Part 1

542 9 1
                                    

Hai hai~~

Aku datang lagi :) Hmm, bagi kalian yang udah baca semua ceritaku pasti tau kalau aku itu penulis aliran romance. Tapi kali ini aku lagi nyoba buat bikin cerita thriller. Cerita ini masih ada unsur romance sebenernya, tapi cuma dikasih adegan pembunuhan aja hehehe

Waktu kemaren janji mau kasih lanjutan sweet story, kayaknya publish diundur dulu ya :) masih belum ada ide yang pas buat lanjutin.

Oh iya, berhubung ini cerita pertamaku yang beraliran thriller, minta vote dan comment ya biar lebih semangat lanjutinnya^^ kalau responnya bagus bakal aku terusin :) Happy reading!!

===============================================

Suasana kelas saat mata pelajaran filsafat manusia amat hening. Hening bukan karena mereka memerhatikan, tapi karena mereka terlalu bosan dengan sang dosen dan memilih sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, sama halnya seperti aku. Pelajaran ini amat membosankan bagiku. Sang dosen sibuk mencatat di papan tulis sementara aku sejak tadi hanya memandang kosong ke depan sambil menumpukan dagu pada kedua tangan.

Tiba-tiba aku merasakan sebuah kertas menimpuk kepalaku. Tak sakit memang, tapi lumayan membuatku kaget. Aku mengambil kertas itu dan membukanya. Satu pesan singkat tertulis di sana. Karena kertas itu dilempar ke arahku, aku menyimpulkan pesan itu untukku.

Bosan, ya? Keluar, yuk?

-Daniel-

Aku menoleh ke arah cowok itu yang duduk beberapa kursi di belakangku. Ia menyeringai sambil mengedipkan sebelah matanya. Aku tersenyum dan mengangguk mengiyakan ajakannya. Kemudian ia beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan ke tempatku. Aku ikut berdiri dan menyandang tasku. Daniel menggenggam tanganku dan mengajakku jalan mengendap menuju pintu keluar dengan tatapan mahasiswa lain yang terlihat salut dengan kenekatan kami. Dosen membosankan itu masih tak sadar dengan pergerakan kami.

Kami berjalan seolah merayap di dinding sambil sesekali melirik sang dosen. Saat hampir mencapai pintu, kakiku yang bodoh menyenggol tempat sampah aluminium yang berdiri di dekat pintu hingga menimbulkan bunyi berisik. Kami berhenti dan aku memejamkan mata takut.

“Mau kemana kalian?” tanya sang dosen dingin dan tegas dengan nada menindas. Oh shit! Batinku menyesali kecerobohanku.

“Maaf, Pak, kami terlambat,” jawab Daniel polos. Aku menatapnya bingung tapi dia mengeratkan genggamannya di tanganku sebagai tanda memintaku untuk diam.

Dosen itu menyipitkan matanya menatap kami membuat bulu kudukku berdiri. “Kalian baru datang jam segini?” tanyanya tak percaya. Aku refleks mengangguk. Aku menatap teman-temanku yang sekarang tegang menanti nasib kami sambil sedikit meringis.

“Sekarang kalian keluar! Saya tak mau mahasiswa tidak disiplin seperti kalian mengikuti mata kuliah saya!” ucapnya dengan nada tegas yang sama. Aku dan Daniel mengangguk pelan lalu berjalan keluar kelas. Daniel menutup pintu di belakang kami. Aku menghembuskan napas lega sementara cowok gila itu tersenyum puas dan tanpa rasa bersalah menggandeng tanganku menuju kantin kampus.

Aku hanya mengikutinya dalam diam. Dia membawaku ke salah satu meja tempat kami biasa duduk, lalu langsung beranjak memesan makanan. Beberapa menit kemudian dia kembali dengan senyum yang sama dan duduk di hadapanku.

Oh ya, aku lupa memperkenalkan diriku. Namaku Luna Ayushita. Aku berumur Sembilan belas tahun dan kuliah di jurusan psikologi di salah satu universitas swasta di Jakarta. Kata mamaku, namaku berarti bulan yang cantik. Entahlah apa dasar mama menamaiku dengan nama itu. Yang pasti, banyak yang mengatakan nama itu cocok kusandang karena serasi dengan wajahku yang manis. Hey, aku bukan bermaksud geer, tapi itulah kata mereka.

The Death CardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang