Naraya
Hari ini aku kesal sekali, aku hurus mengepel koridor kelas 11. Padahal ini tugas pak mamat bukan tugasku, aku itu pelajar tugasnya harusnya belajar berhadapan dengan buku buku yang menantang, bukan dengan pel-pelan lantai dan ember pel. Aku harus meluangkan waktu pulangku, ini semua gara-gara Bimo. Dasar sepupu brengsek! Lihat aja, aku kempesin motor bebeknya nanti.
"Huh, akhirnya!" Aku berseru senang karena telah menyelesaikan semua pekerjaan tambahan yang tidak digaji ini. Enggak papa deh, itung itung pahala bantuin pak mamat.
Aku membereskan dan menaruh pel serta embernya ke dalam ruangan alat bersih bersih, setelah itu melangkah keluar menuju parkiran. Aku berjalan santai sambil melihat lihat keadaan sekolah yang sepi, tak terasa aku telah sampai parkiran. Jangan berfikir aku membawa motor apa lagi mobil, aku tidak membawa keduanya, sebenarnya tidak punya sih.
Aku biasa nebeng Bimo, dia menaiki motor metic berwarna kunging. Kalau kata ayah motor Bimo itu motor bebek. Bimo sangat marah jika ada yang mengatai motor meticnya motor bebek. Uh, dan sekarang aku harus pulang sendiri, karena Bimo tidak mau menungguku. Padahal ini ulahnya, kalau saja dia tidak membangunkan aku dengan cara berteriak aku tidak akan ketauhan tidur di jam bu Yayu.
Tak terasa aku hampir menuju gerbang, aku menoleh ke pos satpam ternyata bang Irwan lagi asik dengan korannya. Jangan berfikir bang Irwan sudah tua, dia masih cukup muda berumur 34 tahun dan belum menikah, makanya aku memanggilnya abang bukan pak.
"Bang?" Panggilku memanggilnya. "Sendiri aja, ketauan banget jomblonya bang," lanjutku dengan kekehan kecil.
"Ah, kamu, abang kira siapa tadi." ucap bang Irwan, dia menatapku dan menelitiku dari kepala hingga kaki. "Kenapa baru keluar? Bukannya bel pulangan udah dua jam lalu ya?"
"Ini semua gara gara Bemo, coba saja kalau dia enggak bangunin aku teriak-teriak pasti bu Yayu enggak tau kalau aku tidur," gerutuku dengan kesal. Aku selalu memanggil Bimo dengan sebutan Bemo.
Bang Irwan terkekeh mendengar jawaban dariku. "Ya sudah, sana kamu pulang. Ini sudah sore, nanti dicari ayahmu" ujar bang Irwan dengan gaya menghusir.
"Yeh ngusir, ya udah aku balik dulu. Hati hati bang ngelamun sendiri nanti didatengin mbak kunti" ucapku sambil berlari kecil kearah gerbang. Aku dapat mendengar bang Irwan mengucapkan istifar.
Aku melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganku menunjukkan jam 17.38 sudah sore banget untuk jam siswa pulang sekolah. Aku masih terus berjalan kaki mencari masjid terdekat di dekat sekolahku ini. Aku mau mengganti bajuku dengan baju salinan yang selalu aku bawa.
Akhirnya aku sampai juga di masjid, aku melihat pergelangan tanganku jam sudah menunjukkan angka 18.09 yang artinya udah jam 6 sore lewat dan sebentar lagi waktunya sholat magrib. Aku kasih tau aja sama kalian, walaupun aku urakan tapi aku masih ingat tuhan. Ya, itu yang aku tanamkan dalam diriku.
Setelah aku mengganti bajuku, aku menunggu sebentar dan sholat berjamaah. Setelah selesai aku melanjutkan jalanku menuju rumahku. Kali ini aku menelpon bang Oid langganan ojekku.
"Akhirnya sampai rumah dengan selamat." ucapku girang karena bisa bersantai di kasur tercinta.
"Kenapa lagi sih Ay, pulangnya habis magrib begini?" tanya bang Oid kepadaku.
"Habis kena tugas negara bang. Makasih ya udah mau jemputin Ay," kataku dengan senyuman tulus, bang Oid yang mendengar jawabanku hanya geleng-geleng kepala tidak jelas. Setelah bang Oid pergi aku masuk kedalam rumahku.
Pertama membuka pintu rumah aku melihat ayah yang duduk di sofa ruang tamu. " Naraya dari mana saja kamu, kenapa baru pulang?" tanya ayah.
"Dari sekolah yah, habis mengerjakan tugas negara." jawabku, sambil melangkah duduk bersama ayah. Ayah hanya menggelengkan kepala, aku tau ayah mengerti maksudku arti kata tugas negara yang selalu aku ganti yaitu hukuman.
Dan aku tau pasti si Bimo telah menceritakannya ke ayah."Kamu ya Ara, sudah berapa kali bunda bilang jangan main games terus, jangan begadang. Susah banget sih bunda bilangin," ucap bundaku.
"Ara enggak main games kok bun, cuma main laptop," seruku sambil berlari ke tangga menghindari omelan maut bundaku.
.
.
.
.Banyak typo, maapkan ya😅
Amburadul ga sih😅
Komenlah jika ada kesalahan kesalah
Komenmu membantuku berkembangMakasih buat kalain yang membaca
KAMU SEDANG MEMBACA
Naraya
Teen FictionKisah seorang gadis yang bernama Naraya Naraya adalah seorang gadis SMA biasa, dia tidak tenar dan terkenal. Memiliki hidup yang seru dan banyak faedahnya, itu menurutnya. Kisahnya? Kalian baca saja sendiri. Masih amatiran. Penulisan pertama. Koment...