Bagian satu...

20 3 20
                                    

Pagi ini cerah agak sedikit cerah daripada hari-hari sebelumnya. Sudah seminggu sejak aku bicara dengan Wahid. Biasanya awan mendung sudah meliputi langit semenjak pagi. Tapi entah mengapa hari ini tidak. Semoga saja akan terus begini Dan semoga saja kedepannya akan selalu cerah.

Aku berjalan kaki menyusuri trotoar menuju sekolahku Tak Begitu banyak kendaraan yang berlalu karena memang jalan ke sekolahku bukan jalan yang besar.

Aku terus berjalan dengan santai karena hari masih memang sangat pagi. Di Ujung Jalan trotoar ini ada taman kecil di situ biasanya tempat Wahid duduk sebelum dia ke sekolah.

Jujur saja hari ini aku ingin sekali bertemu dengan dia Semoga saja hari ini dia ada disana. Ternyata kebetulan saja terkabulkan belum sampai aku ke Taman Wahid sudah kelihatan batang hidungnya dia duduk sendiri sambil main handphone di bangku taman.

Aku berjalan menghampiri Wahid." Wahiidd oi..." Dia tak menoleh masih sibuk dengan hp dia. "Walah jangkrik Wahid di panggil malah gak boleh." Ucapku menggerutu sendiri.

Aku coba berdiri tepat di depan dia,menghalau sinar matahari menerpanya tapi tetap saja dia tak menghiraukan. Wahid tetep fokus pada hpnya sepertinya dia sedang chattingan dengan seseorang.

"Eitttt.. aku ambil nih hp" Gerakan cepat dari tanganku merebut hp dari tangan Wahid. Setelah itu pula dia baru sadar bahwa ada aku di depan dia.

"Putri?... Siapa putri?.." Tanyaku pada Wahid saat aku membaca nama kontak seseorang di hp dia.

" Ya Allah kembalikan tuh hp anjir." Ucap Wahid tak terima sambil merampas hp dia di tanganku. " Sumpah ya baca pesan orang se enaknya, dasar tukang intip " ucap Wahid gak terima. Entah mengapa aku merasa ada yang beda dari Wahid.

Aku sadar meski hanya sekilas Wahid mulai peduli terhadap dirinya. Biasanya meski barang-barang dia di curi,PR dia selalu ada yang mencontek dia selalu saja tak peduli. Tapi saat ini dia mulai peduli dan tak ingin urusan pribadi dia diganggu.

Pada saat yang sama pula aku melihat Wahid tersipu malu dengan pipi dia yang merah. Awalnya aku biasa saja tapi melihat wahid yang seperti ini aku penasaran terhadapnya.

"Wahid masih ingatkah kau dengan pertanyaanku dulu apakah perlu aku tanyakan kembali hal itu padamu?" Tanyaku pada Wahid.

" Hereee? Pertanyaan yang mana?" Wahid agak sedikit bingung. Dia terlihat berfikir keras tapi tak berhasil.

Tanpa berfikir lama aku tanyakan satu hal pada Wahid. " Wahid kau suka warna apa?" Wahid tak menjawab,dia terlihat berfikir sepertinya dia menemukan sebuah jawaban.

" Warna biru.. aku suka warna biru. Sekarang aku mengenal warna biru. Meski hanya satu warna tapi aku selalu menyukainya." Tak kusangka Wahid akan menjawab warna biru kali ini. Meski dia berkata dengan pelan tapi aku tau itu sebuah jawaban dengan keyakinan.

"Lalu mengapa kamu suka warna biru" Aku bertanya hal lain pada Wahid. Sungguh kali ini Wahid benar benar membuatku greget.

Wahid tak menjawab pertanyaanku dia seakan enggan untuk menjawab. Entahlah dia tahu atau memang tak ingin menjawab. Aku mulai berfikir siapa sih Putri,Sejak kapan Wahid mengenal Putri dan Seperti apakah sosok putri di mata Wahid. Pikiran itu muncul secara tiba-tiba di otakku.

Wahid kenapa diam? Apa kau tak bisa menjawab? Apa kau memang tak ada jawaban untuk menjawab? Aku mulai menggoda Wahid berharap dia bisa menjawab

Tapi dia tetap terdiam. Sempat dia ingin membuka mulutnya tapi ia urungkan hal itu. Aku mulai tak sabar atas semua ini. Menunggu Wahid menjawab memang membutuhkan kesabaran ekstra.

" Wahid kau suka warna biru apa karna ada seseorang yang juga suka warna biru? Dan orang itu pastinya putri ,bukan?" Ucapanku barusan membuat Wahid spontan menatapku.

" Kenapa kau bisa tau akan hal itu? Kau kenal dengan putri yah?" Tanpa pertanyaan itu pun aku sudah tau bahwa Wahid pasti bingung terlihat jelas dari wajahnya.

" Sungguh Wahid kau memang lucu sekali. Kenapa kau bisa menyimpulkan aku mengenal Putri Wahid. sebenarnya aku nggak tahu kalau Putri itu juga suka dengan warna biru. Tapi melihat hal yang terjadi padamu saat ini. Mendengar jawaban akan pertanyaan yang aku tanyakan tadi dan membaca dengan siapa kau chattingan aku yakin ada seseorang yang mengenalkan sebuah warna padamu. Dan orang itu adalah putri." Ucapku sambil terkekeh pada Wahid.

Sekali lagi pipi dia memerah ,dia sangat tersipu malu, dia seperti orang kebingungan karena rahasia yang ia simpan terbongkar maklum Bagi Wahid mungkin ini hal yang pertama untuk dia memiliki sebuah rahasia.

" Wahid sebenarnya aku ingin tau lebih jelas siapa itu putri, dan kapan kau mengenalnya, tapi aku tak akan memaksamu untuk bercerita biarkan dirimu bercerita sendiri padaku. Tapi satu hal. Jika kamu merasa bingung akan semua ini tanyakan padaku Wahid." Ucapku pada Wahid sambil menepuk pundaknya.

Wahid terdiam, seperti ada hal mengganjal di hati Wahid.
" Yosh... Yuk kita berangkat udah hampir siang nih" ucapku memecah keheningan yang Wahid ciptakan.

Wahid mengangguk. Entah Wahid menyadari atau tidak tapi hari ini Wahid berbicara lebih banyak dari biasanya. Semoga saja kan terus begitu....

.
.
.
.
.
.
YOSHH MINAA JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT YA*

Terima kasih

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang