Namaku Gavin, lengkapnya Gavin Bolton. Anak kedua dari dua bersaudara, dan terlahir di keluarga yang normal, kehidupan yang normal dan lingkungan yang normal. Setidaknya itulah yang aku pikirkan, tetapi dikarenakan pekerjaan ayahku yang selalu menuntutnya untuk berpindah tempat kerja, aku, kakakku dan ibuku pun terpaksa untuk mengikuti ayah kemanapun perusahaannya menetapkannya, itulah mengapa sebabnya aku dan kakaku tidak pernah mempunyai kehidupan yang orang-orang sebut normal.
Aku dan kakakku tak pernah memiliki teman yang bertahan lebih dari beberapa bulan, jadi kami hanya memiliki satu sama lain. Hari-hari kami diisi dengan ayunan pohon, rumah pohon, dan tentunya video games. Orang tua kami hanya mampu membelikan kami konsol PlayStation 2, dengan hanya 1 stick untuk memainkannya, sehingga kami harus bergiliran untuk memainkannya daann... Hal ini juga yang menyebabkan beberapa pertengkaran diantara aku dan kakakku. Siapa pikir memberikan dua anak laki-laki sebuah konsol gaming yang memiliki satu controller adalah suatu ide yang cerdas. Itu adalah masa masa kecilku, yang dipenuhi oleh canda,tawa,penat dan pilu akan berpindah-pindah berkali-kali.
Saat aku berumur 10 tahun ayah mulai merasa tidak enak badan lalu rambut di kepalanya pun mulai berjatuhan helai demi helai, hingga suatu hari ayahku ,seorang laki-laki yang sangat aku kagumi akan ke optimisannya dalam memandang segala hal dalam hidup sekarang berbaring di kasur rumah sakit tanpa daya, tidak dapat mengeluarkan satu katapun.
Aku masih mengingat mata ibuku yang selalu bengkak karena tangisannya yang tak berhenti-henti setiap malam. Kakakku yang berumur 5 tahun lebih tua dari ku menjelaskan dengan sebaik mungkin kepada ku apa yang sedang ayah lalui,tapi aku tak pernah bisa menangkap perkataannya, aku tak pernah bisa mengerti, sebenarnya ada apa yang terjadi kepada ayahku.Dengan itu, ayahku, pria yang ibu sangat cintai meninggalkan kami, tanpa mengucapkan apapun dia meninggalkan kami, dengan menggenggam tangan ibuku, ayahku menhembuskan nafas terakhirnya, disitulah aku mengerti bahwa tak ada hal di dunia ini yang akan bertahan selamanya, hal-hal yang aku cintai dan aku sayangi pasti akan menghilang juga di kemudian hari.
Sejak itu hanya kami bertiga, lalu Nathan, kakakku juga pergi meninggalkan aku dan ibuku untuk berkuliah, dan sekarang hanya ada aku dan ibuku. Ibuku bilang aku berubah, menjadi anak yang pendiam, penurut, dan juga pelit akan memberikan senyuman. Mungkin inilah efek dari kehilangan sesuatu yang kau sayangi dan pegang teguh.
Jenuh dengan kehidupan kami yang monotone, ibu memutuskan bahwa kami akan pindah, jauh dari London menuju selatan, untuk memulai kehidupan baru, di kota kecil bernama Feris
YOU ARE READING
Feris
Mystery / ThrillerSelamat datang di Feris, sebuah kota kecil di bagian selatan Inggris, dengan populasi sebanyak kurang lebih 450 jiwa, kota sunyi ini tampak seperti tempat yang penuh akan kedamaian dan ketentraman, tetapi ada hal yang lebih besar dari sebuah kota ke...