2. Sop Iga Sapi

7 1 0
                                    

Kana baru saja pulang dari sekolahnya. Ia nampak lelah. Tidak seperti biasanya yang sehabis sekolah pasti ceria dan cerita banyak hal ke Ibunya.

"Anak Ibu lagi kenapa?" Ibunya bertanya setelah Kana duduk di dapur. Meminum segelas air.

"Bu, aku tuh lagi kesel banget." Sahut Kana dengan wajah masih ditekuk.

"Iya Ibu tahu kok. Kesel kenapa sayang?" Tanya Ibu sembari memotong wortel yang terlihat lebih segar dibanding anak gadisnya.

"Ada anak baru. Anaknya ngeselin banget. Tau ah. Aku mau ke atas dulu. Mau mandi. Gerah." Ucap Kana.

Ucapan yang membuat ibunya tersenyum sembari geleng-geleng kepala.

"Ya sudah, gimana Kana saja."

Kana baru saja sampai di anak tangga pertama ketika ibunya berteriak, bilang "nanti tolong antarkan sop bikinan ibu ya ke tetangga baru kita."

"Oh iya bu. Siap." Jawab Kana tanpa berpikir panjang. Baginya kalau Ibu sudah memerintah, ia akan berusaha menurut. Selagi itu hal-hal baik. Ia mempercepat langkah agar cepat sampai di kamar.

Sesampainya di kamar,  Kana merebahkan tubuhnya. Sambil mengingat sesuatu.

"Kayak pernah liat dia deh. Tapi di mana ya?" Gumam Kana.

Kana merasa tidak asing dengan wajah pemuda yang membuatnya kesal seharian ini. Sembari membersihkan tubuh ia akan berusaha mengingat. Ia yakin betul pernah bertemu pemuda menyebalkan itu. Tapi di mana. Entah. Kana belum bisa ingat. Nanti, Kana yakin nanti dia akan ingat.

📸

Keluarga Kana adalah keluarga yang selalu mengutamakan kebersamaan. Seperti malam ini. Mereka sedang makan malam bersama. Namun nafsu makan Kana entah hilang ke mana ketika Ibunya berucap.

"Kana, setelah makan antarkan sop iga sapi ke tetangga baru kita ya? Ohiya, mereka juga punya anak cowok yang ganteng lho, Na."

Hah?  Ganteng?  Ba aja ah.

Susah payah Kana menelan makanannya.

"Emang harus banget gitu ya bu kita ngasih mereka sop bikinan Ibu?" Kana sedang berusaha agar ia tidak perlu datang ke tetangga barunya.

"Harus dong, sayang. Sebagai tanda bahwa kita senang punya tetangga baru."

"Iya, sayang. Lagipula kan kamu cuma mengantar. Soalnya Ibu sama Ayah mau quality time malam ini. Jadi ngga mungkin dong Ibu yang nganter." Timpal Ayah. Mereka berdua saling melempar senyum.

Kalau sudah begini mana bisa aku menolak.

Cuma butuh beberapa menit Kana menyelesaikan makannya. Lagi pula lebih cepat lebih baik kan? Makanya Kana segera mengantar sop yang masih hangat ke rumah yang berada persis di depan rumah.

Ketika datang, gerbangnya masih dibuka. Sepertinya seseorang baru saja masuk. Kana juga langsung masuk. Sampai di pintu ia mengetuk. Sekali dua kali tidak ada yang membuka. Gadis itu celingukan. Mencari bel. Tetapi tiba-tiba saja pintunya dibuka oleh seseorang.

Mereka bersitatap barang sejenak.

Kana langsung memasang wajah kesal.

"Ini ada sop dari ibu." Ucap Kana ketus.

"Oh. Yaudah taruh aja di dapur. Gue mau mandi."

Hah?! Gila! Batin Kana.

Ini kan rumah dia. Kenapa jadi nyuruh aku yang naro. Seenaknya banget sih jadi orang. Dasar sinting!

Langit diam sejenak melihat penolakan di wajah gadis ini.

"Ohh ngga mau? Yaudah bawa balik lagi aja gih." Langit berucap dengan nada santai yang terdengar amat menyebalkan di telinga Kana.

Kana cuma bisa sabar. Ia menurut. Tentu saja, daripada ibunya tahu malah nanti kecewa karena Kana tidak amanah.

"Oke!" Teriak Kana di depan wajah Langit. Ia menabrak Langit yang berdiri di ambang pintu. Agak keras. Tapi Langit cuma tersenyum.

"Nih udah aku taruh." Ucap Kana setelah selesai menaruh sop itu. Ia berjalan hendak keluar. Namun di ambang pintu dapur Langit mengulurkan tangan tepat ke depan Kana.

"Kita belum kenal btw." Ucap Langit.

"Gue Langit Aksaliandri." Langit memperkenalkan diri.

Kana menatap sejenak tangan yang terulur. Aslinya ia tak mau menjabat tangan itu. Sama sekali tidak mau. Namun ia masih punya perasaan, beda dengan pemuda ini yang nggak punya hati. Akhirnya setelah berpikir,  Kana menerima uluran tangan itu.

"Kana Dhiajeng." Jawab Kana masih dengan nada ketus.

Kana mencoba menarik tangannya dari genggaman pemuda bernama Langit. Namun masih saja digenggam erat.

"Jangan jutek gitu dong." Goda Langit.

"Lepasin nggak?!"

"Senyum dulu baru nanti aku lepasin." Ternyata Langit seberani itu menggoda Kana.

Kana memasang wajah tersenyum paksa. Lalu Langit dengan senang hati melepas tangan itu.

Setelah lepas, Kana bergegas pergi dengan perasaan kesal yang makin kesal.

Sedangkan Langit malah merasa amat senang telah berhasil membuat Kana kesal.

"Angkasa, aku menemukan Kana. Kana yang amat manis kalau tersenyum."

📸

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Langit Separuh MendungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang