AMOUR TARD - 1

109 60 42
                                    

Pagi hari yang cerah. Sinar matahari kembali menyapa bumi pertiwi. Seorang gadis perempuan masih terlelap dalam tidurnya. Ia mengerjap matanya pelan ketika sinar matahari masuk melalui jendela kamarnya. Tirai jendala terbuka menyebabkan sinar matahari dengan mudah menerobos masuk ke kamarnya.

"Valen Aletha Kyla, bangun !!!" seru seorang ibu yang kini tengah membangunkan anak gadisnya untuk berangkat ke sekolah. Teriakan itu hanya dibalas dengan dehaman pelan oleh anak gadisnya.

Saat sang ibu sudah meninggalkan kamarnya, ia pun bergegas bangun dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah liburan akhir semester yang baru saja usai kemarin.

"Ini hari pertama gue masuk sekolah, jangan sampai gue terlambat." ucapnya dalam hati ketika ia memasuki kamar mandi.

Kini, gadis cantik itu sudah siap dengan seragam putih abu-abunya. Ia pun menuruni tangga dan menghampiri kedua orang tuanya beserta kakaknya yang sudah menunggu di meja makan. Tak lupa ia pun menyapa kedua orang tua dan kakaknya. Setiap hari mereka memulai hari dengan sarapan bersama di meja makan diiringi obrolan-obrolan ringan di pagi hari.

Setelah beres dengan sarapannya, Valen meminta kakaknya untuk mengantarnya ke sekolah.

"Antar gue ke sekolah ya, kak" pinta Valen kepada kakaknya tapi ditanggapi malas oleh kakaknya. Setelah merayu atau lebih tepatnya membujuk kakaknya untuk mengantarnya, akhirnya sang kakak pun mengiyakannya. Mereka berpamitan kepada orang tuanya seraya mengucapkan salam.

Selama diperjalanan, ia kembali teringat dengan seseorang yang telah menolongnya kemarin. Kemarin, ia sedang membeli bahan-bahan untuk membuat kue di toko kue langganannya. Valen memang suka bereksperimen dengan membuat kue aneka bentuk dan rasa. Namun tak disangka-sangka, ia mengalami kejadian buruk kemarin. Saat di perjalanan pulang setelah membeli bahan-bahan untuk membuat kue, Valen dihadang oleh sekelompok preman. Beruntung ada seorang laki-laki yang menolongnya. Valen menduga bahwa laki-laki itu sebaya dengannya. Sejak saat itu, wajah laki-laki tersebut selalu mengganggu pikirannya. Valen sangat terkesan dengan pertemuan pertama mereka berdua. Ia membayangkan jika saja dia bisa kenal lebih jauh dengan laki-laki tersebut. Membayangkannya saja sudah bisa membuatnya senyum-senyum seperti orang yang kehilangan akal sehatnya.

"Woi, kenapa lo senyum-senyum sendiri?" tanya sebuah suara dari sebelahnya yang rupanya ialah suara dari kakaknya sendiri. Valen pun tersadar kembali berkat suara kakaknya. Valen menyadari bahwa ia sudah sampai sekolahnya.

"Engg... siapa juga yang senyum-senyum sih kak. Udah lah gue masuk dulu ya." elak Valen sambil berpamitan kepada kakaknya.

Di tengah perjalanan menuju ke kelasnya, Valen tak sengaja menabrak seseorang sampai ia sendiri jatuh terduduk.

"Maaf gak sengaja." Valen bangkit berdiri sambil mengucapkan maaf kepada orang yang ditabraknya. Setelah mendongak, rupanya ia menabrak seorang laki-laki. Ia terkejut setelah melihat seorang laki-laki yang ditabraknya. Laki-laki yang ditabraknya sama dengan laki-laki yang telah menolongnya kemarin. Valen tak menyangka apa yang tadi dibayangkan olehnya langsung terkabul begitu saja. Laki-laki itu langsung melengos pergi sesaat setelah Valen meminta maaf.

Laki-laki tersebut tenyata juga termasuk siswa yang satu sekolah dengannya. Maklum saja, ia tak terlalu mengenal siapa saja yang bersekolah di sekolah yang sama dengan dirinya. Valen hanya memiliki seorang sahabat yang setia menemaninya dari kelas X sampai saat dirinya sudah duduk di kelas XI saat ini.

Sesampainya di kelas, Valen melihat bahwa sahabatnya, Nary, sudah tiba di sekolah lebih dulu. Ia pun menghampiri sahabatnya yang kini sedang asyik dengan ponselnya.

"Heh pagi-pagi udah asyik sendiri aja lo." ucap Valen tanpa babibu kepada sahabatnya. Valen ingat dengan siswa laki-laki yang tadi ditabraknya. Ia pun menceritakan semuanya kepada sahabatnya. Mulai dari pertemuan kemarin sampai pertemuan hari ini dengan siswa tersebut.

Valen menyebutkan ciri-ciri siswa tersebut saat dirinya ditanya oleh sahabatnya. Nary merasa mengetahui ciri-ciri yang disebutkan oleh Valen. Nary menduga bahwa itu ialah Galang Bramantyo. Nary akhirnya memberitahu kepada Valen mengenai dugaannya yang kemungkinan besar benar. Galang Bramantyo adalah ketua ekskul futsal yang juga siswa kelas XII IPS 2. Ia memiliki banyak fans di SMAN 1 Jakarta, sekolah tempat Valen menuntut ilmu. Ia banyak digilai oleh hampir seluruh siswi sekolahnya, mengingat ia memiliki wajah yang tergolong tampan juga kemampuan bermain futsal yang sudah diatas rata-rata. Setelah Valen mengetahui sedikit identitas dari siswa tersebut, ia pun bertekad untuk mengejarnya dan juga menunjukan perhatian yang ia miliki kepadanya dimulai dari esok pagi.

Keesokan harinya, Valen bangun tidur dengan semangat. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan laki-laki pujaannya yang notabenenya adalah kakak kelasnya. Setelah selesai bersiap-siap, ia pun turun ke bawah menghampiri keluarganya untuk sarapan bersama. Seusai sarapan, Valen menyiapkan bekal khusus yang nantinya kan ia berikan kepada kakak kelas idolanya. Setelah selesai dengan segala keperluannya, ia berangkat ke sekolah dengan perasaan yang riang gembira.

Tiba di sekolah, Valen berjalan santai menuju kelasnya. Ia menaruh tasnya di mejanya. Ia kembali beranjak untuk memberikan bekal yang telah disiapkannya kepada kakak kelasnya. Valen berjalan menuju kelas XII IPS 2. Sesampainya di depan pintu kelas itu, Valen ragu untuk menghampiri kak Galang, kakak kelas idolanya. Ia hanya bisa terdiam di samping pintu kelas itu sambil mentap kotak bekal yang telah disiapkannya.

"Hei, cari siapa ya?" tanya seorang siswi yang baru saja keluar dari kelas XII IPS 2. Valen megatakan bahwa ia ada keperluan dengan Kak Galang. Siswi yang adalah kakak kelasnya itu segera memanggil Galang yang berada di dalam kelasnya.

Galang keluar kelas dengan wajah datar seperti biasanya. Galang memang sudah terkenal dengan wajah datar juga sikap cueknya. Namun itulah yang menjadi daya tariknya. Ia terihat misterius sehingga banyak yang penasaran terhadapnya, khususnya siswi perempuan.

"Hai kak, ini ada bekal makanan untuk kakak." ucap Valen seraya menyodorkan kotak bekal yang sedari tadi ada di genggamannya.

"Lo siapa ya? Kok gue ga kenal?" tanya Galang tetap dengan wajah datarnya. Valen memaklumi jika saja Galang tak mengenalnya. Toh, Valen hanyalah siswi biasa yang tidak terlalu menonjol di sekolahnya. Berbanding terbalik dengan Galang yang hampir seluruh warga sekolah mengenalnya.

"Aku Valen kak. Yang kemarin nabrak kakak di koridor sekolah." ucap Valen memperkenalkan diri. Galang hanya mengangguk saja sesaat setelah Valen memperkenalkan dirinya. Galang juga mengembalikan kotak bekal yang sempat berpindah ketangannya.

"Lo ambil lagi nih, gue bisa beli makanan sendiri." tolak Galang ketus.

Valen pun kembali ke kelasnya dengan wajah yang murung. Ia merasa sedih serta malu karna pemberiannya tidak dihargai. Kejadian itu membuat Valen terlihat murung selama di sekolah hingga pelajaran sekolah usai.

Kejadian dimana pemberiannya ditolak oleh Galang rupanya tak membuat semangat yang dimiliki oleh gadis cantik itu patah. Sebaliknya, ia semakin semangat untuk membuat Galang luluh kepadanya. Valen tak pernah absen ataupun bosan memberikan bekal makanan kepada Galang. Walaupun ujungnya hanya ditolak dan bekal tersebut kembali kepadanya. Ia hanya merasa sedikit kecewa namun tak menyurutkan semangatnya untuk mendapatkan kakak kelas yang telah menjadi idolanya sejak pertemuan pertama mereka.

AMOUR TARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang