Chapter 2

37 7 0
                                    

Malam ini Hera berniat memberitahu sekaligus meminta ijin bibinya jika mulai besok ia akan mulai kuliah. Dengan perasaan gelisah ia menghampiri bibi Lim yang tengah memotong beberapa tangkai bunga di ruang tengah, ada berbagai kemungkinan yang bisa terjadi jika menyangkut pendidikan Hera. Selama ini, bibi Lim tidak pernah mau mengijinkan Hera untuk melanjutkan sekolahnya, walaupun Hera sendiri sudah pernah berusaha untuk meyakinkan bibinya itu jika ia tidak akan membebani soal biaya kuliahnya namun, tetap saja bibinya terlalu keras kepala untuk menerima itu dan Hera terpaksa menunda keinginan terbesarnya itu.

Setelah kematian yang menimpa ibunya akibat kecelakaan tujuh tahun yang lalu, membuat Hera harus tinggal dengan sang bibi, sementara ayahnya? Hera saja tidak tahu dimana keberadaan ayahnya saat ini, ia meninggalkan ibunya ketika Hera berusia sepuluh tahun, mengingat hanya tinggal bibi Lim satu-satunya saudara yang masih ia miliki. Bibi Lim tidak memiliki anak, suaminya meninggal saat pernikahan mereka baru satu bulan. Keadaan ekonomi mereka pun terbilang  pas-pasan, setiap hari ia bekerja di toko bunga milik bibi Lim dengan upah yang tak menentu, mengantarkan pesanan untuk pelanggan setiap hari menggunakan sepeda miliknya. Namun, sekarang, saat ia tahu ia diterima di fakultas impiannya ia bertekad untuk meyakinkan kembali bibinya agar ia dapat melanjutkan sekolahnya yang sempat tertunda.

"Aku sudah mikirin resikonya kok, bi––" ujarnya meyakinkan "Kuliahku nggak masuk tiap hari kok, jadi aku masih bisa bantu-bantu bibi di toko." ujarnya seraya meremas jemarinya gusar.

"Aku harap bibi bisa ijinin aku kali ini, ini kesempatan aku, bi. Aku––"

"Oke," bibinya bersedekap. "Kali ini bibi ijinin kamu buat kuliah, tapi kamu harus tetap bekerja di toko jika sedang libur. Dan satu lagi, bibi tidak mau kamu membuat masalah di tempatmu belajar. Bibi tidak mau jika harus dipanggil karena kamu membuat masalah." ujar bibi Lim yang sontak membuat Hera tak percaya, mulutnya sedikit terbuka mendengar penuturan bibinya itu.

Setelah mengucapkan ucapan selamat malam dan tidak lupa mengucapkan terima kasih pada bibi Lim yang telah mengijinkannya untuk kuliah. Hera pun bergegas masuk ke kamarnya, ia sangat senang mendengar persetujuan bibinya itu, ini adalah hal yang ia tunggu-tunggu selama ini.

Didalam kamar, Hera lantas berbaring diatas ranjang memandang langit-langit kamarnya tidak lupa dengan foto ibunya yang selalu ia peluk menjelang tidur. Tidak sabar menunggu hari esok, ia sangat bahagia sekarang. Ah––sepertinya besok akan jadi hari yang paling membahagiakan untuk Hera, bertemu dengan lingkungan baru dan teman baru adalah hal yang ia tunggu selama ini. Tanpa sadar matanya pun ikut terpejam seiring dengan rasa bahagia dihatinya.

•••

Pagi ini mereka bertiga Taehyung, Yoongi dan Jimin sampai di kampus tepat pukul sembilan pagi, sudah beberapa hari ini mereka memang kerap ada kelas pagi. Saat tiba diparkiran suara riuh dari para gadis menyapa pendengaran mereka. Namun ketiganya berlalu begitu saja tanpa menoleh sedikit pun.

Namun baru tiga langkah, mereka tiba-tiba mendengar suara hantaman benda yang cukup keras membuat ketiganya menoleh dan betapa terkejutnya mereka menemukan seorang gadis dengan sepeda miliknya tidak sengaja menggores sisi samping mobil milik Kim Taehyung.

Melihat itu sontak membuat Taehyung berjalan sedikit cepat ke arahnya. Pandangannya nyalang menatap body mobilnya yang tergores bahkan sedikit penyok, kemudian pandangannya teralih pada gadis yang jatuh terduduk didepannya.

"Lo kalo udah bosen hidup gausah pake nabrak mobil gue segala."

"Duh! Maaf ya aku nggak sengaja, tadi rem sepedaku hilang kendali. Aku sungguh––" matanya membulat saat mendapati sosok dihadapannya.

"Kamu! Kamu orang yang kemaren nyerempet aku itu kan,"

"Lo kaya nya hobi banget nabrak-nabrak mobil orang." ia bersedekap memandang gadis dihadapannya. "Lo harus ganti rugi udah bikin mobil gue rusak!"

Secret boysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang