Yah kamu yang ngapain nabrak aku? Sakit tau"
"Lo kira gue nggak kesakitan?"
Dasar! Kalo ajah dia nggak ngikutin aku dari tadi, pasti kami nggak jatuh begini. Udah dia yang nabrak, nyalahin orang lagi. Setelah dia berdiri, aku pun berusaha bangkit dengan menahan rasa sakit di pinggangku. Kalo sampai bentuk badanku yang indah ini kebalik, awas aja! Dia nggak akan bisa ngerasain lagi yang namanya duduk. Bakalan hancur bokong tuh anak!
"Pinggangku sakit!"
"Lo kira bokong gue nggak sakit?"
"Yang salah siapa? Kamu kan yang nabrak?"
"Lo yang tiba- tiba ngerem."
"Makanya jangan ngikutin orang!"
"Geer banget Lu jadi orang."
"Yah ema..."
Debat kami di potong oleh teriakan seorang wanita. Suaranya terdengar seperti suara ibu- ibu. Aduh.. aku mulai merasakan aura negative.
"WATER!!!! RAINNN!!!"
"I..i..Iya, Bu?" ucapku dan Rain.
"LIHAT APA YANG SUDAH KALIAN LAKUKAN!!!"
Aku menunduk mengikuti arah yang ditunjuk oleh jari gemuk Ibu- ibu itu. Aku tau, itu pasti seorang guru. Maklumlah, seminggu di sini, aku masih mengenali beberapa guru. Dan.. OMG! Pecahan pot kaca berhamburan di lantai keramik yang sudah mulai retak. Oh, Iya! Aku baru ingat yang dorong pot itu kan aku? Aduh!! Bakal kena masalah besar. Aku mengalihkan pandanganku ke cowok pembuat masalah itu. What the? Masih sempatnya mengumbar senyum tuh anak. Nggak merasa bersalah lagi.
"Pokoknya, kalian berdua ibu hukum. Kalian berdua harus membersihkan kantor guru selama sebulan."
"APA? Gak ada tugas lain, Bu"
"Gak ada. Kamu harus menjalankannya Water."
"Hhh.. Baiklah, Bu."
Aku mengangguk pasrah. Dan sepertinya ini akan menjadi situasi sulit. Tiga puluh hari bersamanya akan membuatku menguap. Dan aku sudah bisa membayangkannya.
Setelah guru berbadan gemuk itu pergi, aku dan Finny membersihkan bongkahan kaca. Bukannya malah membantu, tuh anak malah asik main ponsel. Menyebalkan! Nggak jarang aku menjumpai orang seperti dia. Menjengkelkan dan si pembuat masalah. Sepertinya akan banyak rintangan yang kuhadapi. Kenapa sih mama memindakan aku ke sini? Penuh orang aneh. Hanya Finny yang menyenangkan dari semua orang yang kukenal di sini. Yah.. semoga dapat yang lebih menyenangkan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Love
General FictionRain : Ini hanya permainan cinta. Dan Lu akan terlibat di dalamanya. Gue kira permainan ini berakhir di masa putih abu- abu tepatnya saat hujan turun. Ternyata, musim salju melanjutkan permainan ini tanpa Lu dan gue ketahui. Waterlly: Kamu akan meny...