Daegu

25 4 3
                                    

Daegu,13 Juni 2013

Aku berjalan memasuki kawasan sekolah dengan gontai. Setelah kepergian kakakku 3 tahun yang lalu ke kota Seoul, aku jadi malas untuk melakukan aktivitas apapun. Sampai saat ini.

Dan tadi pagi aku baru saja mendengar kabar bahwa kakakku sudah melucur kedunia selebriti, yang artinya ia akan menjadi seorang artist.

Akhirnya selama 3 tahun menjadi trainee di salah satu entertainment, ia jadi juga debutnya. ku kira akan bertahun tahun lamanya.

Ah, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Kim Nana, aku memiliki 2 kakak laki laki dan 1 kakak perempuan. Yang paling tua Kim Tae Hyung umurnya 19 tahun yang kini telah pergi ke Seoul untuk menjadi seorang artist, kedua Kim Tae Kyeong tiga tahun lebih muda dari pada Tae Hyung brarti umurnya 17 tahun yang bersekolah di SMA Sevit, ketiga kakak perempuanku Kim Tae Rin umurnya 15 tahun yang juga bersekolah di SMA Sevit, dan yang terakhir aku, umurku 11 tahun beda 4 tahun dengan Tae Rin. Aku sangat menyukai Bintang, jika aku merindukan ayahku, yang bisa kulakukan ya memandangi Bintang.

Ayahku meninggal ketika umurku 6 tahun, saat itu ia ingin mengantarku ke sekolah tapi kejadian naas menimpa kami. Aku dan ayahku kecelakaan tertabrak mobil yang sedang melaju kencang, yang bisa kulakukan hanyalah berteriak karna mobil depan mulai mendekati mobil ayahku dan ketika aku terbangun, aku melihat ke sekeliling, mobil kami terbalik. Seluruh badanku seperti mati rasa dan ketika aku melihat ayahku yang berada di depan, dengan kepala yang dipenuhi darah, aku hanya bisa menangis dalam diam. Aku mencoba untuk memanggilnya dengan suara yang nyaris sulit untuk kukeluarkan tetapi ia tetap tidak bangun juga dan setelahnya semua gelap.

Sudahlah, aku ingin menangis rasanya jika mengingat kejadian itu. Oh iya, aku lahir di Indonesia, ketika ibuku mengandung aku, seluruh keluarga memilih untuk berlibur ke Indonesia tetapi aku malah lahir disana. Hanya menumpang saja. Dan ayahku selalu mengajariku tentang budaya Indonesia, seperti menyalim tangan orang tua sebelum pergi atau sesudah pulang. Ayahku juga menyuruhku untuk belajar bahasa Indonesia, sesuai perintahnya, aku benar benar mempelajari bahasa Indonesia walau masih fasih dan tidak terlalu lancar dalam pengucapannya.

Aku juga sudah berencana untuk bersekolah disana. Tapi tidak tahu kapan.

"Yaaaa, Nana-ya, kau tahu? Kakakmu sudah di perkenalkan ke publik!! " histeris temanku, Park hyo won, ketika aku memasuki kelasku.

"Hmm, arra-yo. " ucapku sambil menaruh tas di tempat dudukku.
"Heol, tentu saja kau tahu, kau kan adiknya, " ujar Hyo won sambil cekikikan.

"Akhirnya kakakmu masuk juga ke BTS. " lanjut Hyo won sambil duduk di sampingku.

"BTS? " tanyaku tidak mengerti.

Hyo won mengernyitkan dahinya dan setelahnya memberikan ekpresi kaget.

"Omo!! Kau tidak tahu BTS? " tanya Hyo won sambil menunjukkku.

Aku hanya menggeleng.

"Aish jinjja, masa kau tidak tahu BTS sih, BTS itu nama boyband kakakmu yang beranggotakan 7 orang. Memang sih mereka masih belum terkenal karena mereka masih baru, tapi aku percaya pasti mereka akan menjadi Bintang terkenal nantinya. " tutur Hyo won dengan senyum lebarnya.

"Cih, memangnya kau seorang cenayang apa? Bisa tahu kedepannya seperti apa. " tanyaku.

"Ck, walaupun aku bukan seorang cenayang, aku sudah sangat yakin tentang hal itu. " jawabnya mantap.

"Kita lihat saja nanti. " timpalku tidak mau ambil pusing.

"Oh iya, apa kau akan membeli mini album pertama mereka? " tanya Hyo won setelah hening beberapa saat.

"Molla. " jawabku sambil mengedikkan bahu.

"Jinjjagoteun, kau menyebalkan sekali. " ucapnya sambil mendengus kesal.

"Biarkan saja. " balasku tidak peduli.

Bell masuk kelas sudah berbunyi, aku mengikuti pelajaran dengan baik dan berkonsentrasi penuh.

-------------

"Nana-ya! " panggil Tae Rin ketika aku memasuki rumahku.

"Wae? " tanyaku sambil menaruh sepatu di rak.

"Bisakah kau ambilkan minum untukku? " tanya Tae Rin yang sedang fokus dengan ponselnya.

Aku mendengus kasar, Tae Rin masih memiliki dua kaki utuh dan tidak cacat sama sekali, untuk apa ia menyuruh seseorang untuk mengambil sesuatu padahal ia masih bisa mengambilnya sendiri, lalu untuk apa Tuhan memberikan kedua kaki utuh kepadanya?

Memang dasar pemalas.

"Tidak bisa, ambil sendiri. " jawabku dan pergi ke kamar.

"Kenapa sekarang kau melawan kakakmu terus? " tanya Tae Rin dan mengalihkan pandangannya kepadaku.

"Jawabannya ada pada dirimu sendiri. " jawabku yang terdiam di ambang pintu.

"Apa maksudmu hah? Aku tidak mengerti. " ujarnya sambil berdiri.

"Seharusnya kau mengerti kenapa aku selalu melawanmu. " ucapku yang masih terdiam di ambang pintu.

"Kenapa? Karna kau sudah besar? " tanya Tae Rin.

Aku berdecak kesal.

"Jangan berpura pura bodoh, aku tahu, kau selalu menjadikanku babumu, kau selalu menyuruhku ini dan itu. " jawabku dan berbalik menatap Tae Rin.

"Apa yang salah dengan itu? Kau adikku, wajar saja jika seorang kakak menyuruh adiknya bukan? " tanya Tae Rin menatapku lekat.

"Tapi kau sudah kelewat batas. Kau menyuruhku ini dan itu bukan layaknya seorang kakak menyuruh adiknya, tapi seperti kau menyuruh seorang pembantu. " jawabku sambil menatapnya kesal.

"Itu hanya perasaanmu saja. " ucap Tae Rin.

"Apanya yang prasaanku?! Aku tahu kau hanya menjadikan adikmu sebagai pembantu, sebagai babumu, aku tahu bahwa kau tidak menyukaiku!! " kesalku sambil menatapnya dengan tajam.

Aku pun berbalik dan mmemasuki kamar, menutup pintunya dengan keras. Aku melempar tas kesembarang arah dan berbaring di tempat tidurku.
Tae Rin-ah, semenjak Taehyung pergi dari rumah, ia jadi seenaknya denganku. Tae Rin selalu mengambil barang yang aku punya, bahkan kamar sekali pun. Dan ia selalu menyuruhku, tanpa henti. Jika aku membantah pasti Tae Rin akan mengadu ke ibuku dan endingnya aku yang terceramahi.

Aku memilih tidur untuk menghabiskan waktu siangku dan berdoa semoga aku bertemu dengan Ayah, di dalam mimpi.

__________•___________

Part 2 kelar, waitting next part ok!

Vomentt

Regard,
Dy

Good LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang