|3|

92 15 0
                                    

Harum anggur menyeruak ketika Yoongi membuka sebuah tutup botol. Menuangkannya langsung kedalam 2 gelas jernih bertangkai tinggi. Wajahnya sangat datar jika dibandingkan dengan seseorang didepannya. Yang terlihat begitu cerah, menyimpulkan senyum lesung pipitnya.

"Bagaimana anak itu?"

Yoongi menaikkan sebelah alisnya, sedikit mengendikkan bahu. "Begitulah."

Kim Namjoon, sahabat dari kecil Yoongi, mendecihkan jawabannya. Pria yang terkenal di ranah bisnis perminyakan itu nampak tampan dibalut setelan jas berwarna biru dongker. Rambutnya disisir keatas menampilkan ketegasan wajah jeniusnya. Jika dipandang-pandang, ia terlihat baik dan ramah, tapi jika berhubungan dengan pekerjaan, presiden sekalipun takkan dikecualikannya.

Ia lebih dulu memegang tongkat kekuasaan dinasti bisnis keluarganya dibanding Yoongi di umur yang masih sangat belia. Berbekalkan otak jenius, Namjoon berhasil membawa pengaruh klan Marga Kim dari Ilsan lebih dihormati. Sedikit berbeda dengan Min Yoongi yang lebih menyukai bergerak dalam diam, Namjoon terkenal akan sifatnya yang kerap menerjang bak Singa—sang raja hutan. Terang-terangan, sadis tanpa pandang lawan.

"Ayolah, Hyung. Aku tahu kau pasti memiliki sesuatu untuk anak itu, bukan?" ucap Namjoon sambil menyesap anggur mahal milik Yoongi. Bibir menguar desis saat rasa manis pekat memenuhi rongga mulutnya. Wine berumur memang tiada tandingan, puji Namjoon dalam hati.

Yang ditanya hanya menyilangkan paha dan memainkan tangkai gelasnya.

Namjoon memutar matanya jengah, "Hyung, seumur-umur aku mengajakmu ke pelelangan seperti itu, kau tak pernah menyetujui. Bahkan untuk melirik pun kau tak sudi." Tangan Namjoon bergerak di udara, sedikit dramatis. "Tapi secara tiba-tiba, tadi kau membeli anak itu dengan harga yang fantastik." ucap Namjoon lagi, mencondongkan badannya kearah Yoongi. "Bukankah itu perlu diselidiki?"

Yoongi mengibas pelan tangannya didepan wajah Namjoon. "Diselidiki, pantatku." matanya ikut-ikutan memutar malas. "Aku hanya tertarik saja, dan kebetulan duitku berteriak minta dibelanjakan. Ya sudah, kubeli saja anak cengeng itu."

Namjoon menyipit, masih tak terima alasan Yoongi. "Jangan bohong padaku. Aku sudah mengenalmu 23 tahun lamanya, Hyung."

"Jadi?"

Namjoon menjentikkan kedua jarinya bersamaan. "Kusimpulkan, kau berbohong."

Yoongi menghela nafas. Tak ingin menghabiskan tenaganya untuk berdebat. Terkadang, lelaki itu bisa menjadi sangat menyebalkan.

Namjoon mencebikkan mulutnya, "Oh ayolah, Hyung. Beritahu aku. 1 Milyar Won itu bukan main banyaknya. Dan kau, yang notabene pelit tingkat dunia akhirat, menghabiskannya dalam kurun waktu semenit. Kalau kau memberiku alasan hanya karena soal uang, tentu saja itu tak masuk akal!"

"Apanya yang tak masuk akal, hah? Terserahku ingin menghabiskan duit hasil kerja kerasku kemana saja." diletakkannya gelas anggur tersebut kemeja, nada terlontar pedas meski raut muka nampak setenang air sungai. "Orang kaya sepertiku memang begitu cara kerjanya. Cari uang, lalu belanjakan sepuasnya."

Ia senang bisa bersahabat dengan Namjoon. Pria itu jenius dan mumpuni dalam bidangnya. Tapi kalau pria berwajah telur ini mulai menggunakan kecerdasannya untuk menginterogasi, sungguh Yoongi lebih mau mendapat ujian akhir daripada berdebat yang jelas-jelas tahu siapa pemenangnya.

"Cih, yang benar saja." Namjoon menyedekapkan tangannya didepan dada. Masih menatap kearah Yoongi. Bibirnya manyun setengah senti.

Yoongi kembali menaikkan sebelah alisnya mendapati reaksi Namjoon seperti itu, "Apa lagi?"

"Yakin tak mau memberikan alasan yang jujur padaku, Hyung?"

Demi ibu jari Troll dialam samudra sana, Yoongi mendesah kasar. Lama-lama stress ia menghadapi manusia yang sangat ingin tahu ini. "Aku benar-benar tak punya alasan lain. Hanya ingin saja. Sudah."

Moonlight [ YOONMIN FF ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang