Darah mengalir bersamaan dengan air shower mengguyur tubuhnya, membaui anyir seluruh ruang. Tubuhnya penuh luka, terlebih di bagian lengan tangan. Kuku panjangnya menyayat diri tak membuatnya merintih sakit.Tapi dia menangis. Tangisnya terdengar pilu yang tertahan. Sedikit isak dan menggigit bibir bawahnya hingga terluka saking kuatnya. Krist tidak ingin suaranya terdengar hingga luar, atau akan mengganggu Singto.
"Anh White ...."
Krist tersentak, nama itu terngiang mendominasi pikirannya. White, pria yang seharusnya menjadi kakak justru menghancurkannya.
"Kau sama dengan Ibumu, pelacur!"
Selalu dihina dan direndahkan. Marah pun percuma jika dia yang akan tersakiti juga. Seperti apa yang barusan terjadi lagi padanya. Saat Peck memaksanya, dia merasa berada di posisi paling rendah.
Namun tak jauh lebih rendah saat White memaksa untuk menggugurkan kandungannya. Dia kembali teringat.
"Anh White ... aku hamil."
"Apa? Tidak. Ini tidak boleh. Kau ... kau male pregnant? Kau yakin itu anakku?"
"Aku melakukannya hanya denganmu—"
"Gugurkan kandunganmu sebelum orang tua kita tau!"
Teringat lagi. Perutnya yang terasa di remas, ditusuk belati tajam, hingga dia tak kuat lagi merasakan sakitnya. Darahnya yang mengalir melalui selangkangan, White yang tak peduli dan menyeretnya ke sebuah klinik.
Tak sengaja Krist menunduk, menatap kaget dengan apa yang dilihatnya. Darah merah kehitaman sedikit menggumpal mengalir dari selangkangannya bersama air yang mengucur dari shower. Lalu membentuk seonggok janin secara perlahan.
Krist semakin membelalakkan mata, membawa tangannya untuk menarik rambutnya sendiri. Janin berlumuran darah itu merangkak ke arahnya. Dia semakin meringkuk, berusaha untuk menjauhi janin yang merangkak lamban.
Menggelengkan kepalanya dengan kasar, Krist memejamkan matanya dan menjerit.
"AAAARRRRGGGHHHH!!!"
Tok, tok, tok ....
"Hey, kau tidak apa?"
Itu suara Singto dari luar. Krist sedikit membuka matanya, mengintip kesekitarnya. Tak ada apapun, namun dia merasa ada yang merambat dari pinggang ke perutnya. Harusnya itu menggelitik, tapi tidak. Justru rasanya sakit. Krist menegak, menelan salivanya dengan raut ketakutan. Dahinya mengernyit kuat dengan nafasnya yang memburu.
Melirik sedikit pada perutnya, sebuah tangan kecil berlumuran darah memeluknya. Kemudian menekan perutnya hingga Krist tak dapat lagi berteriak karena merasa tenaganya terkuras.
"A-akh!" hanya merintih lirih yang ia bisa.
Tangan itu semakin merapat hingga membuat sesak dan semuanya gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma [SingKit X KongArt - Ongoing]
Fanfic~PERAYA FANFICTION~ Terkadang hidup itu penuh dengan teka - teki, Kita sekarang menjalani hidup disini dan besok kita berada disana, tempat yang jauh, Meninggalkan kenangan, meninggalkan kebahagiaan, meninggalkan luka... Rated; M Horror, BL, AU, M...