Bukit Moko

24 0 0
                                    

Percakapan malam tadi bersama Aiden mulai membuat aku berfikir seribu kali untuk tetap membenci Arini. Ya memang dalam keputusan mengakhiri hubungan Arini lah orang yang pantas disalahkan. Namun Aiden benar, setelah berpisah tidak ada satu pun yang benar maupun salah. Karena semua sudah selesai, pembelaan apapun tidak bisa di gunakan untuk membenarkan diri.

Aku sudah mencoba, melabuhkan hati dengan beberapa wanita baik diluar sana, naas nya keberuntungan bukan milik ku. Terlalu kaku dan takut mengungkapkan membuat akhir ceritanya menjadi tak berujung indah. Ada yang bilang aku hanya pemberi harapan palsu, atau menjadikan mereka sebagai pelarian ku semata.

Jika saja mereka mendengar kisah ku, dan mengetahui trauma masa lalu yang aku alami selama ini, mereka bisa menyalahkan diri sendiri karena sudah mengatakan semua itu.

__

Setelah acara mapala beberapa waktu lalu dan bertemu di atap bersama dengan Lisa entah mengapa kami menjadi sangat intens, bukan untuk menebar modal dusta tapi aku senang saat ini bisa dapat berbincang lebih dalam dengannya. Sebatas perbincangan mengenai tugas kuliah tapi aku senang. Haha dasar laki-laki, sudahlah yang penting saat ini aku sudah bisa semangat pergi ke kampus dan tidak berbohong kepada ibu bapak.

" Den, Lisa anak baik yah? "

" Heuh? Aduh geus paham, Damar kamu suka sama Lisa ya? " (ha? udah paham , damar kamu suka sama lisa ya?)

" Naha sih, Cuma Tanya pendapat " Kata ku

" Mana ada laku-laki nanya perempuan kaya gitu kalo gak naksir? Emang kamu homo? "

" Astagfirullah. Sudah lah ke masjid aja, dah males sama kamu aku "

Aku bergegas pergi meninggalkan Raden karena panggilan sudah menunggu. Meski nakal, aku masih takut dengan Tuhan. Nanti kalau Tuhan marah sama aku tuh yang mengabulkan doa Ibu siapa? Untuk itu ibu bilang aku boleh menjadi anak nakal tapi tetap ingat Tuhan dan Ibadah

__

Masih dengan rambut basah yang di cap keren para mahasiswi, aku bergegas memakai sepatu dan pergi. Ku lihat di seberang tepat di tempat khusus wudhu perempuan, itu Lisa, selain cantik dan pintar dia juga taat beribadah.

Ya tuhan tolong sedikitnya beri hamba mu ini untuk memiliki keberanian dekat dengannya

" Damar, Lisa mar. " Raden berbisik

" Iya udah liat "

" Tungguan ulah? " " (tungguin jangan?) "

" Ada kelas hayu "

Raden merangkul lalu mengajak ku pergi, ya hanya badan ku yang pergi. Pandangan ku masih tak lepas melihat cantiknya gadis itu dari kejauhan. Astaga , ini namanya zina mata.

__

Hari ini ada acara dari Fakultas lain di ITB tapi semua mahasiswa/i bisa menikmatinya secara gratis. Semua yang datang bintang tamu music yang sangat terkenal seperti RAN dan Tulus. Aku tidak melewatkan hal ini begitu saja, kapan lagi ada acara dengan bintang tamu terkenal dan masuk tanpa di pungut biaya. Raden, aku, Ilman memang sengaja mampir ke fakultas seni untuk menonton acara itu. Situasi memang sangat padat ramai, sulit untuk menemukan seseorang yang kami bertiga kenal, meski beberapa anak FTSL juga ikut hadir di acara ini.

Iya, acaranya memang cukup ramai, tapi hati ku tetap sepi. Sepanjang mata memanjang aku mencari sosok yang tadi bertemu di masjid. Lisa.

" Kang damar......"

Tiba-tiba suaranya mengiang di telinga ku, memanggil-manggil dari kejauhan. Gadis itu berlari kearah kerumunan orang banyak yang menghalangi diriku. Lisa.

Itu dia, sepertinya aku dan dia telah memiliki sebuah radar, entah bagaimana caranya bisa melihat ada aku disini dan menghampiri dengan senyum sumringah. Yatuhan Lisa benar-benar membuat aku gugup setengah mati.

Ilman dan Raden mulai menggoda ku ketika Lisa hampir sampai. Aku bergegas menghampirinya, dan meninggalkan dua teman ku itu di belakang.

" Kok bisa? "

" Bisa, aku lihat dari tadi tapi kang Damar melengos begitu saja."

Jantung ku tidak teratur semakin berdetak kencang, ku katakan dalam hati Damar tolong jangan perlihatkan ini didepan Lisa.

" Mau ke depan? "

" Tapi takut rame banyak laki-laki "

" Ada aku, yang jagain nanti. Yuk "

Disitu aku raih tangannya lalu ku gandeng menuju depan stage, aku tahu pasti suasana akan ramai tapi aku menikmati itu bersama Lisa, begitu pun juga Lisa seakan larut didalam pertunjukan bersama. Hari ini aku bahagia, seakan beberapa gunda gulana ku hilang.

Terimakasih Lisa.

__

Acara selesai pukul 22.00, cukup malam memang tapi aku senang walau sedikit kehilangan suara dan lelah. Tidak apa hari ini membuat ku bahagia. Hari ini juga pertama aku naik motor bersama dengan Lisa, mengantarnya pulang ke rumah yang beralamat di Dago pakar. Sudah malam tapi untungnya rumah kami searah jadi kebetulan saja.

" Kang Damar suka pemandangan malam? "

" Suka "

" Ke bukit moko yuk kang. " Kata Lisa

" Eh? Sudah malam, besok saja ya? "

" Kan sekalian lewat Kang."

Dijalan aku sempat terdiam, ingin menolak tapi aku masih mau bersama Lisa. Tapi jika ku turutin hari semakin larut terlebih jalan menuju bukit moko sudah sepi dan gelap pastinya.

" Sebentar aja ya Lis habis itu kita pulang. "

" Iyaaaaaaaa" Katanya dengan riang.

Aku memutar jalan dan melewati tempat yang masih cukup aman ramai untuk di lewati, disepanjang jalan Lisa sangat riang bercerita tentang masa-masa SMA nya serta beberapa cerita pribadinya. Yang aku bisa tahu Lisa adalah orang yang sangat riang dan manis dalam bercerita, dia juga lihai dalam membuat suasana menjadi hangat.

" Indah juga ya kota kita ini " Kata Lisa seraya melihat pemandangan kota Bandung dimalam hari dari ketinggian

" Tuhan menciptakan Bandung ketika sedang tersenyum, itu kata pidi baiq"

" Haha, kang Damar ternyata gak sedingin yang Lisa kira "

" Aku teh bukan kulkas Lisa. "

" Punya pacar kang? "

" Kenapa?"

" Gak apa-apa sih biasanya kan anak ITB obsess sama anak Unpad."

" Enggak. Trauma sama warga Jatinangor."

" Jangan Tanya kenapa. Nanti kelak aku akan cerita ke kamu. Lis hayu atuh kita pulang nanti saya di marahin bapak kamu anak gadisnya dibawa malem-malem main ke bukit"

Lisa mengangguk lalu mengikut langkah ku yang terlebih dahulu jalan, di ikuti dengan dirinya dibelakang. Kami akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah. Tidak lupa Lisa aku antarkan tepat ke depan pintu gerbang rumahnya di kawasan Dago pakar.

" Kang, nuhun. Hati-hati dijalan."

" Lis, boleh minta nomer hp? Sudah hampir berapa kali bertemu aku lupa terus minta hehe"

" Boleh, " Lisa menuliskan nomer ponselnya di handphone ku, sudah ku bilang aku ini bukan ahli dalam mendekati seorang wanita.

" Nanti aku kabari. Assalamualaikum, selamat malam Lisa"

Hari ini sungguh nikmat tuhan mana yang ku dustai. Terimakasih Lisa, selamat malam. 

Titik TemuWhere stories live. Discover now