AMOUR TARD - 2

83 52 34
                                    

Selasa pagi. Kini Valen kembali bersekolah seperti biasanya. Ia bangun dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Valen juga tak melupakan kotak bekal untuk kakak kelas idolanya, kak Galang. Entah sudah berapa kali Valen membawakan bekal makanan untuk Galang. Ini sudah menjadi kebiasaan Valen belakangan ini.

Valen telah tiba di sekolah. Tak seperti biasanya, kini Valen langsung bergegas menuju kelas XII IPS 2 yang ialah kelas kak Galang. Ia terlalu bersemangat, karena ia sudah menyiapkan bekal makanan itu susah payah. Entah mengapa hari ini Valen memasak sendiri bekal tersebut. Ia memasak nasi goreng sederhana berkat tutorial dari youtube. Ia sangat berharap kali ini Galang akan menerima bekal makanan yang dibawanya.

Setibanya di kelas XII IPS 2, Valen langsung meminta tolong untuk memanggilkan Galang kepada salah seorang siswa yang sepertinya teman sekelasnya Galang. Galang keluar kelas dengan wajar datar dan sebelah tangan dimasukkan ke dalam saku celananya.

"Hai kak. Seperti biasa aku bawa bekal makanan untuk kakak. Kali ini, aku masak sendiri, semoga rasanya enak. Diterima ya kak." Pinta Valen seraya menyodorkan kotak bekal yang sudah dibawanya.

"Udah berapa kali sih gue bilang sama lo, gue tuh bisa beli makanan sendiri. Lo gak perlu susah-susah nyiapin bekal ini." tolak Galang dengan ketus. Kemudian, ia berjalan ke arah tong sampah lalu membuang kotak bekal tersebut. Setelah itu, ia kembali masuk ke kelasnya dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Ia tak merasa bersalah sedikit pun telah membuang kotak bekal yang diberikan kepadanya.

Kini Valen benar-benar harus menelan rasa kecewa yang teramat dalam. Ia tak menyangka kakak kelas yang pernah menolongnya ternyata sangat tak menghargai pemberiannya. Ia kecewa saat kotak bekalnya dibuang ke tong sampah di depan matanya sendiri. Valen kembali ke kelasnya dengan rasa kekecewaan terhadap Galang. Valen langsung menceritakan semuanya kepada Nary, sahabatnya, begitu ia sampai di kelas. Nary yang tadinya sangat mendukung usaha apapun yang Valen lakukan, kini menyarankan agar Valen berhenti menunjukan perhatian kepada Galang. Bagi Nary buat apa berjuang jika tidak dihargai.

Atas saran dari Nary, Valen pun kini bertekad untuk menjauhi Galang. Ia tak mau kembali berurusan dengan Galang apalagi kembali mendekatinya.

Sinar matahari pagi kembali menyapa bumi. Valen pun bangun dari tidurnya semalam. Valen bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Setelah kejadian tersebut, Valen tetap bersekolah seperti biasanya. Ia memang kecewa, tapi jangan sampai itu menghalanginya untuk menuntut ilmu ke sekolah. Karena baginya pendidikan tetaplah menjadi yang nomor satu.

Ketika gadis itu sudah siap dengan seragamnya, ia turun menghampiri keluarganya yang telah menunggunya di ruang makan. Ia menarik kursi lalu duduk. Setelah selasai dengan sarapannya, ia berangkat ke sekolah. Kali ini, ia kembali berangkat dengan kakaknya.

Tiba di sekolah, ia langsung menuju ke kelasnya. Kini ia tak lagi membawa bekal makanan untuk Galang. Ia mendapati sahabatnya telah menunggu kedatangannya di kelas. Nary bercerita apa saja untuk membuat Valen melupakan Galang walau hanya sedikit.

Galang termenung di kelasnya. Sudah beberapa hari ini ia tidak diganggu oleh adik kelasnya yang kerap kali membawakan bekal untuknya. Seharusnya Galang senang karna hidupnya sudah tak lagi diusik oleh adik kelas yang ia ketahui bernama Valen. Tapi entah mengapa, Galang merasa sangat kehilangan dengan perhatian-perhatian adik kelasnya itu. Ia merasa pagi harinya kurang lengkap saat adik kelasnya itu mulai menjauhinya. Tak ada lagi yang mengiriminya makanan dengan wajah yang penuh semangat juga mata yang berbinar penuh harap agar bekal makanannya diterima oleh dirinya. Sepertinya, Galang merindukan perhatian adik kelasnya itu. Ia merasa ada yang aneh pada dirinya saat Valen menjauh.

Galang bertekad untuk menemui Valen seusai sekolah nanti. Ia tak peduli dengan kata orang yang menganggapnya tak tahu diri. Ia bersikeras untuk menemui Valen sepulang sekolah hari ini juga.

Saat bel pulang sekolah berbunyi, Galang langsung berjalan menuju kelas Valen. Ia sudah bertanya kepada salah seorang siswa dimana kelas seorang siswi bernama Valen. Ternyata orang yang ditanya itu adalah teman sekelasnya Valen. Alhasil, kini ia sudah berdiri di depan kelas Valen.

Valen terkejut ketika ia mendapati kak Galang berada di samping pintu kelasnya. Ia bertanya dalam hati apa yang membuat kak Galang berdiri di samping pintu kelasnya.

"Kakak kenapa ada di sini?" Valen akhirnya menyuarakan keingintahuannya.

"Gue cari lo. Lo pulang sama gue." perintah Galang kepada Valen sambil menarik pelan tangan Valen menuju parkiran. Valen yang tak mampu berkata-kata karena masih terkejut pun akhirnya hanya menurut saja.

Di perjalanan hanya hening yang menyelimuti keduanya. Valen tak tahu harus memulai pembicaraan apa. Galang hanya bisa terdiam sambil merenungi apa yang telah dilakukannya hari ini.

"Kakak kenapa tiba-tiba ngajak aku pulang bareng?" Valen yang tak tahan dengan keheningan yang menyelimuti keduanya akhirnya buka suara. Ia penasaran dengan alasan apa yang membuat Galang memaksanya untuk pulang bersama.

"Gue mau ngomong sama lo." Galang memulai penjelasannya yang hanya dibalas anggukan oleh Valen.

"Gue kangen sama perhatian-perhatian yang lo kasih ke gue. Gue kangen liat lo pagi-pagi di depan kelas gue. Gue kangen lo bawain bekal tiap hari. Gue kangen dengan semua itu. Gue gatau apa yang terjadi sama diri gue sendiri, tapi gue rindu dengan semuanya itu." jelas Galang to the point kepada Valen.

Valen tentunya terkejut. Ada beberapa alasan mengapa ia terkejut. Pertama, ia terkejut karena Galang tiba-tiba mengajak atau lebih tepatnya memaksanya untuk pulang bersama. Kedua, ia kaget karena Galang berbicara panjang lebar kepadanya. Padahal biasanya ia irit bicara dan hanya menanggapi seperlunya. Terakhir, ia terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Galang barusan. Apa yang sebenarnya diinginkan oleh Galang. Kemarin ia menolak semua perhatian yang ia berikan, tapi sekarang ia mengatakan bahwa ia merindukan semua perhatian Valen.

"Apa maksud kakak ngomong gitu?" tanya Valen kebingungan.

"Gue gak ada maksud apa-apa. Gue cuma mau lo jangan berhenti kasih semua perhatian-perhatian lo ke gue. Jangan berhenti bawain gue bekal makanan tiap pagi. Jangan berhenti nyamperin gue ke kelas. Pokoknya jangan berhenti." tukas Galang dengan tegas.

"Tapi sampai kapan kak? Aku juga kecewa kalau kakak hanya menolak pemberianku seperti sebelumnya."

"Jangan berhenti sampai gue menyadari perasaan apa yang sebenarnya gue miliki buat lo." pinta Galang pada Valen.

Valen terdiam dan hanya menyebutkan alamat rumahnya kepada Galang. Tak terasa, mereka berdua sudah sampai di depan rumah Valen. Valen pun pamit permisi masuk ke dalam rumah. Sebelum masuk ke rumah ia sempat mengatakan sesuatu kepada Galang.

"Maaf kak, aku gak bisa." tolak Valen pada permintaan Galang. Valen sudah menyadari bahwa perjuangannya pernah disia-siakan. Ia tak ingin merasakan hal yang sama untuk kedua kalinya. Akhirnya, Valen mengucapkan permintaan maafnya untuk menolak permintaan Galang. Sebelum Galang menyahuti ucapan Valen, Valen telah terlebih dahulu masuk ke dalam rumah.

Kini, Galang hanya menatap pintu kediaman Valen. Ia menyadari kesalahannya. Ia pernah menyia-nyiakan perjuangan seseorang yang telah mencoba menunjukan perhatiannya. Ia menyesali ucapan juga perbuatannya yang telah membuat gadis itu kecewa. Sekarang, Galang hanya terdiam ketika menyadari bahwa ia terlambat mengetahui bahwa dirinya telah terbiasa dengan perhatian gadis itu. Ia terlambat menyadari bahwa ia kehilangan gadis itu. Sesungguhnya, ia juga terlambat menyadari perasaannya bahwa ia sebenarnya juga menyukai gadis itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AMOUR TARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang