Setelah mandi dan siap siap untuk pergi ke sekolah aku pergi kearah dapur, untuk membuat kopi. Aku tidak akan selamat jika aku tertidur dijam bu Yayu. Sesampainya di bawah tangga aku melihat bunda dan Niera yang lagi sibuk didapur untuk menyiapkan sarapan. Aku melangkah pelan menuju dapur dan mengambil cangkir.
"Ara tumben pagi pagi kedapur mau bantuin bunda sama kakakmu?" Bunda bertanya padaku tanpa melihatku dan fokus pada nasi goreng yang ada di wajan.
"Eh," kagetku
"Kamu mau bantuin gua sama bunda?" Niera bertanya padaku dengan lembut.
"Enggak, Ara mau bikin kopi." Cangkir ditanganku langsung direbut bunda, dan dikembalikan ke tempatnya semula.
"Anak gadis pagi pagi minum kopi, itu ga baik Ara!" Bunda berkata sambil memperlihatkan kegalakannya. Aku hanya bisa mengendus lelah dan pergi dari dapur. Aku mendengar Niera tertawa pelan.
Aku belum memperkenalkan saudara kembarku ya? Baiklah Neira adalah nama saudara kembarku, kakakku. Aku adalah anak terakhir dikeluarga ini.
Kakiku melangkah sampai didepan ruang keluarga, aku melihat bang Rama dan bang Ragil sedang menonton acara tv. Jangan mengira yang ditonton acara berfaedah, mereka berdua sedang menonton spons berwarna kuning dan bintang laut idiot. Kalian pasti tau siapa yang aku maksud.
Aku melihat abangku yang sedikit waras dari bang Rama dan bang Ragil sedang membaca buku, ya dia adalah bang Nathan biasa aku memanggilnya bang Athan. Gemar membaca buku, semua buku dia garap semua. Dari yang tingkat rendah hingga tinggi, aku dulu pernah iseng baca baca buku bang Athan, isi kepalaku seakan berputar putar. Aku heran dengan bang Athan, kenapa kepalanya bisa sekuat itu.
Aku melihat ayah yang sedang membaca koran di samping bang Athan, disamping ayah ada kopi. Aku harus minum kopi pagi ini. Sudah tau kan, Apa yang aku pikirkan?.
"Ayah..." sapaku riang. Ayah hanya melihatku sama seperti bang Athan.
"Ayah... Ara boleh minta ga?" Ayah bingung dan menatapku sekan berkata 'minta apa'. Aku menatap kopi ayah di atas meja, ayah juga mengikuti tatapanku.
"Minum aja." kata ayah dan kembali membaca korannya. Aku langsung bergerak cepat dan menghambiskan hingga tandas kopi ayah. Bang Athan ternyata memperhatikanku dan bergeleng geleng kepala. Aku memperlihatkan cengiran khasku.
"Punya adek ga ada yang waras," bang Athan berujar sambil menepuk pucuk kepalaku yang kebetulan aku masih berlutu di depan meja. Setelah itu dia pergi kekamarnya.
"Ara waras kan yah?" Ayah menoleh kepadaku dan mengangkat kedua bahunya.
Tanpa mau pusing akupun berdiri dan memakai sepatu rodaku. Kali ini aku ingin pergi kerumah Bimo dan sarapan disana saja.
"Ayah, bunda Ara kerumah Bemo ya! Assalamualaikum." Teriakku dan pergi kerumah Bimo.
🔶🔶🔶
Setelah sampai kerumah Bimo aku masuk dan memberi salam, aku langsung ngacir ke meja makan dengan sepatu rodaku. Mama melihatku dan terseyum kearahku.
"Ara sayang, sini sarapan dulu," ajak mama lembut. Papa, Bimo dan resya melihat kerahku.
"Lu ngapain kesini, ga dikasih makan sama bunda?" Ejek Bimo
"Hus, abang ga boleh gitu, nanti kalau bunda denger kamu bisa di amuk loh," papa menimpali dengan candaan. Aku dan semua orang yang ada kecuali Bimo tertawa puas. Aku duduk di samping Bimo dan mama menyiapkan makan dipiring untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naraya
Teen FictionKisah seorang gadis yang bernama Naraya Naraya adalah seorang gadis SMA biasa, dia tidak tenar dan terkenal. Memiliki hidup yang seru dan banyak faedahnya, itu menurutnya. Kisahnya? Kalian baca saja sendiri. Masih amatiran. Penulisan pertama. Koment...