Pagi Pertama

10 0 1
                                    

Huuf... Huuf... Huf..

   "Haah? Dimana aku? Semuanya gelap, hitam. Apakah aku tadi  Sleepwalking? aku tidak ingat berada di sini.. Hal terakhir yang ku ingat adalah tidur di kasur bar..u..."

   "Aahhh ternyata ini mimp-tunggu sebentar ,apabila ini mimpi mana mungkin aku bisa sadar seperti ini." Ketika mataku mulai menyesuaikan diri dengan kegelapan, aku mulai melihat beberapa hal yang cukup familiar.

"ini...  Jalan utama kota feris... Jalan Svendsen mengapa aku bisa ada disini? "

"OUCH!" teriak ku setelah mencoba mencubit lenganku dengan harapan bahwa ini adalah mimpi.

"hah? Aku masih belum bangun? Berarti... Ini bukan mimpi? Yatuhan aku kurang tahu jalan pulang lagi.. "

   Berjalan tanpa arah menuju kegelapan yang lebih dalam, aku mulai melihat beberapa hal aneh, seperti bendera inggris yang warnanya terbalik, mobil-mobil polisi tanpa roda dan satu-satunya sumber cahaya di sini adalah kumpulan kunang-kunang yang sepertinya sama sepertiku, berjalan tanpa arah.

   Setelah hampir setengah jam lebih menelusuri jalan Svendsen, sepertinya aku tidak akan pernah sampai dirumahku. Saat aku sedang putus asa dan penuh dengan kebingungan seseorang memanggilku.

   "Anak muda...  Ayo kemari tolong nenek..."

   Aku memang bukanlah orang yang percaya akan keberadaan hantu...uumm yeah aku percaya hantu ada, tetapi aku tak percaya bahwa hantu dapat melukai kita yaitu mahluk dengan tubuh fisik. Tetapi saat itu entah mengapa aku merasa ketakutan, kakiku seperti terpaku ke tanah dan mulutku terjahit rapat, aku tak bisa melakukan apa-apa.

   Terlihat seorang nenek tua bungkuk sedang berdiri beberapa meter di depanku dan setiap kali aku menutuo mataku untuk berkedip, nenek itu bergerak lebih dekat menuju diriku.

Akhirnya hanya 1 meter di depanku,aku tak berani untuk mengedipkan mata.

"Bagaimana kalau nenek ini memiliki niat jahat kepadaku?!"

  Kata-kata itu terus mengiang di kepalaku tanpa henti dan itulah merupakan motivasi bagi diriku untuk Tidak Berkedip.

  Mataku perih dan panas membara, penglihatan ku mulau mengkabur dan tanpa kusadari... aku berkedip,dalam beberapa detik nenek tua yang kulihat di depan mataku bukanlah seorang nenek tua lagi melainkan seekor monster yang bertinggi dua kali tinggi badanku dan memiliki 4 pasang mata berwarna merah darah dan mulut yang berisikan ribuan gigi-gigi kecil.

Tangannya yang diselimuti oleh silet-silet kecil mulai mengelus-elus pipiku dan menyayat pipiku terus menerus yang sekarang bercucuran darah.

  "Sudah lama aku tak menemukan makanan malam yang berkualitas hehehehe.... " ucapnya dengan air liur yang menetes ke lantai

  Tanpa ku sadari ternyata monster itu memiliki 3 kepala lainnya yang mengelilingi tubuhku berusaha mencari sesuatu.

  "Krrr....  Kosong"
  'Brrrrr.... Kosong"
Ucap kedua kepala lainnya

  *grrr.... Aku mene-*
Sebelum kepala ketiga dapat menyelesaikan perkataanya, sebuah pancaran cahaya yang membutakan ku muncul dari belakang menara Braenne yang merupakan bangunan istimewa di Feris.

Dan dengan itu aku terbangun di kasur ku.

"hah... Whaa... What?! Jadi barusan itu mimpi? Tapi.... Terasa nyata dan asli..  Aah mungkin aku hanya kecapean semoga saja itu tidak terjadi lagi."

Dengan perlahan aku menuruni tangga kayu yang rapuh ini, setiap langkah mendarat di tangga ini terdengar sepertinya tangga ini menjerit.

"Ibuu! Selamat pag-" sebelum aku bisa mengucapkan selamat pagi kepada ibu, ibuku sudah berteriak dan mulai berlari kearahku.

'Aaahh!! Gavin!  Apa yang terjadi dengan pipimu?! Mengapa ada luka sayatan?!?! "

To Be Continued

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 24, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FerisWhere stories live. Discover now