Prologue

63 9 14
                                    

Kana dan Langit. Pada langkah mereka yang lelah, Langit bertanya pada Kana.

"Kana, pada semesta yang serba sementara ini, kamu ingin apa?" Tanya Langit.

Langkah mereka terhenti di atas trotoar yang merupakan jembatan di mana di bawahnya ada air sungai yang dingin.

"Ingin jadi penulis." Jawab Kana sembari menatap langit. Bukan Langit yang di sampingnya, tetapi pada langit yang tengah diselimuti gelap di atas sana.

"Apa yang ingin kamu tulis? Semesta ini kan tidak menarik." Ucap Langit lagi yang membuat hati Kana seperti terbakar. Kana tidak suka pada apa yang Langit ucapkan barusan.

Ingin marah sebenarnya, tetapi Kana menahan itu.

"Nanti... kamu baca sendiri aja ya." Jawab Kana tanpa nada marah sedikit pun.

"Males ah. Mending tidur."

Kana sungguh ingin marah, tetapi yang ia lakukan hanya menekuk wajah. Dan ia diam.

Langit tahu kalau Kana marah. Ia memutar tubuhnya agar dapat berhadapan dengan Kana. Tangan Langit mengusap surai Kana yang tak terlalu panjang.

"Eh, iya iya. Nanti... ketika kamu sudah menulis, kamu mau kan membacakan semua tulisanmu padaku? Kana, suatu hari, semoga di rumah kita yang apa adanya, kamu mau membacakan tulisanmu padaku, hingga aku mengantuk dan tertidur di sisimu."

Mau tidak mau akhirnya Kana nyaris saja tersenyum mendengar penuturan Langit. Tetapi Kana menahan agar tidak tersenyum.

"Rumah kita yang apa adanya?" Tanya Kana, ia mengernyit tidak mengerti.

"Rumah yang hanya ada kita dan cerita-cerita tentang kita. Kamu mau kan kubuatkan rumah? Rumah yang tidak besar, tetapi cukup menghangatkan ketika musim hujan datang."

Sekarang Kana benar-benar tersenyum.

"Kana, cerita kita masih panjang, jangan terlalu mengharapkanku, ya." Ucap Langit.

Kana tetap tersenyum walau ia sungguh benci perkataan Langit. Tadi, ia berkata seolah siap menua bersama Kana, tetapi lihat? Ia baru saja memberi peringatan pada Kana agar tak berharap banyak padanya.

Kana melanjutkan langkah agar cepat sampai ke rumah. Lalu Langit berteriak, "Kana," panggil Langit.

Namun gadis itu terus berjalan, sebenarnya ia lelah pada Langit. Pada semua ucapan pemuda itu yang hampir selalu berhasil mematahkan hatinya.

"Kana Dhiajeng," Panggil Langit lagi.

Akhirnya Kana memilih menghentikan langkahnya.

"Jika kamu mau, aku ingin membunuh waktu hanya bersamamu. Jika kamu bersedia, aku ingin mengelilingi semesta yang serba sementara ini hanya denganmu."

Kali ini Kana tersenyum begitu teduh setelah mendengar perkataan Langit. Gadis itu benar-benar tersenyum hingga Langit memeluknya dari belakang.

Kali ini aku akan mengakuinya. Langit, aku jatuh hati padamu kemarin, hari ini dan besok. Dan selalu begitu. -Kana Dhiajeng.

<>

Semoga konsisten ya.

Casting atau visualnya perlu ngga? Hehe vomennt ya gengs!

Langit Separuh MendungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang