Suara gemuruh banyak orang berlalu lalang menyambut Dina dan Marcel yang kembali. Hari ini Dina harus segera menyelesaikan masa cutinya menjadi dokter dan menggantikan kembarannya di panggung hiburan. Dina kembali ke rumah bersama Marcel, manager Doni.
"Nanti Fifi akan datang, jadi kamu bisa menyesuaikan gaya Doni." Marcel mengingatkan Dina.
"Iya!" Dina hanya menjawab sekenanya.
Dina terus berkutat dengan Tab nya untuk membuat surat cuti. Serta mengirim email ke pimpinan rumah sakit tempatnya bekerja.
~Dan-Shela on seven~
Suara hp Dina berdering menyanyikan lagu favorit nya. Tertera nama Rangga disana.Dina: Hallo Ga, ada apa?
Rangga: Din kamu mau cuti?
Dina: Iya Ga!
Rangga: Kok lama banget sampe tiga bulan?Mau kemana emang?
Dina: Iya, aku harus mengurus saudara kembarku nih. Aku titip pasien-pasienku ya!
Rangga: Gak bisa sebentar aja Din cutinya?
Dina: Gak bisa Ga
Rangga: Nanti aku gimana?
Dina: Gimana apanya?
Rangga: Aku akan kesepian dong!
Dina: Udah deh, jangan mulai lagi!
Rangga: Yah kan kamu tau aku suka kamu!
Dina: Eehh udah ya Ga, aku masih banyak urusan nih. Bye Ga!
Dina sengaja memutus sambungan telfon Rangga dengan sepihak. Ia tau jika teman seprofesinya akan terus memborbardir dengan pertanyaan gak penting.
Rangga adalah salah seorang lelaki yang menyukai Dina. Namun sebaliknya, Dina tidak sama sekali menyukai Rangga. Dia lebih nyaman dengan keadaannya sekarang, tenang dan bebas bersama siapapun.
"Non, sudah sampai!" supir taxi yang ia dan Marcel tumpangi mengintrupsinya untuk turun.
"Oh iya!" Dina gak sadar jika ia sudah sampai di depan rumahnya.
Karena Dina tinggal sendiri maka dia terbiasa menyelesaikan semua kerjaannya sendiri. Kini ia punya Marcel dan Fifi yang akan membantunya. Ia bersyukur masih banyak hal yang kini bisa ia lakukan. Setidaknya apa yang kini Dina lakukan untuk sang kakak.
Tak beberapa lama dari kedatangan Dina dan Marcel di rumah, Fifi datang dengan koper berisi baju-baju Doni dan alat make up.
"Ini semua baju Doni?" Dina tidak suka melihat baju-baju Doni.
"Iya Din!" Fifi hanya menjawab dengan pasrah. Walau bagaimanapun, Fifi dan Marcel juga membutuhkan Dina.
"Aku gak mau pake!" Dina langsung pengambil Hp nya dan mendial nomor sahabatnya, Sindi.
Dina meminta Sindi untuk datang ke rumahnya dengan membawa baju-baju yang Sindi punya di tokonya. Dina memang seorang wanita yang pintar, seksi dan anggun, tapi Dina juga seorang yang sangat pemilih untuk urusan menjaga diri. Sebagai seorang dokter, ia tak mungkin tampil dekil dan tak terurus. Untuk itu Dina sangat memperhatikan dirinya.
Gaya Dina memang selalu simple, tapi semua dia perhitungkan dengan sangat matang. Seperti sekarang, ketika ia diminta jadi Doni. Ia tak mau tampil dengan pakaian yang gak pas di tubuhnya. Dina gak suka baju Doni, karena menurutnya baju Doni sudah harus di ganti dengan yang lebih bagus. Dina juga memanggil orang yang ia percaya untuk memotong rambutnya.
"Hah, rambutku!" gumam Dina tak ingin kehilangan rambut panjang nan indah miliknya.
***
Marcel dan Fifi menunggu Dina yang sedang merapihkan rambutnya dan mengganti pakaiannya dengan sabar.
2 jam berlalu, Dina keluar dengan tampilan yang berbeda. Baju yang pas di tubuhnya serta jaket yang sedikit besar jika di pakai Dina. "Perfect!" ucap Dina percaya diri.
Fifi dan Marcel juga bengong melihat Dina yang begitu mirip dengan Doni, walau wajah Dina sedikit lebih feminim.
"Kalian akan terus berdiri disini?" pertanyaan Dina membuat Marcel dan Fifi kembali pada kenyataan.
"Oh iya ayo kita ke studio!" Marcel mengajak Dina dan Fifi.
"Oke! Thanks ya Sin! Kamu bantu banget hari ini. Nanti aku akan transfer semua. Oke!"
"Ingat, kamu juga punya utang penjelasan padaku ya!" setelah Sindi selesai dengan baju-baju yang ia bawa untuk Dina, Sindi kembali ke tokonya.
Dina, Marcel dan juga Fifi pergi meninggalkan rumah Dina menuju studio. Tempat dimana teman-teman band doni berada.
****
"Doniiii, kemana saja kau?" Dina disambut senang pihak managemen. Agak risih sebenarnya bagi Dina harus di peluk sana sini sebagai lelaki. Padahal ia adalah perempuan, tapi ini adalah tuntutan agar kakaknya tetap bisa berkarir.
"Maaf pak saya lama!" Dina membuat suaranya menjadi berat, seperti suara Doni. Walau bagi yang perhatian, mereka akan tau jika suara Doni dan Dina berbeda.
Hari itu dimulailah kehidupan Dina yang baru, yaitu menjadi Doni. Dina mulai dengan membahas soal tour band mereka dan mengatur jadwal antara perform dan waktu latihan.
...To Be Continue....
KAMU SEDANG MEMBACA
Star Love
Teen FictionDina Mahendra dokter pintar, seksi dan cantik, harus rela meninggalkan pasien-pasiennya untuk menggantikan kakak kembarnya Doni Mahendra. Gak pernah terbayang oleh Dina untuk berada di posisi seperti ini. Tapi semua ia lakukan untuk mewujudkan impia...